Chapter 14: Kesialan bertubi-tubi

454 57 2
                                    

Tolong jangan jadi silent reader. Satu vote gak merugikan kalian kok, hehe.

Enjoy~

🪡🧵

Setelan jas pesanan Kaisar Evander selesai lebih cepat dari dugaan dan masih ada waktu satu bulan lagi sampai pesta perayaan.

Emine akhirnya bisa bernafas lega, ia juga bangga dengan dirinya karena telah berhasil menyelesaikan pesanan yang amat sangat krusial ini, sisanya ia hanya bisa berdoa agar jas ini dapat dikirimkan dengan aman.

Tetapi tentu saja tidak akan semudah itu untuknya mendapatkan waktu tenang. Karena baru saja ia mendapatkan surat resmi dari Kaisar Evander yang isinya perintah untuk mengantarkan pakaiannya langsung.

Bisa dibilang Kaisar menyampaikan pesan tersirat yang mengatakan bahwa beliau ingin bertemu langsung dengan Emine.

"Tidak bisakah saya menolak permintaan ini?" tanya Emine dengan nada lesu.

"Kau pasti tahu kau tidak bisa. Apalagi ini bukanlah permintaan melainkan perintah langsung dari Kaisar."

Mendengar jawaban Caspian membuat Emine menghela nafas kasar.

Benar apa yang dikatakan Caspian bahwa ia tidak bisa menolak surat resmi dari kaisar. Ia hanya takut jika pakaian yang sudah jadi tidak sesuai dengan ekspektasi Kaisar dan Emine dimasukkan ke penjara bawah tanah karena telah melakukan kesalahan.

Tapi perintah tetaplah perintah, mau tidak mau gadis itu harus pergi ke Kota Delft.

Perlu waktu 2 hari untuk berkemas karena banyak hal yang harus di bawa. Emine juga mempersiapkan peralatan tempurnya atau alat jahitnya, barangkali terjadi sesuatu yang di luar dugaan mereka.

Waktu yang tersisa satu hari lagi, saat ini Emine tengah berada di ruang keluarga rumahnya bersama Edwin dan Karla. Suasananya sedikit tegang karena ibunya ternyata menentang kepergian mereka.

"Ibu akan bicara kepada tuan Caspian untuk membawa desainer yang lain. Kau boleh pergi ke mana pun, kecuali ibukota," tegas Karla.

Wanita berambut perak dengan mata coklat itu menyilangkan tangannya, tanda bahwa tidak ada yang bisa menganggu keputusannya.

"Tapi Bu, yang mendesain dan mengerjakan pembuatan pakaiannya adalah aku, tidak mungkin orang lain dapat menjelaskannya dengan baik," sanggah Emine.

"Benar sayang, apalagi ini adalah perintah resmi Yang Mulia. Kita akan dianggap memberontak jika mengabaikannya." kali ini Edwin angkat bicara.

Sebenarnya dirinya juga khawatir dengan kepergian Emine, tetapi akan lebih buruk lagi jika mereka sekeluarga mendapat hukuman karena tidak mematuhi ucapan Kaisar.

Karla terlihat dilema. Apa yang di katakan Edwin sangatlah benar, Karla juga tidak ingin keluarganya dalam bahaya.

Dengan berat hati wanita itu akhirnya menyetujui kepergian Emine.

"Kau tahu kan di ibukota adalah pusatnya para bangsawan tinggal? Jangan pernah bermasalah dengan mereka karena bangsawan sangat-"

"Berbahaya. Aku tahu, ibu sangat sering mengatakannya hingga aku hapal."

"Ya. Anak ibu sangat pintar." Karla mencubit pipi anaknya gemas, bagaimana bisa ia memiliki anak sepintar ini.

"Satu hal lagi, kau harus rutin mengirimi ibu surat setiap harinya, mengerti?"

"Baiklah, tenang saja." Emine memeluk ibu angkatnya yang sangat ia sayangi, Edwin juga menghampiri tempat duduk mereka dan ikut memeluk keduanya.

Pasangan suami istri itu mengusap kepala gadisnya. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, sudah lima tahun lamanya mereka menjadi keluarga.

Emine IlonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang