6. Hoseok, luka, dan duka

196 22 4
                                    

"pukul aku, patahkan tulang ku, bunuh aku."




SEPERTI Biasa, setiap malamnya hoseok selalu menyempatkan dirinya untuk menemui ibunya yang saat ini sudah tertidur pulas di atas tikar setelah hanya memakan beberapa suap bubur yang hoseok buat tadi sore. Hoseok menatap prihatin perempuan yang kini tengah menutup matanya, wajahnya terlihat sangat damai ketika sedang tertidur seperti ini meskipun di dalam gudang dan tikar rajut yang menjadi alasnya. Benar benar miris. Jika dulu ibunya bisa tertidur lelap dengan nyaman di dalam kamar ber AC dan kasur king size nya, tapi sekarang tidak lagi. Semenjak ayahnya memilih untuk menikah lagi dengan Hye Kyo, seorang perempuan janda yang beranak satu, posisi ibunya sebagai istri pertama dari ayahnya, bahkan dirinya pun ikut tersingkirkan.

Tapi di sisi lain, hoseok masih bisa bersyukur karena ia masih bisa merasakan tidur yang nyenyak di dalam kamar tamu meskipun dengan desain yang sangat sederhana. Jangan tanyakan di mana kamarnya yang dulu, semuanya sudah di ambil alih oleh Jungkook saudara tirinya itu benar benar berkuasa di atas segalanya.

Jika hoseok masih bisa merasakan tertidur nyenyak di atas kasur yang sederhana, berbeda lagi dengan ibunya yang kini harus menempati gudang sebagai kamarnya. Alasan Chang Wook sangat simpel, perempuan dengan kelainan jiwa memang pantasnya ia tempatkan di sana, bahkan tak segan segan Chang Wook menguncinya dari luar sampai berhari hari tanpa memberi min young makan dan minum.

Hoseok tersenyum kecut. Di pandanginya wajah damai sang ibu yang kini sudah tertidur lelap sembari berpikir bagaimana kehidupan mereka selanjutnya. Apakah jika sudah bosan Chang Wook juga akan melempar mereka ke jalanan? Sungguh, membayangkan nya saja hoseok sudah tidak sanggup.

Drtt! Drtt!

Deringan ponsel yang berada di atas nakas seketika membuyarkan hoseok dari lamunannya. Hoseok mengambil nya dan melihat satu nama yang terpampang nyata di layar ponselnya.

Kim seokjin. Panggilan telpon itu ternyata berasal dari seokjin, laki laki berensek yang berhasil membuat hoseok di keluarkan dari sekolah sejak dua hari yang lalu. Hoseok terdiam sejenak, haruskah ia menjawab panggilan dari seokjin atau justru tidak?

Setelah membulatkan tekad, jemari hoseok akhirnya bergerak menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

📞...

"Halo?" hoseok menyahut lebih dulu.

"Jalang! Lo sengaja angkat telepon dari gue terlalu lama?"

"Maaf, kak. Tadi aku ketiduran," ucap hoseok yang sudah jelas berbohong, apa pun akan ia lakukan agar bisa terbebas dari jeratan laki laki seperti seokjin.

"Ke apartemen gue sekarang juga."

"Ini udah malam dan bunda aku juga sakit..."

"Lo pikir gue peduli, bangsat? Mau bunda Lo sakit atau mati pun gue nggak akan pernah peduli. Ke apartemen gue sekarang juga."

Dari balik telpon hoseok hanya bisa menghela nafas mencoba untuk bersabar.

"Maaf, kak. Tapi aku tetap nggak bisa..."

"Fine! Lo nurut atau foto foto jalang Lo di gudang sekolah waktu itu bakalan gue bocorin ke bokap Lo? Pilih mana?"

Tangan hoseok spontan mencengkeram ujung pakaiannya. Jika sudah menyangkut soal ayahnya, hoseok tidak bisa menolak lagi. Bukan karena hoseok ingin menuruti keinginan seokjin, hanya saja ia takut jika seokjin benar benar membuktikan ucapannya.

JUNG HOSEOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang