Semesta membuka matanya perlahan, tubuhnya sangat sakit seakan kini dirinya tengah di tusuk jarum besar terus menerus tampa henti. Matanya menangkap atap ruangan putih polos, kini ia melirik ke sekelilingnya yang hanya berwarna putih polos. Apa ini rumah sakit?Belum sempat ia mencerna seorang wanita yang tak lain adalah seorang perawat masuk ke dalam ruangannya, ia membawa beberapa obat yang harus semesta minum
"Tuan semesta sudah bangun? Apa kau merasa baik?", tanya nya ramah, tak lupa senyum yang cukup menenangkan
Semesta mengangguk, "terimakasih sus, tapi kenapa saya bisa berada di rumah sakit ini?", Tanya nya hati hati, padahal seingatnya semalam ia pingsan karena tubuhnya tak sanggup menahan pukulan jafan
"Tuan vano dan teman temannya", semesta mengerutkan keningnya. Tunggu vano? Harsa, dan Mahendra? Bagaimana bisa mereka mengantarkannya ke rumah sakit, apa kemarin mereka masuk ke rumahku? Atau kebetulan aku di tidurkan di luar rumah seperti biasanya?
Kepala semesta sedikit pusing ketika memikirkannya, ia memegang pundaknya yang masih sakit akibat tendangan jafan yang cukup kuat dari biasanya. suster yang peka segera memberikan obat dan segelas air
"Ini minum, anggap obat ini penenang mu", semesta mengangguk kemudian dengan senang hati ia langsung meminumnya. Benar, rasa sakitnya perlahan menghilang. "Apa ini obat anti nyeri, sus?", suster itu hanya mengangguk kecil kemudian kembali meletakkan gelas yang habis semesta gunakan ke nampan yang ia bawa
"Karna dokter bilang ia terlalu kasian untuk membiarkan kamu kesakitan. Tapi tenang saja, kami tau kamu kuat", Setelah mengecek beberapa alat ia segera pamit dan pergi
Semesta menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang yang sedang ia tempati. Bagaimana keadaan bundanya? Ia meraih ponsel yang masih tersimpan di saku celananya. Ia kemudian melakukan sebuah panggilan ke salah satu temannya
Mahendra
Setelah menunggu beberapa detik akhirnya mereka tersambung. Semesta melirik jan yabg sekarang sudah pukul sembilan, mungkin ini waktu yang tepat untuk menelepon karena sekarang pasti mereka tengah berada di belakang sekolah
"Semesta? Lo udah bangun?"
"Makasih, gw gatau kenapa kalian bisa baha gw kesini, tapi kalian tau kondisi bunda gw?"
"Maaf tapi gw gatau", suara itu terdengar cukup kecewa
"Gw bakal bantu lo", itu adalah harsa, tak lupa ada suara vano juga yang ngomong gak jelas
"Gw gak punya uang, walaupun ayah gw punya kantor besar", semesta menyandarkan kepalanya ketika kepalanya sangat pusing, mungkin ini efek tidak makan dari kemarin
"Gw pulang sekolah kesana ya?", semesta hanya berdehem
"Oh iya sorry sa, kemarin nasi padang buat lo mukbang gw makan. Tar gw ganti deh", haechan terkekeh kecil mendengar kejujuran vano, "iya iya. Sekarang gw tutup ya? Pasti bentar lagi bel masuk", setelah mendapatkan jawaban Semesta menutup panggilan dan kembali meletakkan ponselnya
"Semesta harus bertahan sampai kapan? Dunia jahat", semesta menarik rambutnya hingga kening nya terlihat, ia memejamkan matanya sembari mengatur nafasnya yang tiba tiba terasa sesak ketika mengingat bundanya yang terluka sampai berdarah
"Mau ayah apa sih?"
Flashback
Jafan dan rahayu adalah sepasang suami istri yang harmonis, dulunya. Mereka selalu menjaga dan merawat anak lelaki pertamanya yang di beri nama semesta Narenda
Rahayu bahagia menikah dengan jafan begitupun sebaliknya, waktu demi waktu mereka lalui bersama sampai ketika usia semesta lima taun terjadilah kejadian yang membuat jafan berubah drastis. Kini ia sering marah bahkan tak lagi seperti ayahnya
![](https://img.wattpad.com/cover/358603179-288-k181272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
evanescent - lee Haechan [END]
Teen FictionPOV LEE HAECHAN jangan berharap sama author yaa hehe (END) Resmi pemikiran author Harap jangan meng copy!