.
.
.
.
.
.
.
.1 minggu kemudian
"Selamat datang. " seokjin tersenyum ketika membuka pintu rumah megah itu, tangan sebelahnya terangkat merangkul pundak sang adik yang kini juga sedang tersenyum dengan mata bulatnya yang menatap ke arah nya.
Tepat hari ini setelah kepulangan jungkook dari rumah sakit, seokjin langsung membawa sang adik dan kedua orang tuanya datang ke rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka bersama, seminggu berlalu selama pemulihan kaki adiknya pasca oprasi, kini akhirnya adiknya bisa berjalan seperti semula.
Naara dan Jungsoo yang berada di samping keduanya tersenyum melihat hasil yang seokjin capai, kini rasa bersalah mereka kembali muncul tiba tiba, namun mereka tetap berusaha terlihat biasa di depan putra nya.
Tangan seokjin membelai rambut jungkook dengan lembut. "Ayo masuk. "
Genggaman tangan jungkook pada tas yang ia bawa semakin kuat, entah kenapa rasanya begitu janggal memasuki rumah ini, apa ada sesuatu ayang akan terjadi atau memang sudah terjadi? Atau karena sudah lama ia tak memasuki rumah semewah ini lagi sejak 10 tahun lalu? Entahlah, tapi ia berusaha menyingkirkan perasaan itu terlebih dahulu, ia yakin apapun yang terjadi, kakaknya ada di sampingnya sekarang.
Langkah kakinya terhenti di ruang tengah rumah itu, nampak seorang wanita yang tak asing baginya duduk anggun sedang membaca majalah dengan segelas jus di atas meja di depannya, sepertinya wanita itu belum menyadari kehadiran mereka saat ini.
"Mama." seokjin memanggil Jina yang sedari tadi fokus dengan bacaannya, sampai tak menyadari seseorang kini telah datang
Mama? Benak jungkook berpikir, kakaknya itu memanggil wanita itu dengan sebutan mama? Kenapa? ia tak terlalu akan memikirkan tentang itu, namun setelah wanita itu mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahnya sambil tersenyum, kini benaknya kembali memikirkan panggilan kakaknya tadi
Jina bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahnya dengan senyum yang masih terukir. "Selamat datang jungkookie, selamat datang...... tuan dan nyonya"
"Ah, jangan memanggil seprti itu lagi, aku bukan majikanmu lagi, panggil dengan nama saja" ujar Nara yang tak enakan ketika Jina masih memanggilnya seperti dulu, sungguh, wanita ini berubah dramatis , pikir Nara.
Tatapan mata Jina dan Jungsoo bertemu, mata itu saling memandang beberapa saat, senyum di wajah Jina tak pernah pudar, terutama ketika jungsoo memalingkan arah pandangannya.
"Hyung...... " jungkook memegang lengan seokjin dan menatap lirih ke arah kakanya seolah bertanya tentang Jina
"Masih inget kan? Bibi Jina. " seokjin memandang wajah jungkook yang diam lalu seperdetik langsung mengangguk pelan. "Hyung manggil mama karena bibi jina yang nemenin Hyung sejak pergi dari rumah, jadi kalau kamu mau manggil mama juga gakpapa, iya kan ma"
Jina mengangguk dan mengelus pundak jungkook. "Bibi gak keberatan kalau kamu mau manggil pakai panggilan bibi juga"
Jungkook menoleh ke arah Nara yang langsung mengerti dengan tatapnnya dan tersenyum mengangguk
"Iya.......mama"
Jina tersenyum mendengar nama itu keluar dari mulut anak kelinci di depannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalence (END)
Fanfictionbahagia itu tidak perlu sempurna dari fisik, namun rasa yang ada dalam diri kita masing masing Pikiran kadang menyiksa, pilihan yang datang menyiksaku, orang di sekitarmu menyiksaku Aku capek , pikiran dan emosiku selalu berperang Aku kembali bersam...