Chapter 39

45 4 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
"NANDA!!"

Teriakan itu mengejutkan orang-orang yang berada diluar ruangan, merekapun bergegas masuk, terlihat Vira yang sudah menangis sembari memeluk Nanda yang sudah menutup matanya.

"Vira, Nanda kenapa?" Tanya Rina dengan khawatir.

"Bangun Nan, lo pasti bercanda kan"

"G-gak mungkin" Rina langsung terduduk lemas.

Ketiga pria itu sama terkejut nya.

Tak lama Dokter datang dan langsung memeriksa Nanda, mereka pun mundur, "Pasien menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 14:04 WIB, tanggal 26 Juni 2023"

"Enggak Dok! Nanda pasti bentar lagi bangun!" Histeris Vira, Artan langsung menenangkan kekasihnya itu, "Udah Vira, Nanda udah gaada"

"Gak! Kamu harus percaya sama aku, Nanda masih hidup"

"Sayang, ikhlasin dia"

"GAMAU!" Teriak Vira lalu melepas pegangan Artan, dan berusaha membangunkan Nanda, "Nanda please, lo gaboleh ninggalin gue kaya gini, mana janji lo buat bisa terus sama-sama. Lo tega ninggalin gue, belum waktu nya lo ketemu Dafa sama Ara, gue mohon bangun!"

"Al udah" Rendra berusaha menghalangi Vira, "Awas Bang" Ia memukul-mukul dada Rendra, tapi tak membuat Pria itu menghindar.

"ABANG!"

"AL! Kamu gaboleh kaya gini, ikhlasin dia, biar dia bisa pergi dengan tenang, kamu kaya gini malah buat dia tersiksa"

Vira pun terduduk dilantai, dengan terus mengeluarkan isakan tangisnya.

"Gue benci sama lo Nan" Ucapnya lirih, lalu kesadaran nya pun hilang.
-
-
-
-
-
Gadis itu kembali terbangun diruang rawatnya, dengan tatapan kosong, "Aku mau pulang" Ucapnya membuat Rendra menatap nya.

"Kamu udah bangun Al?"

"Aku mau pulang"

"Tapi keadaan kamu-"

"Aku mau pulang"

"Bentar lagi ya, keada-"

"Aku mau pulang!" Ucap Vira dengan suara meninggi.

"Oke kita pulang" Disana hanya ada Rendra yang menjaga Vira, dikarnakan keluarga Nanda belum sampai, Artan dan Varo diminta untuk mengurus pemakaman Nanda, dan Rina pun meminta ikut, tadi nya Artan ingin menemani Vira, tapi Rendra meminta Artan, karna juga pria itu adalah teman dari Nanda.

Rendra dengan Vira yang berada di kursi roda sedang berjalan menuju parkiran, mereka pun bertemu Artan.

"Loh, kamu udah bangun?" Pertanyaan itu tak membuat Vira menatap nya atau bahkan membalas.

"Dia mau pulang" Jawab Rendra.

"Kamu gamau-" Ucapannya terhenti, karna Rendra menyuruhnya untuk diam, lalu kembali mendorong kursi roda Vira, Artan pun mengikuti mereka.

Setelah sampai diparkiran mobilnya, Artan memangku Vira, lalu mendudukkan nya di kursi penumpang.
-
-
-
-
-
Elina dan juga Alaric yang sudah mendengar kabar Nanda, berencana untuk pergi kerumah sakit, tapi putra pertama nya lebih dulu memberi tahu, jika Vira akan pulang, dan langsung saja ke pemakamannya setelah Vira sampai rumah.

Mobil sampai didepan mansion, Artan langsung mengeluarkan kursi rodanya lalu memindahkan gadis itu.

"Al" Panggil kedua orang tuanya, tapi lagi-lagi gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong nya, mereka mengerti dengan keadaan putri satu-satunya itu.

Vira berusaha menjalankan kursi rodanya sendiri dengan sebelah tangan, Artan yang melihat itu langsung membantunya, untuk mendorong kursi rodanya masuk, diikuti yang lainnya.

"Aku mau kekamar"

Dengan memakai lift, mereka pun sampai di depan kamar Vira, "Aku butuh waktu sendiri"

"Yaudah, kalo kamu butuh apa-apa, bilang ya princess"

Vira pun memasuki kamarnya dengan masih dibantu Artan, sebelum keluar Artan berjongkok agar bisa mensejajarkan tubuhnya dengan Vira, lalu ia menggenggam satu tangan Vira.

"Jangan ngelakuin hal yang enggak-enggak, aku gasuka kalo kamu selalu terluka. Kamu pernah bilang, kalo takdir itu gaada yang tau, kamu juga harus terima, kalo Nanda udah tenang disana, kita cukup do'ain aja"

"Kalo ada apa-apa panggil aku, aku ada didepan" Ucap Artan lalu mencium punggung tangan Vira, setelah nya ia keluar dari kamar gadis itu dengan menutup pintu.

Setelah cukup lama terdiam, Vira berdiri lalu berjalan ke arah pintu, dan mengunci pintu kamarnya.

Ia berjalan kearah laci yang berada di dekat tempat tidurnya, lalu Vira mengambil botol yang berisi obat tidur, dan ia menelan beberapa tanpa bantuan air putih.

Setelah merasa sedikit mengantuk, ia pun merebahkan dirinya dikasur, "Tolong datang" Ucapnya sebelum terlelap.
-
-
-
-
-
Hari sudah malam, Artan yang sedari tadi menunggu Vira tak keluar bahkan tak ada suara apapun dari dalam, dan sudah mengetuk pintu berkali-kali, ia pun tak sendiri, ada orangtua serta kedua saudara Vira.

"Al, buka pintu nya, kamu belum makan apa-apa hari ini" Tidak ada jawaban dari dalam.

"Dimana kunci cadangannya?" Tanya Alaric.

"Dipegang Al semua" Jawab Varo.

"Al buka pintunya" Panggil Alaric dengan nada sedikit keras, sembari mengetuk pintu.

"Kamu ngapain?"

"Dobrak aja, takut dia kenapa-napa"

Ketika Artan bersiap untuk mendobrak pintu kamar Vira, tiba-tiba pintu terbuka, membuat ia mengurungkan niatnya.

Dengan mata yang sedikit memerah, menandakan ia baru saja bangun tidur, menatap mereka dengan datar.

"Kamu tidur?" Vira hanya mengangguk, terdapat wajah lega dari mereka semua.

"Makan dulu ya, kamu belum makan apa-apa loh hari ini, nanti maagnya kambuh"

"Biar Mommy ambilin ya"

"Gausah, aku turun aja"
-
-
-
-
-
Setelah tidur tadi, ia sudah tak bisa tidur lagi, kini Vira hanya duduk diam di balkon kamarnya, menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang, serta bulan yang menyinari malam ini.

"Maaf Nanda, gue gak nganter lo ke peristirahatan terakhir lo, karna gue belum bisa terima, lo tega ninggalin gue sama Rina"

"Sebenci-bencinya gue sama lo, lo tetep Nanda sahabat gue, tenang disana"

"Kenapa kalian harus pergi secepat ini? Dan kenapa gue yang banyak kesalahan, gak secepat itu pergi"

"Sayang"

Artan khawatir, karna pasti gadis itu tak bisa tertidur, dan ia memilih menginap, tenang ia tidur bersama Rendra.

Saat mengetuk pintu kamar Vira dan tak ada jawaban, ia pun membuka pintu, melihat gadis itu tidak ada, ia langsung mencari ke balkon, dan benar saja, gadis itu sedang diam termenung disana.

Ia dengar kata demi kata yang gadis itu ucapkan, dan perkataan terakhir, ia sangat membencinya.

"Berhenti ngomong kaya gitu, semua ini bukan kesalahan kamu"

Vira hanya diam, Artan menghampiri nya, lalu duduk disamping Vira, mengusap bahunya lembut.

"Semua udah selesai, ini waktu nya buat kamu, jalani hidup seperti apa yang kamu mau"

"Siapa lagi yang bakal pergi?"

"Gaada sayang, gabakal ada yang pergi, mereka semua masih ada, hanya berbeda tempat"

Vira menyandarkan kepalanya dibahu Artan, "Aku cape"

"Tidur ya, udah malem"
'
'
'
'
'
'
'
'
'
'
Sekian

The Fight ll [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang