Sebungkus rokok kini sudah terbuang di jalanan, isi di dalamnya sudah habis oleh semesta sendirian"Sa, lo kenapa? Jangan rusak tubuh lo", harsa yang memang melihat tingkah semesta yang aneh dari tadi pagi terpancing oleh rasa khawatir yang ia pendam
Hari sudah cukup sore, ia bahkan tidak berniat untuk pulang. Ketiga temannya tidak masalah, namun masalah itu hanya akan menimpa semesta karena ia akan mendapatkan hukuman dari ayahnya jika pulang terlalu larut
Semesta hanya bersandar di tiang ring basket, mereka kini tengah berada di lapangan kosong biasa yang sering menjadi basecamp untuk bermain. Jaraknya juga tak jauh dari rumah mereka
Vano merenggut sekotak bungkus rokok yang hampir semesta habiskan jika ia buka, ia menyimpannya di saku celananya. Dengan tatapan tajam vano menarik rangang semesta agar menatap matanya yang terlihat marah melihat semesta mengabaikan kesehatannya sendiri
Langit mulai gelap di ikuti burung burung yang kembali ke sarangnya, kini yang berterbangan hanya kelelawar dan sejenisnya. Dengan tatapan kosong semesta menatap mata temannya yang bernama vano algara itu
"Tell me", ucapnya penuh penekanan pada kalimatnya, namun semesta hanya diam seperti sebelumnya
"Gw gamau pulang", ketiga temannya kini tengah bertatap satu sama lain, mereka tak tau harus apa
"Kenapa? Lo ga takut bunda lo di siksa lagi sa?", Mendengar ucapan mahendra membuatnya tersadar, bagaimana jika ayahnya melampiaskan itu pada bundanya
"Kok gw mau boker ya denger dia ngomong gitu?", Mahendra hanya tersenyum sembari mengepalkan tangannya, sedangkan harsa dan vano setengah mati menahan tawanya agar tidak terkena pukulan maut seorang mahendra
"Nyesel gw ngomong ", natin mahendra
"Yaudah gw pulang dulu ya? Kalian juga pulang entar ortu lo pada nyalahin gw lagi", Tampa di suruh pun mereka pasti akan pulang, toh semesta sendirilah yang harus pulang dari tadi
Ia melesat bagaimana kilat meninggal ketiga temannya. Setelah sampai di depan rumahnya semesta segera memarkirkan motornya dan menggantungkan help nya di spion sepeda motornya
"KAMU GAGAL! GAGAL SEGALANYA! ANAK SAJA KAMU TAK BISA MENGURUSNYA!"
Sayup sayup semesta sudah dapat mendengar suara pertengkaran itu. Untungnya jarak antar tetangga cukup jauh sehingga ia jarang mendengar gosip gosip panas mulut tetangga
Prang!
"Mas...sakit...mas"
Plak! Plak!
Haechan membuka pintu dengan sangat keras, ia mendapati ayahnya yang tengah menyiksa bundanya menggunakan barang barang rumah. Tangannya tergenggam erat, sekuat tenaga ia menahan amarahnya agar masalah tidak semakin kacau
"Berani beraninya kamu keluar sampai malam begini?! ANAK MACAM APA KAMU SEMESTA!", Satu buah vas bunga kecil mengarah ke arahnya dan pecah ketika mengenai tangannya yang berusaha melindungi wajahnya
Dengan nafas panas yang memburu jafan mendekati putra semata wayangnya sembari membawa gagang sapu yang terbuat dari kayu. Padahal semesta baru membeli itu dua hari yang lalu untuk bundanya menyapu
Brugh!
"Argh..", jafan terus menerus memukul dan Menendang seluruh badannya. Ia juga sesekali memukul wajahnya sehingga meninggalkan luka lebam yang sepertinya akan bertambah lagi, padahal luka lebam nya yang kemarin belum sembuh total
"MAU JADI APA KAMU! SAYA TIDAK PERNAH MENDIDIK KAMU MENJADI ANAK YANG BURUK!"
"KAMU ADALAH PRODUK GAGAL!"
"Bagaimana anak seperti mu lahir keduanya ini, semesta!"
Kini suara jafan mulai tak terdengar, atau mungkin kesadarannya lah yang mulai menghilang sedikit demi sedikit. Semesta tergeletak lemas, namun tetap saja jafan tidak akan berhenti sebelum nafsunya untuk menyiksa habis
Rahayu, bunda haechan memeluk erat kaki suami yang sudah hidup bersama selama setengah umurnya. Ia terus memohon untuk menghentikan pukulan demi pukulan yang perlahan membunuh raga anaknya
"Mas sudah mas...aku mohon mas Berhenti!", meskipun ia lemas karena terlalu banyak berteriak, rahayu tak kenal letih untuk membela anak semata wayangnya. Ia tak mau pengorbanan yang hampir merenggut nyawanya mati sia sia di tangan ayahnya
Dengan terpaksa jafan berhenti karena terganggu dengan suara rahayu yang tak kunjung diam, namun dengan alasan semesta akan di kunci di luar rumah. Rahayu dengan terpaksa menyetujuinya daripada harus melihat anaknya terus di siksa
Tubuhnya yang tak sadarkan diri itu di seret keluar, tanpa di berikan alat untuk tidur semesta hanya tergeletak lemah layaknya raga yang tak bernyawa
Tiit tiit
Tak berselang lama suara beberapa klakson terdengar, namun sepertinya keluarga itu tidak akan menggubrisnya sedikitpun. Bahkan jafan yang mendengar itu hanya diam di kasurnya dan melanjutkan tidurnya
"Kemana semesta? Mana mungkin dia bener bener langsung tidur", tanya harsa
Mahendra melirik pagar rumah yang memang menutupi isi di halaman rumah itu, se ketat itukah privasi keluarganya semesta sampai sampai halamannya pun tak di tampakkan
Namun mata Mahendra sedikit terfokuskan dengan ujung gerbang yang tak rapat, "liat gak ketutup rapat, berarti semesta masih gak lama sampai ke sini". Meskipun terdengar tidak sopan dengan hati hati mereka membuka gerbang itu
Flashback
"Anjir gw lupa ", hampir saja harsa dan vano menjalankan motornya terhenti ketika melihat mahendra yang tiba tiba turun dari motornya
"Kenapa hen?"
Mahendra berjalan menuju sekantong tas kain hitam yang mana isinya adalah seragam semesta yang ketinggalan, "gimana dong? Kita anter?", Harsa dan vano bertatap sebentar. Waktu masih terlalu dini untuk pulang karena mereka tak memperdulikannya, orangtuanya pun masa bodoh asalkan mereka pulang semua baik baik saja
"Dia udah makan belum?", Tanya vano yang secara tiba tiba
"Belum, dia juga nolak tadi pas di rumah", mereka juga ingat saat istirahat satu maupun dua Semesta tidak pergi ke kantin, di tawarin juga dia malah nolak dengan alasan lagi perih biat makan
Akhirnya mereka dengan baik hati membelikan nasi Padang kesukaan semesta untuk mengganjal perutnya yang seharian kosong tak terisi. Setelah membeli nasi padang porsi jumbo untuk mukbang semesta mereka langsung pergi ke rumah semesta. Ini adalah kali pertama karna setiap mereka mengajak untuk melihat rumahnya semesta selalu menolaknya
Mereka akhirnya sampai di depan rumah itu, ketiganya bertatap ragu karena takut mengganggu ketenangan mereka di malam hari. Namun mereka juga khawatir pada temannya
Dengan sedikit nada takut akhirnya harsa memencet klakson sepeda motornya untuk memanggil temannya agar keluar
Tiit tiit
Flashback off
Mahendra adalah orang yang turun dari motornya untuk masuk sendiri. Ya, meskipun keempatnya adalah sahabat dekat namun harsa dan vano masih ketinggalan jauh oleh mahendra. Entah kenapa hubungan semesta dan mahendra seperti saudara kandung
"Semesta-", Mahendra menjatuhkan kantung dan kreseknya hingga terjatuh. Harsa dan vano yang melihatnya panik dan ikut turun untuk melihat apa yang membuat temannya itu seperti ini
Keduanya ikut kaget dan menyusul mahendra yang kini tengah berada di samping semesta. Tubuhnya penuh luka lebam dan banyak luka yang mengalirkan darah segar, kondisinya memprihatinkan. Untungnya lukanya tak cukup parah pikir vano
Namun bagi mahendra berbeda, ia membuka baju haechan yang membuat kedua orang pria lainnya terkejut, "apa yang lo lakuin bego-", Mata mereka bertiga membulat sempurna ketika banyak luka biru keunguan, darah yang mengalir di area tertutup seperti purut, dada, dan punggung lebih banyak dan parah
"Sejahat itu semesta sama lo", gumam Mahendra. Tangannya memegang tangan kanannya yang bergetar karna tak kuasa melihat tubuh semesta yang sudah seperti mayat yang di paksa hidup
T.b.c
KAMU SEDANG MEMBACA
evanescent - lee Haechan [END]
Teen FictionPOV LEE HAECHAN jangan berharap sama author yaa hehe (END) Resmi pemikiran author Harap jangan meng copy!