"Kau bisa mencicipinya terlebih dahulu," Anthony mengambil salah satu anggur lalu meminta Julia untuk menerima suapan darinya. Awalnya Julia tampak enggan, namun gadis itu akhirnya memakan anggur tersebut langsung dari tangannya....
Anthony langsung mengerang pelan—dan berusaha agar tidak kentara—Ia menyesali keputusannya tersebut, karena saat buah anggur tersebut menghilang ke dalam mulut Julia, lidah panas serta bibir gadis itu mengenai jemarinya. Membuat sang CEO harus menahan diri agar tidak mengaum seperti singa kelaparan kala hawa panas merambati tubuhnya dan berakhir dengan getaran nyata yang membuat sesuatu diantara kedua kakinya mengeras.
Aku dalam masalah sekarang.
Anthony berkata pada diri sendiri.
Ia membersihkan tenggorokan sebelum akhirnya bicara kepada Julia yang tengah menikmati buah anggur.
"Hmm... Bagaimana anggurnya?" Tanya Anthony.
Julia tersenyum sebelum menjawab. "Rasanya manis."
"Seperti dirimu." Sahut Anthony, dan ia mendengar Julia terbatuk saat tersedak salivanya sendiri. "Maafkan aku, My love." Anthony mengambil gelas lalu mengisinya dengan sparkling water yang sejak awal sudah ada di meja. "Minumlah."
"Terima kasih," Julia berucap setelah meminum hampir setengah gelas.
"Aku akan mencoba jeruknya." Julia berusaha mencairkan suasana, sementara Anthony tidak dapat mengalihkan pandangannya. Menatap Julia adalah hal paling menyenangkan yang pernah ia lakukan, dan saat ini menjadi hal kesukaannya.
"Yes please. Silahkan nikmati semuanya Sweetheart." Anthony sudah duduk bersandar ke sofa dengan badan setengah menghadap Julia, ia menyesap kembali sampanye yang baru diisi. Dan mungkin ia sudah minum dua gelas sebelumnya.
"Ini manis dan segar," Julia berkata sambil mengunyah buah orange. "Apa kau ingin mencobanya?" Ia sudah mengangkat tangan dan akan membawa buah tersebut ke depan mulut Anthony, tapi sang CEO malah membawa tangan Julia berbalik dan meminta gadis itu untuk kembali mencicinya terlebih dulu.
"Kau boleh mencicipinya dulu sedikit," Anthony berkata sambil tersenyum manis. "Dan aku akan memakan sisanya."
Julia hendak bertanya apakah pria itu takut jika buah tersebut beracun, dan menjadikan dirinya sebagai pencicip makanan. Tapi niat tersebut segera Julia urungkan, karena ia sudah mencicipi orange tersebut—sebelum mencoba anggur—dan sampai sekarang ia masih baik-baik saja.
"Baiklah. Kenapa tidak?" Julia menggigit ujung buah orange yang sudah dikupas tersebut, dan dengan sigap Anthony langsung membawa tubuhnya maju lalu ia menggigit sisa buah tersebut dari mulut Julia langsung sambil tidak lupa menjulurkan lidah untuk membersihkan cairan manis air jeruk di ujung mulut Julia.
"Sangat manis." Anthony berkata dengan puas.
Sementara itu Julia masih terduduk kaku dengan wajah merah muda, ia tidak menyangka jika sang CEO akan melakukan hal tersebut.
"Apa kau baik-baik saja, sayangku?" Anthony mengusap wajah Julia dengan telapak tangan.
"Ya... ya... aku baik-baik saja." Julia berusaha mengendalikan diri, meskipun sebetulnya ia merasa salah tingkah.
"Aku rasa kau tidak baik-baik saja, my love." Anthony mengambil gelas dari tangan Julia dan meletakannya kembali ke atas meja. "Mari biar kubantu agar kau menjadi baik-baik saja."
Pikiran Julia bahkan belum bisa mencerna apa maksud dari perkataan Anthony barusan saat ia merasakan bibir Anthony sudah menciumnya dengan lembut, panas dan mendebarkan. Ciuman mereka selalu terasa seperti itu, membuat adrenalin terpacu dan memberi efek menyenangkan seolah mereka dalam pengaruh obat terlarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO And Me
RomanceSinopsis: Bagaimana jadinya jika seorang CEO yang suka berganti kekasih menemukan wanita yang seolah tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka tidur bersama, wanita itu seolah tidak menginginkannya. Hal tersebut melukai perasaan dan harga diri s...