YANG DIKASIHANI

144 20 0
                                    


"Abangg" Lilly berlari dari lantai atas menuju Bintang yang masih melepas sepatunya.

"Jangan lari-lari Lilly, nanti kalo jatuh dari tangga gimana, hm?" Bintang mengusap kepala Lilly dengan penuh kasih sayang. Sungguh! Ia tidak tahu akan bagaimana lagi jika Lilly pergi meninggalkannya.

Lilly terlahir tidak sehat, karena semasa dikandung oleh ibunya itu tidak memperhatikan kesehatan dan sering keluar masuk ke club malam. Ibunya yang sering minum-minum itu berharap agar janin yang dikandungnya segera gugur dan ia tidak memiliki beban lagi. Namun tuhan berkehendak lain, justru hal tersebut malah membuat janinnya semakin kuat.

Namun setelah lahir, Lilly didiagnosis oleh dokter jika ia mengalami lemah jantung. Kehidupan Diana yang sudah susah semakin susah saat anak yang ia kandung lahir, dan sialnya lagi, ia tidak bisa mengingat siapa ayah biologis dari anak tersebut. Karena saat itu ia melakukannya secara tidak sadar.

"Maaf bang, Lilly kesepian dari tadi soalnya" ujar Lilly.

Bintang mengeryitkan dahinya, "ibu kemana?"

Lilly menggeleng tidak tahu, "dari Lilly bangun udah nggak ada siapa-siapa dirumah, abang semalem nggak pulang lagi ya?"

Astaga Bintang lupa! Ibunya itu pasti sibuk mencari pelanggan yang akan ia peras uangnya. Saat ia pulang kerumah untuk mengambil tasnya, memang sudah tidak ada siapa-siapa dirumah. Mungkin Lilly sudah pergi ke sekolah pikirnya.

"Maafin abang ya? Lilly udah makan?"

Lilly mengangguk, ia tahu abangnya ini pasti tidak pulang karena sibuk bekerja untuknya juga sang ibu.

"Tadi pagi Lilly sarapan sebelum ke sekolah, kayaknya ibu yang masak deh, soalnya udah ada makanan di meja."

Bintang menghela nafas lega, setidaknya ibunya itu masih memiliki perasaan kepada adiknya. Hal ini tidak hanya terjadi sekali, Bintang sering tidak pulang saat bekerja malam, ia biasanya menginap di tempatnya bang Teo kemudian ia langsung pergi ke sekolah. Tetapi menurut laporan dari Lilly, sudah ada makanan di meja makan saat pagi dan ibunya yang menghilang entah kemana, itu tandanya Diana masih memperhatikan Lilly saat Bintang tidak ada.

"Yaudah ayo makan malam, abang bawa makanan spesial buat Lilly"

Bintang menggandeng tangan Lilly menuju meja makan, ia membuka semua bingkisan dari ibu Fallen yang ternyata tidak hanya sambal cumi dan kue kering saja, namun juga ada lauk-lauk lainnya saat ia makan di rumah Fallen tadi.

Mata Lilly berbinar melihatnya, "banyak banget bang"

"Abang dikasih sama ibunya temen abang tadi."

"Pasti tante itu baik banget ya bang" sahut Lilly sembari membawa dua piring dan menatanya.

"Iya, dia baik banget. Makanya, kalo kita jadi orang baik, pasti selalu ada seseorang yang baik juga buat kita. Jadi Lilly harus selalu baik ke semua orang ya?"

"Iya bang, Lilly bakal inget terus pesan abang"

Bintang tersenyum, sesusah apapun mereka, ia tidak akan pernah lupa mengajari Lilly hal-hal tentang kebaikan, meskipun Bintang juga kadang merasa hidup itu tidak adil untuknya.

"Abang nanti kerja lagi?" tanya Lilly.

"Iya nanti abang kerja lagi, kan minggu depan harus bayar uang sekolah Lilly"

Lilly menjadi murung sekarang, ia merasa telah menyusahkan abangnya itu. "Bang, Lilly bisa kok sekolah di tempat yang biasa aja. Lilly nggak mau nyusahin abang. Lilly tau kok, pasti biaya sekolah disana mahal banget ya?"

"Lilly, abang juga dulu pernah sekolah disana, tapi abang harus pindah karena uang yang ayah tinggalin udah habis, jadi sekarang Lilly harus terusin mimpi abang buat lulus di sekolah ternama, oke?"

Lilly hanya mengangguk sebagai jawaban.

Pintu depan terbuka dan terlihat Diana masuk dengan pakaian kurang bahan dan beberapa tentengan di tangannya. Ia menghampiri mereka berdua yang sedang duduk di meja makan dan melemparkan setumpuk uang dihadapan Bintang. Lalu ia berkata,

"Buat bayar sekolah Lilly" setelah itu ia pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas, memang semua kamar dirumah itu terletak dilantai atas, hanya ada satu kamar di lantai bawah dan itu kamar tamu.

Saat Diana menaiki tangga, Bintang bersuara dan itu membuat emosi Diana terpancing.

"Ma! Bintang udah bilang jangan ngehasilin uang dengan cara haram lagi! Mama tega ngasih uang haram ini ke anak-anak mama?!"

Diana berbalik lagi ke meja makan dan Bintang juga ikut berdiri, ia tahu konsekuensi setelah mengatakan hal tersebut ke ibunya.

Bunyi tamparan keras menggema di seluruh ruangan itu, Diana menampar Bintang hingga Bintang terjatuh ke lantai, tidak main-main tamparannya! Itu sangat menyakitkan!.

"Tahu apa kamu soal uang ibu hah?! Masih kurang bersyukur kamu ibu kasih uang? Anak tidak tahu di untung! Harusnya memang ibu biarkan kalian berdua terlantar saja jika seperti ini!"

Diana melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Bintang dan segera pergi ke kamarnya, ia tidak ingin semakin murka melihat Bintang yang selalu berani membalas ucapannya.

Lilly yang sedari tadi menutup telinganya kini menghampiri sang kakak yang terduduk di lantai saat Diana benar-benar sudah memasuki kamar.

"Abangg..." Lilly berkaca-kaca dan langsung berhambur memeluk Bintang.

Bintang mengusap-usap punggung Lilly yang bergetar, ia hanya diam. Tidak ada kalimat penenang untuk adiknya itu yang keluar dari mulutnya. Karena ia juga sama-sama hancur dan terlukanya seperti Lilly, bahkan ia menanggung beban lebih berat dari siapapun.

Ingin sekali Bintang melihat adiknya itu bahagia dan tertawa setiap hari tanpa ada buliran bening yang menetes membasahi pipi gembulnya.

Setidaknya, sebelum Bintang tiada, ia harus melihat Lilly menjadi orang sukses dimasa depan dan bahagia tanpa menangis lagi nanti.

Kenapa tuhan tidak kasihan melihatnya dan juga adiknya? Ia setiap hari harus disuguhi berbagai masalah yang menghampiri dirinya. Apakah semua ini adil untuknya? Kenapa Bintang tidak boleh bahagia seperti teman-temannya?

Entahlah, Bintang lelah. Dan ia juga sangat merindukan ayahnya, super hero nya yang kini tengah tertidur lelap dan tidak akan pernah terbangun lagi.



Baca doang kagak vote👎

FALLENSTAR || GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang