Ambivalence-3

239 9 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Seokjin kini tengah menahan kesal dalam hatinya, bagaimana tidak, Yoongi sudah berjanji akan menemaninya menjenguk jungkook yang harusnya tadi pagi tapi kini ia harus menunggu hingga siang hari

Memang, saat tadi pagi Yoongi dan Seokjin akan berangkat, Jina menyuruh Yoongi untuk mengantar beberapa berkas ke kantor pak yong, alhasil Seokjin harus menunggu hingga Yoongi kembali dari perusahaan pak yong, ia sempat melarang Yoongi dan menyuruh karyawan lain untuk mengantarnya, namun Yoongi selalu berkata 'demi anak itu'

Seokjin mengerti, jika ia berusaha melawan apapun yang di katakan Jina, nyawa akan menjadi taruhannya, kejam? Bisa di katakan begitu

"Seokjin"

Suara wanita yang begitu Seokjin kenal, kini telah duduk di sofa sebaliknya, entah sejak kapan wanita itu datang membuat Seokjin menatapnya jengah

Jina tersenyum melihat ekspresi yang Seokjin tunjukkan terhadap dirinya, dugaan Jina benar, Seokjin kesal karena ia menyuruh Yoongi mengantar berkas ke kantor pak yong dan tidak balik sampai saat ini

"Kamu marah sama mama karena menyuruh Yoongi? "

"Tidak"

Hanya itu, Seokjin malas jika ia harus berdebat dengan jina, ujung-ujungnya pasti ia yang akan mengalah.

Sedetik kemudian, Seokjin membenarkan duduknya dan menatap serius ke arah Jina, kali ini akan ia tanyakan pertanyaan yang sudah lama bersarang di kepalanya

"Ma, Seokjin mau tanya sesuatu"

Jina menautkan alisnya, ia heran, kenapa Seokjin tiba-tiba bertanya serius seperti sekarang

"Ingin bertanya apa nak, silahkan, jangan perlu meminta izin, biasanya juga begitu kan"

"Karena ini penting... " Seokjin menjeda kalimatnya sebentar

"Kenapa mama melarangku bertemu adikku? "

Jina terdiam, ini pertama kali Seokjin menanyakan soal ia melarang Seokjin bertemu dengan jungkook, namun ia berpikir, jika Seokjin mengetahui alasannya sekarang, maka jalan cerita yang ia siapkan akan tamat hari ini juga, ia tidak ingin semua rancangan yang ia siapkan susah payah akan sia sia dalam sekejap

Jina menatap Seokjin sambil tersenyum, tangannya menyentuh punggung tangan putranya itu

"Sejalan dengan proses hidupmu, kau akn mengetahuinya"

"Sesusah itu mama menyebut alasannya? "

"Karena ini serius kim Seokjin, terlalu rumit untuk menjelaskan alasannya, tapi satu hal yang kamu harus tau, mama tidak pernah menyukai adikmu dari dulu"

Seokjin hanya menatap Jina, tangannya ia jauhkan dari sentuhan Jina, ia berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan Jina

"Jangan sampai kau mengaku kau adalah kakak nya, hidupnya ada padamu"

┅┅┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅┅┅

"Pokoknya mulai besok aku akan membawa mobil sendiri"

Ambivalence (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang