Chapter 2 - No Same Mistake

489 66 8
                                    

"Aaaaa!!"

Suara teriakan Lizzie membuat mereka mendapat perhatian dari orang-orang, Simon sudah meminta maaf dan pergi ke toilet sambil berjalan canggung saat orang-orang melirik ke arah celanannya yang basah.

"Ini hanya jus tenang saja." Simon mencoba menjelaskan saat ia melihat seorang wanita di meja sebrang menatapnya dengan mulut terbuka dan mata yang nyaris keluar.

"Apa kau yakin?" Wanita asing tersebut terlihat tidak yakin dengan perkataan Simon barusan. "Kau tidak keluar saat gadis itu menyentuh area pribadimu bukan?"

Julia mendengar Anthony hampir tersedak tawanya sendiri, ia melihat Simon menoleh dan menatap teman baiknya itu dengan pandangan membunuh. Tapi sang CEO malah terkekeh dengan wajah merah dan air mata yang nyaris keluar.

"Sepertinya kau menikmati kesengsaraan temanmu." Julia berkomentar iba.

"Ya," Anthony mengakui sambil terus berusaha meredam tawa. "Bukankah itu lucu sekali bukan?"

"Maaf tidak ada komentar." Julia menjawab acuh lalu melirik Lizzie yang ini masih terlihat pucat sementara tangannya terus gemetar.

"Minumlah, Liz." Julia membantu sahabatnya saat ia melihat Lizzie kesulitan mengangkat gelas.

Gadis yang malang.

Julia merasa kasihan untuk temannya tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk menghibur. Ia melirik Anthony dengan menatap atasannya tersebut dengan pandangan mengusir.

"Apa?" Anthony bertanya saat tidak mengerti maksud dari tatapan Julia.

"Tidak apa-apa," Julia malas menjelaskan. "Maaf aku harus membawa gadis malang itu untuk menenangkan diri." Ia meminta Anthony bergeser dari tempat duduk dan memberinya jalan.

"Ayo tenangkan dirimu," Julia memapah Lizzie untuk mencari udara segar di luar ruangan.

"Senang bertemu denganmu, Lizzie."

"Saya juga," Julia melihat temannya itu berusaha untuk tersenyum.

"Haruskah aku sampaikan kau titip salam untuk Simon?" Anthony menggoda Lizzie.

"Mr. Parker!" Julia menatap Anthony dengan kesal.

"Tidak usah terima kasih," Lizzie adalah gadis yang lembut, bahkan sejak mereka berteman; tidak pernah sekalipun Julia mendengar temannya itu mengumpat atau marah-marah. "Selamat tinggal, semoga harimu menyenangkan."

Julia memilih terus menghindar agar tidak bertatapan dengan atasannya itu.

"Sampai jumpa di kantor, Julie."

"Ya, Sir."

Julia menjawah bahkan tanpa menoleh, ia tahu itu tidak sopan. Tapi dirinya yakin jika itu adalah cara terbaik untuk membuat jantungnya tidak berdebar kencang.

***

Sudah satu minggu sejak Julia terus menghindar darinya, bahkan gadis itu hanya menjawab seperlunya dan bersikap profesional—bahkan terlalu professional—hingga membuat Anthony merasa jengah. Ia tidak suka diabaikan seperti sekarang, itu melukai harga diri dan perasaannya, pikirannya tidak menentu sementara sesuatu diantara kakinya terus berdenyut.

Ia bisa saja tidur dengan wanita lain, tapi sialan ia tidak bisa menghapus bayangan Julia dari benaknya. Kaki jenjang serta aroma tubuh serta erangan dari kejadian malam itu... semuanya seperti film yang terus terulang dalam benaknya. Membuat Anthony merasa sesak dan tersiksa, karena ia tidak bisa tidur dengan wanita atau orang yang tidak ia inginkan.

Dia suka melakukan hubungan intim, tapi tentunya tidak dengan sembarang wanita. Ia memiliki standar serta menjaga dirinya dengan baik, biar bagaimanapun ia tidak pernah pergi ke tempat pijat yang melakukan pelayanan "Happy Ending". Ia adalah versi lain, meskipun Anthony benci mengakuinya tapi well, ia memang suka berganti kekasih. Tetapi tidak ada salahnya bukan jika seseorang memiliki banyak mantan pacar?

The CEO And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang