8

79 7 0
                                        

Harapan yang hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harapan yang hilang

Hancur, begitulah kondisi lelaki yang tengah berlutut di depan batu nisan yang bertuliskan nama bundanya

Semesta menangis, ia meluapkan segala keluh kesah hatinya di sana. Di pelukan bundanya. Suara itu akan hilang tertelan tanah yang basah, dan dirinya tak akan pernah melihat wajah cantik wanita itu

"Kenapa....kenapa tuhan ambil segalanya dari Semesta?", Isak tangisnya terasa sakit, raga itu benar benar tak ada tujuan untuk bertahan. Bahkan untung membuka mata kini sangat berat baginya

"Sa....", Harsa menggenggam erat bunga tulip yang ia bawa untuk menghiasi makam rahayu

Hujan mulai turun seolah ikut berduka atas apa yang ia alami. Angin bertiup kencang seolah mencoba membawa terbang bebas jiwanya yang sudah sangat lelah, bahkan untuk saat ini ia kauh dari kata kuat

"Sa, udah hujan. Lo lagi sakit, ayo kita balik ke rumah sakit ya?", hening, bahkan harsa tak mendapatkan tanggapan dari lelaki itu

"Bunda, bunda kenapa tinggalin semesta? Bu da maafin semesta hiks....maafin anak bunda yang lemah ini", ia terus mengelusi batu nisan putih polos itu

"Bunda udah gak sakit ya? Bunda udah bahagia kan? Maaf. Semesta gabisa buat bunda bahagia di sini...maafin semesta yang selalu gagal, maafin semesta bunda...maafin semesta ", kepala itu bersandar lemas di papan namanya, berharap akan mendapatkan jawaban dari sang bunda

"Semesta anak yang gagal... semesta anak sial, semesta --"

Ia terhenti ketika mulutnya di bungkam dari belakang oleh harsa, tampa ia sadari harsa juga hancur dan merasa gagal melihat kondisi temannya

"Ja...jangan bilang kaya gitu", suaranya bergetar hebat, petir terus bersambutan seolah tak mau kalah dengan mereka

"Sa, jangan ngomong kaya gitu. Lo harus kuat sa, lo kuat, lo hebat sa...", kini harsa beralih untuk memeluk tubuh rapuh itu, entah kenapa semesta menerimanya dengan penuh lapang dada. Ia menangis, persetan jika harus di bilang cengeng

"Peluk gw sa, jadiin gw rumah lo. Bertahan buat gw, gw bakal biayai semuanya buat kesembuhan lo", harsa mengelus punggung rapuh itu

Semesta menangis, ia meluapkan segala gundah gulana yang selama ini ia pendam. Ia memeluk erat tubuh harsa, air mata mereka bersatu dengan air hujan yang semakin lebat

"Kita pulang ya sa? Lo harus sembuh", Namun semesta tak merespon dirinya, ia dengan panik menarik pundak nya dan harsa melihat jika semesta sudah tak sadarkan diri di pelukannya

evanescent - lee Haechan  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang