Julia menatap Anthony sambil berusaha mengatur pernapasan, ia butuh waktu untuk menenangkan diri sebelum bicara dengan laki-laki itu. Sementara Anthony terlihat tenang, bahkan raut wajahnya tidak menunjukan tanda-tanda bahwa ia akan memulai pembicaraan terlebih dulu.
"So?" Julia mulai berkata.
"Ya?" Anthony menjawab dengan tatapan bertanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Julia terpaksa melanjutkan, meskipun sejujurnya ia masih belum mau bicara dengan laki-laki itu.
"Duduk dan bicara dengamu. Tentu saja." Anthony menjawab sambil merentangkan satu tangan untuk mempertegas apa yang tengah mereka lakukan.
Julia kembali mengatur napas sebelum lanjut bicara, karena jika ia tidak berusaha menenangkan diri. Mungkin saat ini ia sudah menjambak rambut Anthony sampai botak karena kesal.
"Aku akan pindah besok," Ucap Julia. "Tenang saja."
Ia sudah malas untuk berbasa basi, dan harga dirinya terlalu tinggi untuk memohon kepada Anthony yang notabene adalah orang yang tengah membuatnya kesal. Ia akan lebih memilih menderita karena harus pindah dalam waktu kurang dari 24 jam daripada harus memohon kepada laki-laki itu.
"Duduklah, Julie." Anthony memberi perintah dengan nada pelan, sementara satu tangannya menahan pergelangan tangan Julia agar tidak beranjak. "Apa kau pikir aku akan membiarkanmu kesulitan dan tidur di tempat sembarangan?"
"Kau bisa saja melakukannya."
"Oh Julie," Anthony langsung beranjak. "Aku tahu terkadang aku suka berbuat sesuka hati, tapi aku tidak akan pernah melakukan hal buruk seperti itu." Sang CEO mengusap tangan Julia dengan lembut, sementara matanya berusaha mendapatkan perhatian dari Julia yang terus membuang wajah ke arah lain dan masih menolak untuk menatapnya. "Terlebih itu adalah dirimu, kenyamanan dan rasa aman untukmu adalah prioritas utama bagiku."
Julia berusaha melepaskan diri.
"Jadi kapan aku harus pindah?" Julia membutuhkan waktu pasti kapan ia harus meninggalkan unit tersebut.
"Kau tidak perlu pindah," tangan Anthony menyentuh dagu Julia dan mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya. "Kau bisa tinggal di sana semaumu tanpa mengkhawatirkan apapun."
Julia melangkah mundur, ia menatap Anthony dengan pandangan menelisik seraya berkata. "Kau tidak akan menyewakan rumah tersebut dengan harga yang tidak masuk akal untuk pegawai sepertiku bukan?"
"Tidak, Julie. Tentu saja tidak!" Anthony mengibaskan tangannya dengan cepat. "Kau bahkan tidak perlu membayar uang sewa. Rumah itu memang aku belikan untukmu."
Julia tertawa sumbang, "Itu konyol!"
"Aku tidak bercanda." Anthony bahkan tidak tersenyum saat bicara, seolah ia ingin meyakinkan Julia bahwa ia benar-benar serius dengan perkataannya.
"Tapi rumah itu pasti atas namamu. Dan sudah pasti itu adalah rumahmu," Julia menggelengkan kepala karena curiga dengan maksud terselubung Anthony.
"No."
"Tidak apa?" Julia menatap Anthony yang tengah balik menatapnya dengan tatapan serius.
Julia melihat Anthony menelan semua perkataan—apapun-yang akan diucapkan oleh laki-laki itu, lalu sang CEO berucap setelah sebelumnya tampak berpikir untuk beberapa saat.
"Well, yang terpenting adalah kau akan tetap tinggal di sana dan jika kau menginginkan surat kontrak atau apapun itu," Anthony berdiri dari tempat duduknya. "Kau bisa memberitahu Alex kapanpun itu dan mari kita menyepakatinya bersama."
"Bagaimana kalau aku tidak bisa memiliki privasi?" Itu yang sejak tadi mengganggu pikiran Julia.
"Kau boleh menolakku jika sedang tidak ingin menerima tamu," Anthony tampak tidak keberatan dengan hal tersebut. "But, aku tidak ingin kau menolak kedatanganku dengan alasan tersebut. Kita sudah dewas Julie, dan aku akan menghargai apapun hal yang bisa membuat kita berdua nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO And Me
RomansaSinopsis: Bagaimana jadinya jika seorang CEO yang suka berganti kekasih menemukan wanita yang seolah tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka tidur bersama, wanita itu seolah tidak menginginkannya. Hal tersebut melukai perasaan dan harga diri s...