9. Memeluk luka

159 21 8
                                    

"pernah bahagia, tertawa bersama, lalu kemudian keadaan memutar dunia ku."



URAT URAT di sekitar leher lelaki paruh baya itu terlihat menegang. Tatapannya sangat tajam menghujam seorang Perempuan dengan penampilan yang sedikit tidak terawatnya yang kini sudah duduk di atas lantai. Chang Wook membanting sebuah gelas tepat di atas pergelangan tangan perempuan itu hingga pecah berkeping keping lalu menginjaknya Tanpa ampun.

"BUKANKAH SUDAH KU KATAKAN UNTUK TIDAK PERNAH MENGINJAKAN KAKI MUDI RUANGAN INI LAGI?!"

Suara bentakan keras Chang Wook mengalihkan perhatian hoseok yang sejak tadi sibuk mengemasi buku buku tulisnya ke dalam ransel sekolahnya. Seolah tau apa yang sedang terjadi di lantai bawah pagi ini, hoseok segera berlari keluar dari kamarnya, menutup pintu kamarnya lalu berlari terburu buru menuruni anak tangga.

Nafas hoseok tersengal sengal, ia menormalkan deru nafasnya sesaat sebelum akhirnya tangannya itu bergerak memutar kenop pintu ruang kerja Chang Wook ayahnya. Ketika pintu terbuka, hoseok langsung di suguhkan dengan pemandangan yang membuat hatinya tersayat dari dalam. Seorang ibu yang selama ini ia rawat, tetapi berbeda lagi dengan Chang Wook. Dengan tidak berperasaan, ayahnya itu menginjak pergelangan tangan ibunya tepat di atas beberapa serpihan kaca.

Chang Wook semakin menguatkan injakan kakinya yang terbalut sepatu pantofel di atas telapak tangan sang istri. "ISTRI SIALAN!"

"Ampun... Tolong ampuni aku... Sakit...," rintih min young. Perempuan itu sudah meringkuk memohon tepat di atas kaki Chang Wook.

"PERSETAN!" Chang Wook semakin menguatkan injakannya, beberapa bercak darah terlihat jelas sudah memenuhi lantai ruang kerjanya.

"Ayah berhenti... Hoseok mohon Jangan sakiti bunda." Dengan lancar hoseok mendorong tubuh Chang Wook untuk menjauh dari ibunya.

Tidak terima dengan perlakuan hoseok yang terbilang berani, Chang Wook menarik rambut hoseok yang hendak berjongkok membantu ibunya. "KURANG AJAR! BERANI SEKALI KAMU MENYENTUH DENGAN TANGAN KOTOR MU ITU, HOSEOK!"

Plak!

Tubuh hoseok terhempas ke samping setelah di tampar. Setetes darah segar mengalir dari dalam hidungnya dan mengotori seragam sekolahnya.

"INGAT BATASAN MU ANAK SIALAN! DI RUMAH INI KAMU BUKAN SIAPA SIAPA!" nafas Chang Wook naik turun menahan emosi, lelaki paruh baya itu berjongkok dan menarik paksa kerah seragam sekolah hoseok.

"AYAH BENAR BENAR JIJIK MELIHAT WAJAH MU!" Chang Wook meninju tulang hidung milik hoseok cukup keras. Tidak sampai di situ, ia juga menyeret hoseok dan melemparnya keluar dari pintu lalu kemudian di susul dengan ibunya.

"PERGI! BAWA PEREMPUAN SIALAN ITU DARI HADAPAN AYAH. SEKALI LAGI DIA BERANI MENJINAKKAN KAKINYA DI RUANGAN AYAH, SIAP SIAP SAJA JALANAN AKAN MENJADI TEMPAT TIDURNYA!"

"Brak!

Hoseok terpekik kaget saat Chang Wook menutup pintu ruang kerjanya dengan keras. Hoseok mencengkeram kuat kedua telapak tangannya, air matanya kembali Lolos tanpa bisa di cegah. Hoseok menoleh ke samping untuk melihat sang ibu dengan luka lebam di kedu pipinya. Chang Wook benar benar sangat kasar. Kemana sosok ayah yang sangat menyayangi nya dulu? Salahkah jika hoseok mengharapkan nya kembali?

Dan nyatanya, semua itu hanyalah angan angan semata. Sebuah angan angan yang tidak akan pernah bisa tercapai sampai kapan pun.






JUNG HOSEOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang