Side story part 2: Terobati

190 16 0
                                    

Canggung.

Kedua manusia itu duduk berjauhan. Di ruangan itu mereka tidak hanya berdua, tetapi ditemani oleh beberapa pengawal dan pelayan di dalam, untuk menghindari skandal yang tidak penting.

Victoria meneguk teh nya perlahan, membasahi tenggorokannya yang kering karena gugup.

"Apa aku telah berbuat salah?"

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Victoria tersedak, ia menjadi terbatuk hingga membuat Alster panik. Lelaki itu menepuk-nepuk punggung Victoria pelan untuk meredakan batuknya.

"Pakai ini." Alster memberikan sapu tangan miliknya untuk mengusap air teh yang keluar dari mulut gadis itu.

"Terima kasih," balas gadis itu sambil tertunduk malu.

Victoria sudah tidak batuk lagi, tapi Alster tanpa sadar tetap mengusap punggung gadis itu.

"Anu, Yang Mulia. Saya sudah tidak tersedak lagi," ujar Victoria mencoba membuat Alster berhenti.

"Ah benar. Maaf."

Suasana pun menjadi tambah canggung. Victoria mengutuki dirinya sendiri yang kaget hanya karena satu pertanyaan. Ia sadar belum menjawab pertanyaan itu.

"Anda tidak berbuat salah, Yang Mulia," ucapnya setelah mengumpulkan keberanian berbicara.

"Benarkah? Lalu mengapa kau terlihat tidak nyaman denganku?"

"Bodoh, memangnya ada orang yang tidak gugup jika duduk bersama pria tampan-" Victoria menutup mulutnya bersamaan dengan Alster yang sedikit terkejut.

Saat sedang bengong, terkadang ia memang tanpa sadar mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Karena hal itu, ia tidak mempunyai teman dan bahkan tidak diakui oleh ayahnya.

Sekarang dirinya merasa sangat menyesal. Padahal ia berniat berbicara dalam hati, tapi lagi-lagi mulutnya malah mengambil alih.

Gadis itu sudah bersiap ditinggalkan oleh lelaki disampingnya, tapi alangkah terkejutnya ia karena malah Alster terkekeh.

Mata biru muda gadis itu menatap Alster bingung. Ia jadi berpikir apakah selera humor Kaisar Arrantadia ini rendah? Karena bukan hanya sekarang, saat ia melakukan kesalahan di depan Emine pun Alster malah tertawa.

"Maaf, aku terkadang refleks tertawa saat seseorang berbuat salah. Karena ekspresi mereka setelahnya sangat lucu," jelas Alster untuk menjawab wajah bingung Victoria.

"Tidak apa-apa, maafkan saya juga Yang Mulia karena sudah mengatakan anda bodoh," cicit Victoria yang suaranya semakin kecil hingga tak terdengar.

"Lupakan itu, terima kasih sudah menyebutku tampan, lady." Alster tertawa lagi, tetapi kali ini hanya sebentar.

"Yang Mulia, maaf jika terlalu frontal, tapi apakah anda memang seperti ini?" pertanyaan yang diajukan Victoria sedikit ambigu sehingga Alster memiringkan kepalanya bingung.

"Umm, itu, M-maksud saya, Grand Duchess sering bercerita tentang anda dan mengatakan bahwa anda tidak mudah dekat dengan orang baru," lanjut Victoria dengan kelabakan.

Benar, Alster sendiri bertanya-tanya mengapa ia mudah tertawa dan sangat santai saat bersama gadis ini. Apakah karena tampangnya yang lugu hingga Alster ingin menjahilinya? Atau...

"Entahlah, mungkin patah hati membuat sifatku berubah," ujarnya spontan.

"Maaf?"

Lelaki itu tertawa lagi, tapi kali ini terdengar sedih di telinga Victoria.

"Sebenarnya sudah bertahun-tahun aku menyukai sepupumu, tapi dia ternyata hanya menganggap ku seperti kakak laki-laki yang sangat menyayanginya."

"Sepupu saya? Grand Duchess??!"

Emine IlonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang