Chapter 4: Emine

894 78 3
                                    

Gadis itu terbangun dengan napas terengah, tubuhnya penuh keringat, perutnya sangat mual seperti ingin muntah.

"Mengapa dari semua mimpi aku harus memimpikan masa lalu?"

Mata hazel itu menatap anak-anak yang masih terlelap di kanan dan kirinya, semuanya tidur beralaskan kain tipis, luka-luka menghiasi badan mereka seolah itu adalah hal yang wajar didapatkan. Pemandangan ini masih terlihat asing baginya.

"Benar, sekarang aku bukan lagi Karina."

Karina menatap keluar jendela, matahari sepertinya baru saja terbit beberapa menit yang lalu. Gadis itu memutuskan untuk keluar dan mencari angin.

Sudah dua Minggu berlalu sejak Karina menempati tubuhnya yang baru. Dari hasil pengamatannya selama ini, ada beberapa hal yang dapat ia simpulkan tentang tubuhnya.

Pertama, gadis pemilik tubuh ini bernama Emine, dia adalah seorang yatim piatu yang kini tinggal di panti asuhan, Emine mengalami penyiksaan di panti karena warna rambutnya yang hitam pekat dan wajahnya yang memang tidak seperti orang Barat.

Jiwa asli Emine sudah meninggal akibat bunuh diri disebabkan oleh siksaan yang diterima.

Walau begitu Karina tidak bisa bersimpati, karena ironisnya ia yang akan mengalami semua penderitaan itu sekarang, kemarin adalah contohnya. Karina tidak ingin merasakan pengalaman mengerikan itu lagi.

"Jika dipikir-pikir, bagaimana pemilik asli tubuh ini bisa bertahan hingga sekarang?"

Pertanyaan yang bodoh karena jiwanya yang berada di dalam tubuh ini merupakan bukti bahwa jiwa asli pemilik tubuh ini sudah menghilang.

Kedua, setelah lumayan cukup beradaptasi. Walau tak terdengar masuk akal, Karina menyimpulkan bahwa dunia ini sepertinya bukan di bumi melainkan dunia lain yang mirip dengan bumi dengan suasana yang seperti di abad pertengahan Eropa.

Yang membuat Karina yakin bahwa dunia ini bukanlah bumi karena terdapat makhluk lain selain manusia, seperti elf, dwarf, monster, dan penyihir. Walau Karina sendiri belum pernah melihatnya langsung.

"Tapi tidak seperti di novel yang kubaca, bukannya bereinkarnasi menjadi putri kerajaan atau anak Duke, aku malah menjadi anak yatim piatu terbully yang bahkan kekurangan gizi." Karina menghela nafas, terdengar sangat berat tetapi lucu karena saat ini ia berada dalam tubuh anak kecil berusia 12 tahun.

Mata Hazel itu menatap daun pohon yang masih berembun di atasnya, angin pagi bertiup halus menggelitik kulitnya, terlihat burung-burung terbang keluar dari sarangnya, tampak rukun hingga membuatnya iri.

"Kenapa tidak sekalian saja aku jadi burung? Setidaknya aku akan bisa terbang bebas," ujar Karina dengan tangan terangkat seolah ingin menggapai burung yang jauh di atas sana.

Karina kemudian memperhatikan tangannya. Kecil dan rapuh.

"Bisakah aku menjadi desainer juga disini dengan tangan ini?"

Tanpa memedulikan luka di sekujur badannya, Karina dengan sigap bangun dari posisi terlentangnya. Ia mengepalkan kedua tangan kemudian menatap lurus ke depan.

"Kalo Karina bisa, Emine juga harus bisaa!!!" teriaknya kepada angin.

Karina masih belum terbiasa dengan nama itu, tetapi ia harus meninggalkan nama Karina dan memulai dengan nama barunya.

"AKU AKAN MENAKLUKKAN TREN PAKAIAN DI DUNIA ASING INI!!"

Karina benar-benar bertekad kali ini, kesempatan kedua ini harus ia manfaatkan sebaik-baiknya.

Saat ini Karina memiliki keuntungan, yaitu ilmu yang dimiliki dari dunianya. Mungkin saja menjadi desainer terkenal di sini bukanlah hal yang mustahil.

Emine IlonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang