•
"Eh-ehh bentar dulu"
Bintang memutar bola matanya malas sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Apa lagi?"
Fallen menarik Bintang agar lebih dekat dengannya. Saat ini, mereka tengah berada di area parkir sekolah.
"Woy, apaan lu pegang-pegang muka gue!" ucap Bintang ngegas sembari menepis tangan Fallen yang berada di wajahnya.
"Diem dulu bisa nggak?!" Fallen kesal alhasil tidak sengaja meninggikan suaranya pada Bintang.
Bintang yang terkejut pun menundukkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca, katakanlah jika Bintang cengeng. Ya, itu memang benar, Bintang tumbuh diiringi oleh kekerasan dari ibunya, ia terlihat kuat, namun sebenarnya ia sering menangis diam-diam karena tidak ingin dilihat oleh orang lain.
"Heyy, maaf. Gue nggak sengaja" Fallen menarik Bintang kedalam pelukannya, ia tidak mengerti mengapa Bintang menjadi cengeng seperti ini, apakah dirinya terlalu berlebihan?
"Maaf oke? Tadi bunda titipin gue plester luka, semalem gue lupa buat pasangin ke wajah lu. Sekarang gue pasangin"
Fallen mengangkat wajah Bintang dan yang ia lihat adalah hidung merah dengan lelehan air mata di pipinya. Sungguh menggemaskan kalo kata Fallen.
Ia terkekeh gemas dan mulai memasangkan plester luka itu di bagian muka Bintang yang lecet akibat terjatuh dari motornya.
Dan tanpa mereka sadari, sekarang mereka telah menjadi pusat perhatian penghuni SMA Jaya Bangsa, bagaimana tidak? Pagi-pagi mereka sudah melihat momen uwuww di parkiran sekolah mereka. Klepek-klepek kalo kata pecinta bxb teh😵
"Lu kelas apa?" Tanya Fallen sembari merapihkan rambut Bintang yang sedikit berantakan.
"11 Mipa 1" jawab Bintang yang malah menikmati usapan Fallen di dahinya.
"Yaudah, nanti gue ke kelas lu jam istirahat. Tungguin gue, jangan keluar dulu"
Bintang mengeryit heran, "Ngapain?."
"Gue mau ajak lu ke suatu tempat"
Bintang hanya mengangguk dan mengedarkan pandangannya, ia melihat teman-temannya yang melongo melihat interaksi antara dirinya dan Fallen.
"Gue ke temen-temen gue dulu"
Fallen mengangguk, "Iya, jangan lupa nanti"
Bintang mengacungkan jempolnya dan langsung berlari ke arah teman-temannya untuk pergi ke kelas bersama. Mereka memang satu jurusan, tetapi tidak dengan kelas yang mereka tempati, si Bintang satu kelas ama si Sean di Mipa 1, sedangkan si Reza di Mipa 2 dan si Geo yang di Mipa 3.
"Sopo iku rek? Konco anyar yo?" Di tengah-tengah perjalanan menuju kelas Reza bertanya mengenal Fallen yang bersama Bintang di parkiran tadi.
"Gatau, orang stres" jawab Bintang acuh.
"Halahh, mana ada gatau sampe peluk-pelukan gituu" ujar Geo semakin mengompori.
"Lu gamau cerita sama kita-kita? Cukup tau si." Sean.
Jika Sean sudah bersabda maka Bintang sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Ntah mengapa ia sedikit takut jika Sean ngambek karena dirinya.
Bintang menghela nafas, "Dia Fallen, anak Ips, tapi gue gatau kelas mana. Lupa nanya gue tadi." Jelas Bintang karena dia sempat menanyakan nama Fallen di mobil saat perjalanan ke sekolah tadi. Ia tidak tahu karena ia dengan seenak jidat sudah memberi lebel pada Fallen sebagai pangeran kodok tadi pagi.
"Ya iya lah lupa nanya orang asik pelukan gitu" tukas Geo.
"Ngapa? Cemburu lu?" Bintang menaikkan sebelah alisnya.
"Dih? Apaan sih!"
Semuanya tertawa dan dilihat oleh banyak orang di lorong, terkadang mereka iri dengan pertemanan keempat anak itu yang berteman tanpa membeda-bedakan dan saling tolong menolong jika salah satunya sedang kesusahan. Tidak seperti si 'itu' yang dateng kalo butuhnya doang ya gengss, giliran kita susah aja mereka gatau kemana.
"Awakmu kok bisa mbek kae? Motormu meng ndi?"
Sebuah tamparan keras mendarat di lengan Reza, dan pelakunya adalah Sean. "Lu kalo ngomong yang bener aja dong, gue kagak ngerti!"
Yang kena tampar cuma cengengesan, "ya maap beb, darah jowo ku ki wes mendarah daging. Aku ni asli jowo tulen, bukan blasteran kayak kamu"
Sean melotot dengan apa yang Reza katakan, aku-kamu an nih? Dan tadi apa? Beb??? Duhh kan Sean jadi maluu.
"Ekhem! Ekhemmmm!"
"Udah aku-kamu an nihh ceritanyaa"
"Bebbb, iya bebb maafin aku ya bebb"
Goda Bintang dan Geo yang semakin membuat Sean memerah. "Apaan si, lu juga, apaan banget manggil gue gitu hah? Jadian aja kagak"
"Kiw kiww~ kode nih kodeee" Geo
Bintang cuman ketawa dan si Reza yang malah merangkul pundak Sean.
"Tungguin gue jadi orang mapan dulu biar bisa bareng-bareng terus sama lu" ujar Reza yang mengelus rambut Sean.
Sean mendongak menatap Reza, "kenapa harus nunggu mapan dulu?"
"Biar pantes gue berdiri di samping lu kalo ketemu calon mertua nanti hehehe"
"Orang tua gue nggak bakal peduli" Sean berubah jadi murung.
"Yaudah, lu mau jadian sekarang?"
"Apaan si, kaga elit banget. Masa ngajak jadian di tengah-tengah lorong gini? Tau ah!"
Nah, ngambek kan. Sean berjalan mendahului ketiga temannya, kesel dia tuhh! Napa si Reza kagak ngerti juga sih dia maunya gimana?
Reza cuman geleng-geleng kepala, "katanya maunya sekarang, giliran gue tanyain malah ngambek"
"Ya lu nya yang goblok, masa ngajak jadian di tengah-tengah lorong gini? Kaga elit lah bego, minimal tuh di restoran bintang lima gitu lohhh, atau nggak ya ngajak dia kemana kek biar romantis dikit" saran Bintang yang memang pecinta genre romantis.
"Gue kagak punya duit kali buat bikin gituan" Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Heh, jangan kek orang susah deh lu, duit segudang juga" sahut Geo.
"Duit orang tua" ujar Bintang.
"AHAHAHAHHAHAHH"
Mereka tertawa bersama dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kelasnya. Karena sebentar lagi bel, lama juga ya mereka ngerumpi nya, pantesan kagak nyampe-nyampe ke kelas.
•
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLENSTAR || GeminiFourth
FanficKetika dua orang dengan takdir hidup yang nyaris sama dipertemukan. "Bintang jatuh nggak selalu jatuh, mereka cuma lewat melintasi langit malam. Mereka cantik, cahayanya terang banget walaupun dalam kegelapan." "Lu juga selalu nerangin kegelapan di...