Flashback"Kapan lo bangun sa?", batin Mahendra, ia benci jika melihat wajah cerah itu tertidur dan redup
Wajahnya damai, sangat damai sampai sampai membuat mereka bertiga takut kehilangannya jika mata itu terus terpejam. Harsa membuang nafas kasar berkali kali dan membuat vano dan Mahendra khawatir padanya. Ia terlihat paling gelisah disana
"Bangun sa", suaranya bergetar
"Bangun, jangan nyerah. Kalo nyerah gw gaplok entar", bukannya tertawa, harsa malah menangis di samping tubuh lemah itu. Ia memegang erat tangan yang semakin kurus itu
Tak lama menanti, akhirnya dokter yang dari tadi hilang kembali. Ia menghampiri mereka dengan membawa sebuah amplop besar yang sepertinya berisi tentang keadaan temannya
"Bagiamana om?", ya dokter itu adalah ayah dari vano, dia pemilik rumah sakit ternama disana
"Saya masih ragu dan tak percaya, mohon maaf ya nak, saya akan mengecek lebih teliti. Dan vano, ayah harap kamu jaga teman kamu ini ya? Kondisinya cukup buruk. Terlebih lagi mentalnya", jelasnya panjang lebar sebelum ia kembali pergi
Hening. Mereka mencerna apa yang telah terjadi saat ini, tak ada yag mampu berucap ataupun berkomentar. Suara alat mesin itu terus berbunyi menandakan bahwa jantung pria bersurai coklat itu masih hidup dan berdetak
"Ibunya tau?", Mahendra menggeleng tampa menoleh ke arah sumber suara
"Kabarin, kasian kalo dia belum tau keadaan haechan", mendengar saran harsa Mahendra segera mencari ponsel haechan di saku celananya. Setelah mendapatkannya ia segera mencari kontak ibunya di antara banyaknya kontak orang lain
Bunda nya semesta
Selamat siang tante, saya Mahendra. Anak ibu sakit dan sedang di rawat. Untuk
Biaya tak usah ibu pikirkanMahendra terkekeh-kekeh melihat nama kontak itu. Se sayang itu ia sama ibunya sendiri. Sedangkan dirinya tak pernah di izinkan menyebut ibunya dengan panggilan 'ibu' karena ayahnya tak ingin dia yang di anggap melahirkan anaknya
"Lo tau? Kenapa Semesta suka sama panggilan 'sa'?", Vano dan Mahendra mengerutkan keningnya, ada benarnya juga ucapan nya. Padahal di namanya tak ada kata 'sa'
"Kenapa?", tanya kedua pria itu secara serempak
"Karena itu panggilan terakhir dari ayahnya sebelum berubah"
Falsback off
Rahayu menatap wajah anaknya yang kian tirus, pipinya yang lucu berubah menjadi se tirus ini. Rahang nya semakin tegas daripada dulu
Tangan cantik itu meraih tangan yang tengah di infus, ia menciumnya lembut dan berharap ada keajaiban yang datang. Rahayu tersenyum seraya mengelus surai cokelat manis itu
"Sebentar lagi nak, sebentar lagi kamu bebas", ia menundukkan kepalanya. Sakit, sakit sekali melihat anak semata wayangnya yang terus menerus di berikan cobaan yang berat
"Bertahan buat bunda ya? Semesta anak yang kuat"
Perlahan vano, harsa dan Mahendra masuk kedalam ruangan itu dengan membawa kantong plastik yang berisi bubur. Itu bukan untuk semesta, melain untuk bundanya rahayu.
"I-ibu makan ya? Mahen kasian liat i-bu khawatirkan semesta", Rahayu tersenyum ketika menyadari kegagapan pengucapannya. Ia tersenyum kemudian menggerakkan satu tangannya, mahendra menunjuk dirinya yang membuat rahayu mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
evanescent - lee Haechan [END]
Fiksi RemajaPOV LEE HAECHAN jangan berharap sama author yaa hehe (END) Resmi pemikiran author Harap jangan meng copy!