Tiga bulan sebelumnya.
Anthony menatap Julia yang tengah tersenyum sambil merapikan tumpukan file yang agak berserakan di meja kerjanya, ia sudah melangkah dan siap untuk memeluk gadis itu dengan erat saat sosok Julia menghilang begitu saja. Membuat Anthony terpaku menatap kehampaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Sekuat tenaga Anthony menenangkan diri dan berusaha bersikap bahwa semuanya akan baik-baik saja, memberi peringatan jika ia akan bisa menemukan Julia dengan cepat. Tapi setiap kali ia menarik napas, yang dapat Anthony rasakan hanyalah luka. Bahkan meja kerja Julia yang kosong terus memberi tusukan rasa pedih di ulu hati setiap kali ia menatapnya.
Ia menghela napas berat, mengambil tas kerja yang berisi laptop serta beberapa file penting. Lalu kakinya yang panjang mengambil langkah meninggalkan ruangan.
"Selamat sore semuanya, aku pulang duluan." Anthony yang baru melangkah dari ruang kerja memberitahu semua orang.
"Semoga kau memiliki sore yang indah."
Para karyawan menjawab sambil menbalas lambaian tangannya.
Anthony berjalan lunglai saat menunggu lift, ia sengaja pulang lebih awal karena ingin pergi ke rumah Julia untuk menenangkan diri.
Denting dari suara lift yang terbuka memaksa Anthony untuk tetap sadar dan tidak melamunkan Julia. Tapi tepat saat beberapa orang yang baru masuk membuat Anthony terpaksa harus meringsek mundur ke bagian sudut, perasaan dejavu yang menyakitkan langsung menghantam ingatan. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana ia dan Julia terjebak dalam posisi seperti itu beberapa bulan yang lalu. Menikmati aroma tubuh serta wajah Julia yang memesona, semua kenangan tersebut terus berkelebat hingga membuat wajah Anthony terasa panas.
Anthony menjadi orang terakhir yang keluar dari lift, dan ia berjalan lemah sambil menenteng tas kerja dan juga cincin berlian kualitas terbaik yang ia pesanan khusus dari brand perhiasan ternama. Kotak cincin tersebut selalu berada dalam saku jasnya, tidak pernah sekalipun ia meninggalkan benda tersebut. Karena Anthony takut jika ia akan kehilangan kesempatan lain untuk memiliki Julia dalam hidupnya.
"Aku akan melakukan apapun demi bisa memilikimu." Anthony berbisik pelan, ia bahkan tidak memiliki tenaga untuk berkendara. Jadi yang ia lakukan adalah pergi ke rumah Julia dengan berjalan kaki hampir dua puluh menit lamanya.
Sesampainya di gedung tempat Julia tinggal, Anthony menarik napas beras dan menenangkan diri. Ia tidak ingin menangis dan dilihat oleh semua orang. Ia memang tengah kesakitan dan menderita, tapi setidaknya ia harus tetap tegar demi diri sendiri dan semua orang yang bekerja dengannya.
Anthony naik ke lantai 29 dengan perasaan kalut, ini adalah pertama kalinya ia kembali ke unit tersebut sejak Julia menghilang dan meninggalkannya tanpa peringatan. Butuh sekitar lima menit bagi Anthony agar dirinya bisa meraih gagang pintu dan membuka kunci apartemen tersebut.
Saat aroma pemandangan ruang tamu menyambut penglihatannya, Anthony langsung terduduk di depan pintu. Ia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk melangkah masuk, semua bayangan serta hal tentang Julia menyerang tembok pertahanan yang sudah susah payah ia bangun selama satu minggu terakhir. Karena yang Anthony lakukan saat ini adalah terisak pelan, ia bahkan tidak peduli saat bulir air mata membasahi pipinya.
Ia adalah seorang pria, namun ia hanyalah manusia biasa. Ia juga memiliki perasaan, dan memikirkan harus menjalani hidup tanpa ada Julia di dalamnya. Itu sungguh menyakitkan, seolah ada ribuan jarum yang menusuk rongga dada. Membuatnya kesulitan bernapas dan kehilangan arah.
Saat membayangkan harus kehilangan orang yang kau cintai tanpa bisa melihatnya lagi... itu lebih menyakitkan daripada mencintai tanpa bisa memiliki. Itu adalah hal paling mengerikan dan Anthony tidak tahu harus bagaimana jika ia harus hidup dalam neraka seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO And Me
RomanceSinopsis: Bagaimana jadinya jika seorang CEO yang suka berganti kekasih menemukan wanita yang seolah tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka tidur bersama, wanita itu seolah tidak menginginkannya. Hal tersebut melukai perasaan dan harga diri s...