27. Why Me?

219 24 13
                                    

"bagaimanapun caraku, aku tetap salah di mata mereka."

Ps : jangan lupa untuk votmen nya ya dan typo banyak bertebaran




"PAPA aku udah sepakat untuk mempercepat pertunangan kita. Gimana sama keluarga kamu?"

Prang!

Gadis itu terlonjak kaget saat Tupperware yang berisi nasi goreng buatannya sendiri di banting dengan kasar ke lantai rooftop oleh kekasihnya sendiri.

"LO BISA, KAN, NGGAK USAH BAHAS HAL ITU SEHARI AJA? GUE CAPEK, TELINGA GUE UDAH CUKUP MUAK DENGAR KATA KATA YANG KELUAR DARI MULUT LO!!" lelaki itu membentak keras, membuat nafas gadis di sampingnya menderu hebat karena ketakutan.

"Aku cuma ingatkan kamu, karena ini termasuk hari istimewa kita...."

"ISTIMEWA DARI MANANYA, SETAN?!"

Brak!

"Akh!" Gadis itu berteriak kesakitan saat kursi besi yang ia duduki di tendang begitu saja oleh kekasihnya sendiri.

"BERDIRI LO!"

"Gimana? Kaki aku sakit gara gara kamu tendang...."

"MEMANG GUE KELIHATAN PEDULI BANGET SAMA LO?!" Lelaki itu tertawa terbahak, ia sedikit melonggarkan dasi sekolah nya sebelum akhirnya ia turun tangan, menarik paksa gadis itu agar berdiri.

"Please pelan pelan, kaki aku sakit." Gadis itu mengerang kesakitan berkali kali, terdengar isakan kecil dari bibir kecilnya. Tidak berbohong karena kedua matanya sudah memerah karena menahan tangis.

"Ulang kata kata Lo yang tadi," pinta lelaki itu, dengan sengaja mencengkram kuat lengan kekasih nya hingga memerah. Tidak peduli jika gadis itu sudah menangis karena perbuatannya.

"GUE BILANG ULANG, SIALAN!"

Plak!

Wajah gadis itu terlempar ke samping. Cipratan darah segar mengotori seragam sekolah nya.

"DENGAR PERINTAH GUE ATAU GUE BAKALAN DORONG LO DARI ROOFTOP INI. PILIH MANA?" ia menarik rambut panjang kekasihnya ke atas hingga tatapan keduanya bertemu.

"Papa aku udah sepakat untuk mempercepat pertunangan kita." Ulang gadis itu.

"Cih!" Lelaki bermata hitam menyala itu berdecih pelan. Ia kembali melepas tarikan nya di rambut kekasihnya, tak lupa ia juga mendorong kedua bahu gadis itu hingga menabrak dinding tembok dengan sangat keras.

"Lo pikir gue mau tunangan sama cewe dekil kayak Lo gini?" Sekarang, lelaki itu mendekat, mengelus pelan wajah kekasihnya sebelum akhirnya turun ke sudut bibir gadis itu yang sudah berdarah karena bekas tamparan nya.

"Gue nggak pernah suka sama Lo," ucapannya.

Seperti belati yang berhasil menusuk hatinya dari dalam, air mata gadis itu luruh begitu saja tanpa bisa ia cegah lagi.

"Lo bukan tipe gue, sih."

Sesak. Rasanya benar benar sesak saat mendengar kata itu terucap dari bibir kekasihnya sendiri.

JUNG HOSEOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang