Chapter 2 (Speaker)

27 7 15
                                    

.
.
.



Disinilah para teman Wonjin berkumpul. Di dalam kelas tempat mereka ujian kemarin.

Walau satu siswa yang bersekolah di sini meninggal, Ujian Sekolah tetap dilaksanakan sesuai dengan jadwal, dan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Pemakaman Ham Wonjin kemarin berlangsung dengan lancar, meski berat bagi keluarga, dan teman yang ditinggal. Setiap orang pasti akan merasakan hal yang sama bila ditinggalkan oleh orang yang mereka sayang, termasuk teman-temannya Wonjin ini.

Tapi jika takdir berkata lain?, apa boleh buat? Mereka harus berusaha menerima semua ini. Walau jujur, mereka merasa janggal dengan kepergian Wonjin. Wonjin meninggal secara tidak wajar.

Kasus kematian mendadak seperti Wonjin ini memang hal yang sudah biasa. Hanya saja kematian teman mereka sedikit berbeda dari kebanyakan orang.

Masih terekam jelas dalam ingatan mereka bagaimana keadaan jasad Wonjin pada hari kemarin. Jiwoo menggeleng sambil memejamkan mata saat kilasan tentang semua itu kembali terbayang di benaknya.

Di tengah kerumunan para warga sekolah, dia adalah orang pertama yang membuka kain penutup jasad Wonjin.

Dan dari semua teman dekat Wonjin, Jiwoo tampak seperti orang yang paling kehilangan Wonjin. Entahlah, mungkin karena perubahan ekspresi wajah, dan emosi yang drastis dari gadis itu lebih berasa ketimbang yang lain.

"Gue masih gak nyangka Wonjin ninggalin kita secepat ini" ucap Jungmo, memecah keheningan yang begitu kentara diantara para temannya.

"Jujur gue masih kesel sama polisi yang nutup kasus ini gitu aja" balas Taeyoung, "dengan entengnya mereka bilang kasus ini di tutup sebagai kasus bunuh diri" lanjutnya

"Gue pikir Wonjin bukan tipe orang yang berpotensi bisa bunuh diri, bahkan kayanya mikirin hal-hal yang menjurus ke dalam hal bunuh diri pun kayanya dia ga pernah deh" tambah Serim

"Gue yakin Wonjin dibunuh, tapi sama siapa?" pikir Hyeongjun.

Allen mengerutkan dahinya bingung setelah mendengar pertanyaan Hyeongjun. Ia mencoba memikirkan siapa orang yang mungkin membunuh temannya itu. Musuh Wonjin? Ck.

Setahu Allen, Wonjin tuh selalu ramah sama orang lain. Tidak pandang bulu, tak punya musuh juga. Jadi mana mungkin ada yang membenci Wonjin sampai tega membunuhnya?. Begitu pikir Allen.

"Gak ada bukti sih, terus gak ada rekaman cctv juga" jawab Minhee.

"Cctv lorong ke arah toilet juga mati, aneh ga sih" seru Dongpyo yang di jawab anggukan oleh Minhee.

"Hebat banget orang yang udah ngebunuh Wonjin, rencananya rapi banget" balas Steve dengan nada bicara yang terdengar antusias.

'Plak!'

Hana memukul punggung Steve dengan telapak tangannya.

"Sakit Anjir!" ringis Stave, ia tidak terima punggungnya jadi korban geplakan Hana.

"Hebat lo kata?" Hana menatap tajam Steve, "jadi orang yang udah ngebunuh tuh termasuk orang hebat?" tanya Hana sarkastik.

"Lo kata pahlawan, hebat" seru Mu.

Steve mendengus kesal, salah bicara lagi

"Kalian udah pada tahu alasan kasus ini ditutup?" tanya Woobin yang dibalas gelengan kepala oleh Keum.

Iya, hanya Keum.

Yang lainnya hanya bengong seraya menatap Woobin.

Woobin membenarkan posisi duduknya, "Katanya sih ada orang yang mohon-mohon ke Mamanya Wonjin buat gak memperpanjang kasus ini" lanjutnya

E-LOVI || CRAVITY ft. PDX 101 || (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang