Ambivalence-13

107 8 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bicaralah! "

Suara perintah dari Nara membuat seokjin semakin bingung harus memulainya darimana, sejak Nara datang menemuinya yang sedang berbincang dengan Yoongi di kamar jungkook, bibirnya kelu untuk sekedar mengucap kata 'ibu'.

Matanya melirik ke arah sang adik yang tertidur di brankar rumah sakit dengan jarum infus yang masih menancap pada lengan adiknya, mata seokjin melirik ke arah botol infus itu dan ternyata sedikit lagi akan habis, dokter atau perawat sama sekali tak ada yang datang melihat kondisi adiknya.

Helaan nafas seokjin keluarkan,lalu menoleh ke arah Nara yang duduk di sampingnya, mereka hanya berdua? Ya, karena Yoongi dan jungso menunggu di luar, memberi ruang untuk anak dan ibu ini berbicara untuk memperbaiki keadaan sekarang.

Kepala seokjin menunduk. "Aku ingin membawa Jungkook. "

Perkataan singkat seokjin tidak membuat Nara terkejut, karena ia sudah meyakini seokjin akan mengatakan itu kepadanya, kini ia bingung  harus menyerahkan jungkook ke seokjin atau tidak?

"Kamu yakin? " tanya Nara meyakinkan perkataan seokjin

Seokjin menatap ke arah jungkook yang masih terlelap, pertanyaan ibunya kini membuatnya ragu untuk membawa jungkook, ia mengingat ucapan Jina pagi tadi sebelum ia ke rumah sakit, Jina memang tak main main dengan ucapannya, hatinya telah di kuasai ego dan kebencian, apapun ia lakukan tanpa pikir panjang. Tapi, ia tidak mungkin membiarkan adiknya menderita sedangkan ia hidup dengan kemewahan, ia akan berusaha melindungi adiknya dari apapun

"Aku yakin, " seokjin menjeda kalimatnya sebentar, "aku akan berusaha sepenuhnya untuk menjaganya." seokjin menatap lekat manik ibunya.

Dari sorot mata seokjin, Nara yakin seokjin akan menepati ucapannya, ia tersenyum dan mengusap lembut pundak seokjin membuat sangat empu terdiam.Baru kali ini seokjin kembali melihat ketulusan dari Nara untuk dirinya.

Senyum terukir di bibir seokjin. "Ibu sama ayah juga akan ikut denganku. "

Tangan Nara kembali turun. "Ibu dan ayah tidak bisa, " ucap Nara membuat kening seokjin berkerut kebingungan. "Ibu sama ayah tidak pantas mendapat apapun dari kamu, kami telah menyia-nyiakanmu,kami banyak salah. Maaf, maafkan ibu. " Tangan Nara terangkat mengusap air matanya yang mulai keluar

Perlahan seokjin menarik tubuh sang ibu dan membawanya ke dalam pelukannya, satu titik air mata lolos dari pipinya, Nara yang kini berada di pelukan seokjin membalas pelukan putranya itu, ia semakin terisak

"Maafin ibu, ibu salah, ibu jahat, ibu gak pantes untuk semua yang kamu berikan, ibu...... "

"Cukup ibu, jangan menyalahkan diri ibu lagi, semua sudah berlalu, aku sudah memaafkan ibu sama ayah dari dulu, dan harusnya aku yang meminta maaf karena telah meninggalkan kalian, aku bodoh tidak menjaga keluarga ku"

Nara melepas pelukannya, mengusap airmatanya dan memegang kedua bahu seokjin"kamu juga jangan berbicara seperti itu, ibu maafkan, ibu mengerti dengan keadaanmu, ibu tau kamu takut menemui ibu, jadi sudah, jangan menyalahkan dirimu, mengerti. "Seokjin mengangguk dan kembali memeluk sang ibu yang sangat ia rindukan.

Keduanya sama sama menyesal dengan yang mereka lakukan, larut dalam penyesalan masing masing, seseorang yang sejak tadi mendengar semuanya kini tersenyum bahagia, keluarganya kini kembali dan utuh.

Namun, apa setelah ini semua selesai?rasanya tidak,sesuatu menghambat pikirannya untuk berpikir yang benar,tapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kecuali Tuhan, jadi ia akan berusaha untuk menepikan semua pikiran buruk tentang keluarganya.

Ambivalence (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang