14. Murid Baru

193 24 18
                                    

"setelah sekian lama derita menyiksa ku, apakah kau datang untuk melindungiku atau justru juga ingin ikut menorehkan lukaku yang semakin melebar?"

Ps: jangan lupa votmen nya ya

DI TENGAH Padatnya kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya pagi ini, seorang pemuda dengan wajah pucat nya terus berjalan dengan langkah pelan yang terpincang-pincang. Pemuda malang itu adalah hoseok, lengkap dengan seragam sekolah, ransel yang tersampir di kedua pundak, sepatu Converse yang entah sudah berapa tahun tak kunjung di ganti dengan yang baru, celana panjang ia gunakan untuk menutupi luka memar yang terdapat di sana, juga jaket sweater abu abunya ia gunakan untuk menutupi bekas cambukan di lengan tangannya.

"Mengapa kamu ikut duduk di meja ini?"

"Hoseok lapar, ayah. Semalam tidak makan apa apa."

"Lalu? Kamu mau apa?"

"Hoseok izin makan sesuap nasi saja sebelum berangkat ke sekolah."

"Enak saja! Tidak! Kamu tidak perlu sarapan."

"Tapi, ayah..."

"Mau saya pukul lagi kamu? Pergi sana, ayah tidak membutuhkan mu berada di sini."

Air mata hoseok mengalir begitu saja saat kembali mengingat bagaimana Chang Wook memperlakukannya saat berada di meja makan tepat di depan ibu tiri dan saudara tirinya itu. Chang Wook sama sekali tidak membiarkan nya sarapan walaupun sesuap nasi saja dan segelas air mineral saja padahal Chang Wook jelas jelas tahu tak ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya sejenak semalam.

Chang Wook mengusir hoseok secara terang terangan saat ia ikut duduk di meja makan, sementara jungkook dan Hye Kyo dapat merasakan duduk tenang sambil menikmati sarapannya. Benar benar tidak adil.

Hoseok terus melangkah kakinya di atas trotoar jalan, melewati beberapa kendaraan yang sedang berbaris panjang di depan bangunan apotek. Tepat sekali, sejak semalam hoseok tidak meminum obat pereda nyeri karena persiapan nya sudah habis.

Sambil terus menahan sakit, hoseok melangkah mendekati apotek tersebut. Soal uang, ia mempunyai sedikit uang jajan di saku seragamnya. Semoga saja cukup untuk membeli sepuluh tablet obat pereda nyeri.

"Permisi, mbak." Hoseok tersenyum ramah pada salah satu wanita yang sedang berjaga di sana, meski wajah pucatnya tidak bisa berbohong tapi ia tetap terlihat baik baik saja.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Obat pereda nyeri asam mefenamat nya masih ada?" Hoseok bertanya, ia sangat berharap jika obat yang ia butuhkan masih ada setidaknya bisa meredakan rasa nyeri dan sakit di sekujur tubuhnya.

"Sepuluh tablet, harganya sembilan ribu, ya, kak."

"Sembilan ribu?" Tanya hoseok memastikan.

"Iya," jawab wanita tersebut.

Hoseok berusaha untuk terlihat tenang, meski dalam hatinya ia merapalkan doa berkali kali, semoga saja sisa uang jajannya cukup. Hoseok merongoh pelan saku seragamnya. Pas sekali, uang nya masih tersisa dua puluh ribu dan sisa kembaliannya akan ia gunakan untuk membayar uang bensin mobil Jimin karena hari itu Jimin pernah mengantar nya pulang ke rumahnya.

JUNG HOSEOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang