Seoul 2024 20:00 pm"DOKTER!!! "
kakinya berlari ketika menginjakkan kaki di depan rumah sakit besar di kota itu, tangannya bergetar menggendong tubuh seseorang yang berlumuran darah dan tak sadarkan diri, pikirannya kacau dengan semua yang terjadi dalam sekejap mata, apa yang telah ia lakukan pada anak malang itu?
Jas yang ia kenalan kini terkena darah itu, tidak, ia tidak perduli dengan itu, sekarang yang jadi utamanya adalah anak yang ada dalam gendongannya itu, pikiran negatif ia singkirkan jauh jauh dari pikirannya
Beberapa perawat berlari membawa brankar rumah sakit ke arahnya, segera ia letakkan anak itu dan ikut mendorong brankar itu menuju ruang UGD, dalam hati ia tak henti hentinya melafalkan do'a, matanya tak pernah terlepas dari wajah anak itu, polos, pucat, penuh darah dan keringat
"Bertahanlah, kumohon.... " ucapnya sembari menggenggam tangan anak itu
Secara setelah sampai di depan ruang UGD,perawat membuka pintu dan langsung membawa brankar anak itu masuk
"Maaf Pak, anda harus menunggu di luar"
"Baiklah, tapi kumohon selamatkan dia"
"Kami akan berusaha"
Segera setelah dokter itu menutup pintu ruangan itu, helaan nafas berat keluar dari bibirnya, diusap kasar wajahnya. Tangannya terkepal hingga meninju dinding rumah sakit beberapa kali
"Bodoh, bodoh kau bodoh" pria itu memaki dirinya sendiri, badannya luluh bersandar di dinding itu, satu air mata berhasil lolos dari pipinya
"Maaf, maafkan aku" lirihnya
Sungguh kejadian apa yang menimpanya baru saja membuat pikirannya langsung mengosong, apa yang telah ia lakukan pada anak itu? Kenapa hatinya begitu sakit melihat anak itu terkapar lemas karena dirinya.
Beberapa saat kemudian, suara deringan ponsel mengambil alih perhatiannya tanpa melihat siapa yang menelpon, ia menjawabnya dengan suara yang lemah
"Halo, hyung, akhirannya kau mengangkat telfonku"
"....."
"Hyung, cepat ke kantor, klien besar kita sudah datang"
"Maaf, aku tidak bisa"
"Tapi Hyung, ini klien besar, kau tidak bisa membatalkannya begitu saja"
"Batalkan"
"Hyung......mama mu ada di sini"
"Ya, baiklah"
Sambungan telfon ia putuskan sepihak,helaan nafas panjang ia keluarkan, menetralkan rasa sesak di dadanya lalu berusaha berdiri sekuat tenaga karena badannya yang terasa sangat lemas.
Sebelum ia beranjak pergi dari tempat itu, ia menatap sejenak pintu ruangan yang di mana di dalamnya terdapat seseorang yang baru saja ia lukai, hatinya kembali sesak mengingat semuanya
"Maaf"
hanya kata itu yang bisa ia lontarkan lalu setelahnya ia mulai berjalan menjauh meninggalkan ruangan itu.
•.:°❀×═════════×❀°:.•
Di ruangan yang diisi oleh beberapa orang penting itu terlihat sangat serius memperhatikan seseorang yang tengah berbicara di depan.semua orang yang ada di dalam ruangan itu bertepuk tangan kala seseorang itu selesai berbicara
" meeting kita akhiri sampai di sini, dan terimakasih atas perhatiannya "perempuan paruh baya yang masih nampak sangat muda itu tersenyum sambil berjabat tangan dengan kliennya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalence (END)
Fanfictionbahagia itu tidak perlu sempurna dari fisik, namun rasa yang ada dalam diri kita masing masing Pikiran kadang menyiksa, pilihan yang datang menyiksaku, orang di sekitarmu menyiksaku Aku capek , pikiran dan emosiku selalu berperang Aku kembali bersam...