"Semesta...bangun nak", suara menenangkan yang tak asing itu membuat pria yang tengah terbaring itu tersadar. Mata coklat yang sama seperti matanya itu tersenyum sehingga membentuk bulan sabit yang cantik"Bunda..", senyum nya merekah, rahayu yang memang menjenguk anaknya itu langsung memeluk anaknya dengan penuh rasa menyesal
"Semesta kamu baik baik aja kan? Maafin bunda ya", air matanya membasahi pundak anaknya, namun semesta tak peduli
"Semesta benci ayah...", rahayu mengelus punggung yang memang penuh dengan beban, rasanya kasihan anak seusianya harus menanggung takdir dunia yang tak ada habis habisnya
"Dia ayah kamu sayang, dia ayah kamu..gak boleh gitu yaa nak", bibirnya terkelupas membuat rasa darah di lidahnya, susah payah ia menahan air mata yang berusaha memberontak untuk turun
"Semesta capek ya? Gapapa nak. Dunia tempatnya lelah..."
Rahayu melepaskan pelukannya, ia mengangkat rahang anaknya agar bisa melihat wajahnya yang tampan. Rahayu tersenyum pahit, banyak luka yang belum sembuh yang mengotori wajah rupawannya
Bibirnya tertarik ke bawah, ia tak kuasa lagi menahan rasa sakitnya. Pada akhirnya seorang anak laki laki itu tak kuasa dan menangis di depan bundanya
"Bunda...maafin semesta hiks, bunda menderita tapi semesta gak bisa bantuin bunda hiks...", Rahayu menggelengkan kepalanya, ia lantas mengelus rambut cokelat itu dengan penuh kasih sayang. Rasanya baru kemarin anaknya masih balita, ia telah berhasil membesarkan anaknya menjadi manusia hebat seperti saat ini
"Semesta takut....semesta takut bunda mati di tangan ayah hiks.... semesta takut....hiks, jangan pergi...jangan bernah berniat buat pergi sebelum semesta sukses", rasa hangat itu kembali muncul, bebannya terasa sangat ringan setelah mengungkapkannya secara langsung
"Sayangku, denger bunda", rahayu mengusap air mata di mata sembab itu, "bunda yakin kamu pasti sukses, bunda juga akan bertahan buat kamu sayang. Tapi bunda tau beban kamu lebih berat dari bunda, sakit ya nak? Pasti sakit ya...maafin bunda ya nak", rahayu menutup wajahnya tak kuasa melihat penderitaan yang di tanggung semesta sejak ia berumur lima tahun, padahal anaknya berhak mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan. Namun justru itu yang ia dapatkan
Kini mereka diam, meratapi kejahatan dunia yang terus terusan memberikan cobaan kepada ibu dan anak ini. Nafas yang tersengal-sengal itu mengisi keheningan di dalam ruangan yang selalu sepi ini
"Semesta mau pulang, semesta mau tidur sama bunda", rahayu tersenyum simpul, "kamu harus sembuh, tubuh kamu harus kuat dulu baru kamu pulang", namun semesta menolak dan tetap pada pendiriannya untuk pulang
Rahayu bingung, ia bahkan pergi tampa izin. Karena jika izin pasti jafan akan datang dan menyeret anaknya untuk pulang dan akan disiksa lagi dan lagi
"Dengerin bunda semesta, semesta nya bunda. Kamu belum bisa pulang, bunda gapapa. Kamu pasti bakal pulang lagi ke rumah, rumah kita yang menjadi awal dan akhir penderitaan maupun kebahagiaan kita ya?", Dengan berat hati semesta hanya bisa mengangguk setuju. Namun ia takut jika ibunya akan di apa apakan oleh ayahnya sendiri
"Kenapa bunda gak cerai aja! Kita bisa beli rumah, semesta punya tabungan cukup bun!", Lagi lagi rahayu hanya menggeleng dan menunjuk ke arah dada anaknya
"Dia akan tetap menolak sayang, dia cinta bunda. Meskipun sikapnya begitu bunda tau dia sayang sama kita", semesta tersenyum pahit, "sayang? Apa dengan semua siksaan rasa sayang bisa di tunjukkan? Semesta cuman liat kebencian, amarah dari sorot matanya"
"Bunda tau sayang, tapi dia gak akan mungkin mau melepaskan kita begitu saja kan?", Semesta mengacak-acak rambutnya frustasi, rahayu jujur merasa sedih melihatnya. Namun jauh sepengatahuan anaknya ia berusaha mengumpulkan bukti cukup untuk membuat suaminya dipenjara seumur hidup. Tinggal tunggu beberapa waktu lagi mereka akan bebas, rahayu yakin itu
KAMU SEDANG MEMBACA
evanescent - lee Haechan [END]
Teen FictionPOV LEE HAECHAN jangan berharap sama author yaa hehe (END) Resmi pemikiran author Harap jangan meng copy!