Chapter 4 - Coincidence

354 50 5
                                    

"Darimana saja kau?"

"Ya Tuhan kau membuatku takut!" Julia mengusap dadanya untuk menenangkan diri, saat ini ia dihadapkan dengan Lizzie yang sedang merengut sambil melipat ke dua tangan di atas perut dan bersandar pada pintu unit apartmentnya. "Sedang apa kau di sini sepagi ini?" Julia mendorong tubuh temannya itu untuk membuka pintu. "Masuklah."

"Darimana saja kau sepagi ini?" Temannya itu balik bertanya.

"Aku habis pergi berolahraga." Julia menunjuk baju olahraga yang masih melekat ditubuhnya.

"Kenapa kau tidak mengangkat telponku?" Lizzie merajuk sambil menghempaskan tubuh di sofa ruang tamunya, gadis itu terlihat cantik dengan rambut warna purple-nya yang digelung ke atas tampak serasi dengan atasan biru muda serta rok pendek warna hitam bergaris emas yang dikenakannya.

"Aku tadi pergi sarapan," Julia membuka lemari pendingin. "Mau minum sesuatu?" Ia menawarkan,

"Tidak terima kasih," Lizzie bangkit lalu berjalan mendekat ke mini bar yang ada di dapur tempat Julia berada. "Kau tahu kan kenapa aku di sini?"

Julia mengela napas berat sambil tertawa masam. "Tidak. Aku tidak tahu kenapa kau muncul di rumahku sepagi ini."

"Jangan berpura-pura," Lizzie menggerutu. "Kau berhutang cerita besar kepadaku, Julie." Gadis itu mulai mengetuk-ngetuk sendok teh yang baru diambilnya dari tempat penyimpanan yang ada di meja. "Jadi bagaimana hubunganmu dengan CEO itu?"

Anthony sialan!

Julia menggerutu dalam hati.

"Tidak ada yang spesial," Julia menjawab sambil mendesah berat. "Sungguh. Aku dan Anthony tidak memiliki hubungan apa-apa."

"Ya Tuhan!!" Julia meringis saat mendengar suara Lizzie yang memekik memenuhi ruangan. "Apa kau tidur dengannya begitu saja tanpa ada hubungan?!!"

"Diamlah, Liz!" Julia melangkah maju dan membekap mulut sahabatnya itu dengan tangan kanan. "Kau bisa membuat para tetanggaku terbangun."

"Ini sudah siang," Lizzie menolak untuk disalahkan. "Jam sepuluh pagi seharusnya mereka semua sudah bangun."

"Tapi ini adalah akhir pekan."

"Terserah dengan tetanggamu. Jadi bagaimana rasanya tidur dengan atasan sendiri?" Lizzie mengganti topik dan mengajukan pertanyaan tersebut dengan wajah polosnya yang tampak penasaran. Bola matanya yang besar tampak semakin membulat saat ia menatap Julia dengan penuh minat, hal tersebut membuat Julia meringis ngeri karena ia sangat yakin jika gadis itu bisa menjadi sangat gigih sampai mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Kemarilah kita buat gin and tonic untuk membuatku lebih nyaman." Julia menyerah.

"Sure," Lizzie tampak bersemangat seperti anak kecil yang akan diberi jajan. "Kau memiliki hari liburku, Julie. Dan aku siap untuk mendengarkan cerita lengkapnya."

"Kenapa harus selalu aku yang bercerita?" Julia berkata sambil membuka penutup botol gin dan menuangkan satu seloki kecil ke dalam gelas. "Kapan kau akan menceritakan kisah seperti ini padaku?" Ia menuang tonik water lalu memasukkan potongan jeruk sebagai pelengkapnya.

Sialan, siapa yang minum alkohol sepagi ini?

"Aku sering menceritakan para lelaki yang mengejarku." Lizzie menerima gelas miliknya yang hanya berisi tonic water dan lemon. "Thank you."

"Itu tidak sama!" Julia memutar mata kesal, "maksudku kau pergi ke sebuah kencan sungguhan dan memiliki malam yang panas!"

"Untuk apa?" Lizzie menjawab acuh.

"Tentu saja untuk menghangatkan malammu!"

"Jika ingin malamku menjadi hangat, musim panas ini sudah cukup untuk membuatku kepanasan tahu."

The CEO And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang