Chapter 9 (Missing!)

16 6 0
                                    

.
.
.

"Kenapa Pyo?" tanya Junho yang merasa heran ketika Dongpyo berlari keluar dari ruangan sambil menutup mulutnya.

Dongpyo menggeleng kemudian menarik nafas, berusaha untuk berbicara, "I-itu Hyeop–"

Junho langsung pergi menuju Ruang Kelas di sebelah UKS itu tanpa menunggu ucapan Dongpyo selanjutnya. Pasti ada yang tidak beres, pikir Junho.

Mu, Wish, dan Seokhwa mengikuti Junho, begitu pun juga Jiwoo yang baru kembali dari sungai itu. Gadis itu mempercepat langkahnya ketika melihat Junho berlari, membuat pegangan Jiyeon dan Hana terlepas.

Yohan, Changuk, dan Taeyoung juga bergegas menghampiri Mu, Wish, Seokhwa, di dekat ruangan itu, di belakang Junho.

"Ada apa?" tanya Junho pada Serim di ambang pintu Kelas X ini. Dia ingin masuk ke dalam, tapi Serim mencegatnya seolah melarang laki-laki itu untuk masuk ke dalam Kelas.

"Hyeop udah meninggal" ucap Serim mutlak membuat yang lainnya terkejut.

"Gak usah ngada-ngada deh" sahut Chang-uk yang merasa tak percaya akan berita yang ia dengar saat ini.

"Gak boleh ada yang masuk" Serim menghalangi tubuh Changuk yang hendak masuk ke dalam ruangan. "Kalian gak akan kuat ngeliatnya" lanjut Serim dengan tatapan teduhnya.

Changuk yang tidak perduli mendorong bahu Serim cukup kuat, tapi tak sampai membuat laki-laki itu terjatuh.

Yohan, Wish, Mu, Jiwoo dan Jungmo ikut masuk ke dalam ruangan.

Mereka terdiam melihat tubuh Hyeop yang membelakangi mereka. Termasuk Changuk yang kini mengepalkan kedua tangannya.

Siapa? Siapa yang tega melakukan ini pada sahabatnya?.

Chang-uk menghampiri tubuh Hyeop lalu berjongkok di depannya. Sembari menahan tangis, ia membalikkan tubuh tak bernyawa itu dengan perlahan.

"Hyeop–" lirih Changuk yang tertahan karena isakannya.

"Kenapa? Kenapa Lo harus mati dengan cara seperti ini?" lanjut Changuk sambil memukul-mukulkan tangannya pada lantai ruangan ini.

"Changuk udah" ucap Jiwoo menahan kepalan tangan Chang-uk agar berhenti memukul lantai ini lagi. "Gue tahu ini berat buat Lo, bahkan buat gue, dan buat kita semua" lanjutnya sambil mengusap pelan bahu Changuk.

Changuk menundukkan kepalanya, terdengar suara isak tangis dari Changuk.

Jiwoo semakin kuat mengusap bahu Changuk, ia mengerti apa yang Changuk rasakan kini karena ia pernah merasakan hal yang sama saat Wonjin tiada.

Sementara Yohan membuang nafasnya kasar sebelum berlari keluar dari sini.

"Bangsat!"

Brak!

Yohan menendang sebuah kursi yang ada di depan ruangan

"Keluar Lo anjing! Baku hantam sama gue sini!" teriak Yohan  sambil mengadahkan kepala dengan pandangan mata yang mengedar ke segala arah di sekitarnya.

"Ini pasti ulah Lo 'kan?!" teriaknya lagi.

Semua menatap Yohan dengan takut, melihat amarah Yohan yang membuat kursi yang ia tendang tadi hancur, padahal hanya sekali tendangan saja.

Bagaimana jika seorang manusia yang Yohan tendang? Apakah tulangnya akan langsung patah seperti kursi itu?

Jungmo yang sedari tadi diam kini menghampiri Changuk, lalu merangkul bahu Changuk dan mengusapnya pelan, bermaksud menenangkan temannya itu. Membuat usapan Jiwoo pada bahu Changuk lepas.

E-LOVI || CRAVITY ft. PDX 101 || (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang