Chapter 9 - The Pain

273 39 12
                                    

"Ya Tuhan apa yang terjadi kepadamu?!"

Julia mendengar Lizzie masuk ke dalam apartemennya sambil berteriak dengan wajah panik.

"Hei apa kau baik-baik saja?" Lizzie mencoba mengangkat wajah Julia yang terdampar di meja ruang tamu dan tampak lusuh, sementara tubuhnya bersandar pada meja tersebut, dan ada sekitar sepuluh kaleng bir kosong berserakan di sekitarnya.

"Siapa sih yang membuatmu jadi seperti ini?!" Lizzie membawa tubuh Julia agar punggungnya bersandar pada sofa yang ada di belakangnya, saat ini Julia tengah duduk di lantai dan terlihat berantakan. "Kemarilah," Lizzie kembali sambil membawa wadah berisi air hangat serta handuk basah. Ia mendengar Julia mengerang saat sahabatnya itu menyeka wajah dan membersihkan lengannya yang masih lengket bekas minuman.

"Julie?" Lizzie berusaha mengajak Julia bicara. "Apa kau ijin libur bekerja hari ini?"

"Oh look at that! Who is this?" Julia yang masih mabuk dan frustasi membuka sedikit mata dan menatap Lizzie sambil tertawa senang. "Teman baikku datang!"

"Ya, ya." Lizzie berusaha mengangat Julia. "Berbaringlah di sofa." Ia tidak ingin Julia memiliki sakit badan karena tidur dalam posisi yang tidak benar seperti itu.

Well, meskipun Julia sudah dalam posisi seperti itu saat ia menemukannya.

Setelah membiarkan Julia berbaring dengan benar di atas sofa warna cream yang ada di ruang tamu. Lizzie berjalan ke dapur untuk membuat perasan air jeruk. Ia mendesah lega saat melihat Julia memiliki beberapa lemon serta jeruk nipis, tanpa pikir panjang Lizzie memotong satu buah lemon dan satu buah jeruk nipis, lalu memeras airnya dan memberikannya kepada Julia.

"Minum ini," Lizzie membawa Julia agar tubuhnya setengah bersandar pada sofa.

"Ewww!" Julia berusaha menolak sesapan pertama, tapi Lizzie tidak peduli dan memaksa Julia untuk meminum cairan yang terasa sangat asam tersebut sampai habis. Ia bahkan sengaja tidak mencampurnya dengan madu ataupun sedikit air, karena yang Lizzie inginkan adalah melihat Julia memiliki sedikit kesadaran untuk bisa bicara dengan benar.

"Ini sangat asam!!" Julia merasa kesadarannya berangsur pulih karena rasa asam membuat kepalanya yang terasa berat dan berkabut secara perlahan menjadi lebih terang dan tidak berat lagi seperti sebelumnya.

Lizzie melihat Julia yang perlahan terlihat pulih dari mabuk, meskipun gadis itu masih terlihat kacau dan hang over. Tapi sebagai teman yang baik, yang Lizzie lakukan adalah menunggu sampai Julia benar-benar merasa baikkan.

Setelah hampir lima belas menit menunggu dan membantu Julia membersihkan diri, akhirnya gadis itu terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia sudah pergi mencuci wajah dan menyikat gigi, dan saat ini tampak memiliki sedikit kesadaran—meskipun—belum sepenuhnya.

"Terima kasih," itu adalah kata pertama yang Julia ucapkan sejak ia merasa lebih baik.

"My pleasure," Lizzie menjawab lembut sambil menyingkirkan anak rambut yang terurai dan mengenai pipi Julia. Ia membawa rambut tersebut untuk diselipkan ke belakang telinga sahabatnya itu. "So what's going on? Sepertinya sesuatu yang buruk terjadi tadi malam." Ia mulai membuka topik karena melihat Julia tampak tidak tahu harus bercerita dari mana.

Julia menatap Lizzie dengan pandangan sedih, lalu sorot matanya berubah buram dan bulir-bulir air mata kembali berhamburan keluar.

"Aku jatuh cinta padanya."

Julia mengakui fakta tersebut dengan suara bergetar, dan Lizzie tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain membawa tubuhnya untuk memeluk Julia dan mengusap punggung gadis itu dengan lembut.

"Apa kau membenci fakta tersebut?" Lizzie bertanya sambil terus mengusap punggung Julia untuk menenangkan. Ia memang tiga tahun lebih mudah dari Julia, tapi sifat keibuan yang dimilikinya selalu menjadi sandaran bagi semua teman-teman yang sedang membutuhkan teman berbincang atau saran mengenai masalah mereka.

The CEO And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang