037. blossom

700 49 27
                                    

🎸🎸🎸

"Sayang sebentar!"

Jay memaksa Isa mundur sampai menabrak dinding sebuah toko di pinggir jalan yang sudah tutup. Tak sabar pria itu melumat ranum merah Isa yang sejak tadi memanggil untuk dikecup.

"Eumph, nghh." Isa melenguh bibir bawahnya digigit sensual.

Telapak lebar pria itu menangkup kedua rahang Isa. Sedikit menekan menuntut ciuman balasan agar lebih dalam dan semakin dalam.

Satu tangan Jay beralih menarik pinggang gadisnya mendekat. Jay terus menariknya padahal jarak tubuh keduanya sudah tak bersekat.

"Kkk..." Isa memukul-mukul dada Jay sekeras mungkin. Dia kehabisan nafas.

Jay melepas tautannya. Untaian saliva masih menggantung di antara bibir keduanya.

"Hhh.. Maaf Sayang. Aku kelepasan."

Isa terengah mengais udara tergesa. Jay menatap wajah ayu gadisnya masih dengan satu telapaknya bertengger di pipi lembut Isa.

"Sk... isk.." Isakan lirih terdengar. Bukan Isa tapi justru Jay seseorang yang selama ini terlihat tegar.

Isa tersentak kaget mendengarnya. Meskipun lirih tapi terdengar jelas sampai gendang telinga. Suara semutpun bisa terdengar juga karena malam itu kota La Condamine sudah sepi, tak banyak tanda aktivitas manusia.

Telapak tangan Jay di pipi Isa merosot turun ke bahu, lengan, kaki lalu lepas begitu saja. Pria itu berjongkok tak kuasa menahan tangisnya.

"Kak Jay kenapa nangis?"

Baru kali ini Jay seperti itu. Bahkan saat dia pernah divonis hukuman mati tak sampai menangis begitu.

Isa ikut berjongkok dan mencoba melihat wajah Jay yang disembunyikan.

"Kak. Gak perlu merasa bersalah! Isa gak marah kok kalo Kakak menciumku begitu. Ya, mungkin lain kali sedikit kasih Isa ruang aja biar bisa napas dikit." Isa coba menenangkan. Entah apa yang pria itu sesalkan.

Isa tak tahu bagaimana menenangkan tangisan pria dewasa. Isa bingung Jay kenapa. Padahal pertemuan pertama mereka di museum tadi Jay sama sekali tak menitihkan air mata.

Daripada banyak berpikir, Isa inisiatif menepuk-nepuk punggung Jay saja.

"Sk, isk, isk.."

Isa mengedarkan pandangan. Kota sudah sepi dari peradaban. Hanya ada satu dua tukang kebersihan yang mengangkut sampah dari jalan.

Akhirnya pria itu berani menunjukkan wajahnya. Ya ampun, rautnya tiba-tiba berubah seperti anak kucing yang kehilangan induknya.

Isa tersenyum lega. Tangan mungilnya berpindah mengusap sisa air mata sang pria.

"Kenapa Sayang?"

Pupil mata Jay membesar. Ia tak salah dengar?

Ini kali pertama Isa memanggilnya 'sayang'. Apa Sa? Coba ulang!

Jay tak menjawabnya. Justru ia balik menangis namun bercampur tawa. Isapun ikut tertawa saja.

"Kenapa sih Kak ah? Isa bingung." Lama-lama Isa kesal.

𝙼𝚈 𝙶𝚄𝙸𝚃𝙰𝚁𝙸𝚂𝚃 𝙱𝙾𝚈𝙵𝚁𝙸𝙴𝙽𝙳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang