8

3.2K 278 6
                                    

Yess akhilnya pulang juga tu olang. Batin Azizi melihat Zeefri yang sudah akan masuk ke dalam mobil. Dia menunggu di depan pintu memperhatikan Zeefri dan Cicinya. Azizi menjulurkan lidahnya dan membawa kedua tangannya di sisi telinga, saat Zeefri melihat ke arahnya. Kemudian dia berbalik dan menggoyangkan pantatnya ke kanan, ke kiri, mengejek Zeefri. Menyebalkan memang. Ingim sekali Zeefri menabok pantat itu.

"Aku pulang dulu ya, salam ke orang tua kamu, maaf ga bisa nunggu mereka sampai pulang, ada urusan soalnya," pamit Zeefri pada Gracia.

"Iya sayang, ga papa, nanti aku sampein. Kamu hati-hati ya di jalan," peringat Gracia.

"Iya sayang, aku bakal hati-hati." Zeefri mencium kening Gracia. Azizi yang melihat itu langsung berteriak tak suka, "JANGAN CIUM-CIUM CICI AKU! DASAL OM MESUM!" Dia berlari menghampiri mereka, langsung memukul brutal kaki Zeefri.

"Aduh, aduh, aduh!" Pekik Zeefri. Gracia sontak langsung menggendong Azizi menjauhkan dari Zeefri. "Jangan gitu sayang, Kak Zeefri ga jahat kok," kata Gracia menenangkan.

"Dia belani cium Cici! Azizi ndak suka!" kata Azizi dengan wajah garangnya. Azizi melihat kening Gracia lalu menciumnya. Dia berniat menghapus ciuman Zeefri dari kening Cici tersayangnya. "Cuma Azizi yang boleh cium, yang lain tangan(jangan)."

"Iya sayang iya," balas Gracia. Dia mengkode Zeefri untuk segera pergi. Zeefri menurut, dia segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobilnya lalu memutar mobilnya. Sebelum pergi dia menyempatkan berpamitan pada Azizi. "Bye Bokem, kapan-kapan kita ketemu lagi ya," pamit Zeefri.

"Fuck you!" Ucap Azizi sambil mengajungkan jari tengahnya. Zeefri dan Gracia sampai tak menyangkan mendengar kata itu keluar dari bibir Azizi.

"Siapa yang ngajarin gitu?" Suara Gracia terdengar biasa, tapi melihat tatapan Gracia yang serius, Azizi tau bahwa Cicinya itu marah. Azizi menggeleng takut sebagai jawaban. "Minta maaf sama kak Zeefri!" Perintah Gracia tegas.

"Sowlly om," cicit Azizi.

"It's ok, aku pergi dulu ya sayang," pamit Zeefri untuk terakhir kemudian menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Gracia.

"Lain kali Cici ga mau ya denger kamu ngomong kasar lagi. Kalau sampai cici denger, Cici bakal kuncir bibir kamu itu. Biarin kalau nanti kayak bebek sekalian," omel Gracia seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah dengan Azizi yang berada di gendongannya.

"Kamu mau Cici aduin ke Daddy? Biar dimarahin di kunciin di kamar mandi mau?"

"Ndak mau cici! Azizi minta maaf! Janji ga akan ulangi lagi!" jawab Azizi. Dia paling takut dengan Daddynya. Meskipun terkadang terlihat dia seperti tak takut pada Daddynya, tapi jika Daddynya itu sudah marah atau bersikap tegas, dia akan menciut tak berani berkutik lagi.

"Makanya jangan nakal! Awas aja kalau kamu nakal," ancam Gracia.

"Iya Cici, Azizi ga nakal, Azizi janji," jawab Azizi sambil menunduk. Tapi kalau nanti ingkal, Azizi bakal janji lagi, hihihi...." batin Azizi.

Gracia menurunkan Azizi dari gendongannya lalu membereskan gelas-gelas serta kue yang masih berada di atas meja. "Cici kuenya bialin aja, Azizi masih mau makan kue," kata Azizi. Gracia akhirnya hanya menyingkirkan gelas-gelas itu. Membiarkan Adiknya menikmati sisa kue sambil menonton tv.

Gracia kembali, ikut bergabung dengan adiknya. Melihat kehadiran Cicinya, Azizi beralih duduk di pangkuan Cicinya dengan menghadap ke depan. "Cici peluk Azizi." Azizi menarik tangan Gracia untuk memeluk perutnya. Gracia menurut lalu menyandarkan dagunya di kepala Azizi. "Cici, Azizi tangen Cici, Cici tangen ndak sama Azizi?" Tanya Azizi.

"Kangenlah. Setiap hari Cici kangen sama Azizi. Pengen gigit pipi Azizi ini," jawab Gracia sambil bergerak ingin mengigit pipi Azizi.

"Aaa...cici jangan digigit, nanti kalau pipi Azizi hilang gimana? Azizi ndak punya pipi ntal," kata Azizi.

"Ntar Cici ganti pakek bakpo, biar tambah enak kalau di gigit," balas Gracia.

"Ah Cicimah. Cici sekalang sibuk banget jadi jalang(jarang) main sama Azizi. Azizi sedih. Kapan kita bisa main baleng lagi yang lama Ci? Cici ndak tangen main sama Azizi? Azizi pengen main ke pantai sama Ci Gle lagi," ungkap Azizi. Gracia jadi merenung, sesibuk itukah dirinya? Tapi dipikir-pikir memang waktu bermainnya dengan Azizi kini hanya sedikit. Selain sibuk kuliah, Gracia juga sibuk bersama Zeefri, sampai terkadang Gracia melupakan adiknya itu. Namun, Gracia sering membelikan Azizi jajan karena rasa bersalahnya tak bisa menghabiskan waktu bersama Azizi, itu juga saran dari Zeefri untuk Gracia membelikan jajan Azizi sebagai permintaan maaf mungkin.

"Maafin Cici ya sayang kalau Cici sekarang sibuk. Cici tau kok, Cici minta maaf banget ke adik kecil Cicinya. Azizi maafin Cici ga?" tanya Gracia. Azizi mengubah posisinya menghadap Gracia. Dia menangkup wajah Gracia menatapnya lekat. "Tentu maafinlah. Azizi sayang Ci Gle. Azizi ga bakal bisa malah kalau sama Ci Gle, kalena Cici kakak telbaik bagi Azizi. Azizi sayang Ci Gle. Nanti kalau Azizi udah besal, Azizi janji bakal telus jagain Ci Gle, kapanpun itu." Gracia merasa terharu mendengar perkataan itu dari bibir Azizi. Gracia menarik tubuh adik kecilnya itu, mendekapnya erat. Tanpa sadar air matanya terhjatuh, karna terharu.

"Cici juga sayang Azizi. Maafin Cici ya. Cici janji akan cari waktu biar kita bisa berlibur bareng lagi ke pantai oke?" Azizi mengangguk menanggapinya.



















Okeee jadi agak melow.

Btw gitu dong bisa masuk target 150. Makasih buat yg udah mau vote, yang masih kagak mau, gatau lagi dah, mereka cuma mau enaknya doang nih.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang