.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.1 bulan kemudian
"Sekarang kalian berdua pergi dari sini! "
Koper dengan tas hitam berukuran sedang Jina lempar ke depan dia orang yang di depannya, ia melibatkan kedua tangannya di hadapan dua orang yang masih dalam posisi duduk di lantai.
Nara segera bangun dari duduknya dan membantu jungsoo, ia beralih menatap tajam perempuan di depannya, "ck....perempuan gila, dengar!, aku dan suamiku akan pergi dari rumah ini, tapi jangan sampai kau menyentuh kedua putraku, ingat ituu!!!! "
Nara dan Jungsoo segera pergi dari rumah itu, ia sudah muak melihat wajah Jina yang penuh kemunafikan itu. Sementara jina hanya tersenyum remeh mendengar penuturan dari mantan majikannya itu
"Kedua? mungkin yang satu akan tergores".segera jina masuk ke dalam dengan mengepalkan tangannya.
Melangkah dengan penuh amarah ke sebuah kamar yang ia kunci, terdengar sayup sayup suara isakan seseorang, entah kenapa amarah jina semakin besar mendengar suara itu. Meraih sebuah kunci dari atas meja dan membuka kamar itu.
Mengambil kunci di dekat sebuah vas bunga dan membuka pintu kamar itu, matanya menelusuri ruangan gelap itu, terlihat buram anak yang duduk ketakutan di pojok ranjang dengan isak pili uang terdengar
Kaki Jina melangkah cepat dan menarik kasar tangan anak itu. " ma...s-sakit ma.. "Lirihnya dengan suara yang hampir tak terdengar
Jina terus menarik paksa tangan anak itu sampai di sebuah ruangan gelap penuh debu, di hempaskan tubuh ringkih itu ke lantai dingin yang kotor. " akhh" ringis anak itu
Jina duduk berlutut di depan tubuh anak itu. "Sakit ? " tanya Jina
"Ma... " sekali lagi lirihan anak itu terdengar
Tangan lembut Jina terangkat mengelus rambut hitam itu. "Kim jungkook....... "
Ditariknya rambut jungkook hingga kepala anak itu mendongak ke atas membuatnya semakin meringis kesakitan dengan air mata yang tak pernah berhenti keluar"akhhh....mama sa...kit"
Bibir jina tersenyum. "Menyenangkan, mama suka melihatmu menangis mohon ampun"
PLAKKKK
satu tamparan keras mendarat di pipi mulus anak itu, ujung bibirnya sedikit sobek mengeluarkan darah
"Entah kapan kematianmu tiba, mama akan sangat bahagia jika itu terjadi" ujar jina dengan wajah tanpa rasa bersalah. "Kali ini ku ampuni, haah beruntung seokjin akan segera pulang, jika tidak.........mungkin tubuhmu penuh dengan warna biru"
Jina melangkah keluar dari gudang itu, meninggalkan jungkook yang terkulai lemari di atas marmer dingin ruangan itu
Seorang pelayan segera masuk ke dalam ruangan itu. "Tuan muda! "
╭──────༺♡༻──────╮
"Shh" jungkook meringis kala bibi Yun pelayanan rumah itu mengobati ujung bibir yang berdarah itu
Bibi Yun merasa sangat kasihan melihat kondisi jungkook yang tak pernah lepas dari luka hampir sebulan ini
Menghela nafas, bibi Yun berujar, "maafin bibi ya... " ujarnya yang di tanggapi gelengan dari jungkook
"Ini bukan salah bibi, " menghela nafasnya, "mungkin ini yang di rasakan jin hyung dulu" senyumnya yg nampak hambar
Beranjak dari kursi itu, bibi Yun mengambil hpnya di atas meja belajar milik jungkook, ia kembali duduk di dekat jungkook sambil menyerahkan ponsel itu ke jungkook
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalence (END)
Fanfictionbahagia itu tidak perlu sempurna dari fisik, namun rasa yang ada dalam diri kita masing masing Pikiran kadang menyiksa, pilihan yang datang menyiksaku, orang di sekitarmu menyiksaku Aku capek , pikiran dan emosiku selalu berperang Aku kembali bersam...