10

58 9 0
                                    


"Satu tahun"

"Ha?"

"Satu tahun lagi, sebelum gw pergi...gw ada permintaan"

-

Kini kedua mata coklat dan biru itu kembali bertemu seolah menyembuhkan luka yang telah lama membekas

Tak ada suara yang keluar baik dari Mahendra ataupun semesta, leher mereka terasa kering bahkan tak mampu mengeluarkan satu buah kata sedikitpun. Harsa baru saka keluar agar tak ikut ikutan dalam permasalahan lama ini, sudah dua bulan lamanya sejak pertengkaran itu dan semesta berhasil bertahan tampa mereka berdua

Orang yang ia anggap kakak itu perlahan jatuh, tangannya menarik punggungnya dan mereka saling berpelukan untuk melepaskan rasa sakit masing masing

"Maaf, maafin gw sa", lirih lelaki bersurai hitam itu, rambutnya kini tak se lebat dan se sehat dulu

Semesta hanya diam, mengelus pelan punggung lelaki yang bergetar hebat akibat tangisan nya sendiri. Mahendra malu, ia tak mampu membayangkan rasa sakit adiknya

"Gw egois ya? Maaf, seribu maaf bakal gw kasih buat lo"

Ia menggelengkan kepalanya, meskipun teringat rasa sakit yang meruntuhkan mentalnya waktu itu. Berat kepalanya sangat berat namun semesta terus berusaha agar bisa menggerakkan kepalanya untuk menolak asumsi yang membuat Mahendra bersalah sangka

"Gw udah maafin lo, jauh sebelum Lo memutuskan buat datang kesini", Mahendra melepaskan pelukannya untuk menatap wajah yang sudah jarang ia temui

Berbulan bulan ia tak datang menemuinya dan kini rasa sakit itu bukannya hilang setelah mendapatkan pemaafan nya dan justru melukai luka yang sudah ia keringkan selama dua bulan lamanya. Sakit, mengapa seorang seperti semesta bisa sebaik itu. jika boleh memilih seribu jawaban daripada satu pertanyaan ia tentu akan memiliki memberikan satu pertanyaan

Terbuat dari apa hatinya?

"Jangan menyesal, gw benci. Lagian lo juga abang gw, keluarga terakhir gw meskipun ga ada darah yang mengalir di antara kita berdua"

Ia mengusap pelupuk matanya yang masih mengeluarkan butiran bening, menarik pipinya dan tersenyum pahit

"Makasih, makasih buat semuanya. Makasih udah lahir di dunia ini sa, makasih udah jadi adek angkat gw", Mahendra meremas kuat selimut yang tengah semester pakai, meratapi waktunya yang sedikit demi sedikit mencapai penghabisan

Setiap masa pasti ada akhir. Namun mengapa ia hanya mendapatkan sedikit kebahagiaan dari segala luka yang menumpuk pada jiwa yang rapuh itu

Harsa kini masuk kedalam, ia sedikit khawatir jika Mahendra akan melakukan sesuatu pada temannya. Namun ketika pintu terbuka harsa justru tersenyum lega ketika melihat kedua pribadi itu kembali berbaikan

"Janji", mereka berdua menoleh ke arah jari kelingking harsa yang mengarah ke arah kedua tangan mereka

"Terus seperti ini, gak ada yang di sembunyikan sampai akhir hayat yang memisahkan kita bertiga", semesta tersenyum entah senyum lega atau kecewa

Mereka kembali berkumpul, namun ada yang kurang karna vano tidak ada disana. Ia tak pernah muncul kembali, bahkan tak ada kabar darinya

Namun harsa tak peduli karena baginya lelaki itu tak pantas kembali setelah segalanya, bahkan ketika di berikan kesempatan ia tak pernah mau kembali datang untuk meminta maaf

Namun takdir tetaplah takdir, semesta tak mampu berkehendak.

Hei tuhan lihatlah lelaki yang terus kau uji akhirnya mendapatkan hasil lagi, sekian banyaknya tangisan kecil yang menyakitkan akhirnya takdir memberikannya kehidupan kembali

Ini bukan di ambang karam, meskipun kenyataannya umur nya tak selama yang ia harapkan. Satu tahun yang biasanya terasa menyakitkan dan lama itu kian hari terasa semakin cepat seolah menginginkan kepergiannya secepatnya

"Gw ada permintaan", mendengar itu kedua pria gagah di sana mendelik curiga. Biasanya semesta selalu aneh aneh jika meminta sesuatu

"Kali ini engga aneh aneh kan?", tamya Mahendra ragu ragu

"Engga~ gw cuman mau ke tebing yang ada di pinggir laut", harsa yang mendengar itu pun sontak menolaknya, "lo lagi sakit gini mau ke laut? Setelah kehujanan selama beberapa jam aja itu udah bikin gw frustasi, jangan lukai diri lo sendiri sa...", jelasnya, namun semesta hanya tersenyum dan membuat harsa tak mampu menolaknya

Dulu gw suka banget pergi ke laut, ayah juga sama hal nya dengan gw. Dia selalu ajak kota liburan ke laut, entah kenapa rasanya gw gak pernah bosan meskipun harus gw lakuin seribu kali dalam hidup gw

Semesta membuka matanya, ia terdiam ragu dengan apa yang ia lihat sekarang. Bukan teman temannya lagi yang di tampilkan di depannya, melainkan sebuah tebing yang berada di atas ombak laut yang terus menabrak batu karang

"Semesta? Kamu ngapain"

"Ayah, semesta lagi liat laut di tebing. Ombak nya besar banget!", antusiasnya, ia terlihat sangat bersemangat dan menikmati keajaiban dunia yang sangat indah dan banyak

"Ayah, ayah. Sini", entah mengapa saat itu dirinya ingin ditemani oleh ayahnya

Sang ayah pun mendekati tubuh mungil anaknya, ia berjalan perlahan sebelum benar benar berada tepat di belakangnya. Namun entah apa yang di lakukan olehnya namun kini semesta jatuh, ia menatap wajah ayahnya yang tengah tersenyum sambil melambaikan tangan

Ia dapat merasakan tubuhnya yang jatuh, waktu terasa lambat saat ia tengah berada di udara seolah tuhan ingin anak kecil itu merasakan detik detik terakhirnya. Suaranya tercekat seolah tak mampu berteriak meminta pertolongan

Dan di detik berikutnya tubuh itu terasa berat dan dengan cepat punggung sempit itu menghantam air laut dengan sangat keras, ia tenggelam di air laut yang cukup dalam. Tangannya bergerak cepat berusaha bergerak ke permukaan, nafasnya terpotong potong oleh air asin yang terus menghadangnya untuk bernafas

Ia lemah, dirinya tak pandai untuk berenang. Di saat seperti itulah anak kecil yang tak tau apa apa itu hanya menangis pasrah dan berteriak memohon pertolongan seseorang

Di saat kesadarannya hampir hilang ada seorang anak lelaki yang lebih tua darinya, ia terlihat dua sampai empat tahun lebih tua daripada dirinya. Lelaki itu berhasil menarik tangan semesta sebelum benar benar mati di telan ombak yang cukup besar

"Kamu gapapa?!", tanya anak berambut hitam kemerahan itu, ia menatap was was semesta yang terlihat lemas dan pucat

"Ternyata benar ada seseorang, Tio bawa dia ke daratan!", entah apa yang terjadi berikutnya namun kini semesta sudah tak sadarkan diri, namun untungnya ia beruntung masih tertolong oleh anak bernama tio itu

Brak!

Mendengar suara benda pecak itu membuat semesta terbangun kaget, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya. Nafasnya tersengal segal mengingat rasa sakit ketika dirinya hampir mati di tangan ayahnya sendiri

Matanya beralih secara perlahan ke arah sumber suara, kini ia berhasil menoleh sempurna ke arah pintu masuk ruangan. Matanya membulat sempurna di temani oleh air mata yang berontak ingin keluar

Nafasnya memburu dan rasa takut menyelimuti seluruh tubuhnya

"A....ayah", seorang lelaki yang sudah lama tak ia lihat kini kembali dengan kondisi yang sangat buruk

Ia membawa sebuah gagang kayu dan semesta sudah tau bagaimana kondisinya setelah ini

Bonus karena kemarin aku gak update hehe 😁🙏

evanescent - lee Haechan  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang