23

1.8K 263 39
                                    

Seharian Azizi di sekolah sangat murung. Dia tak lagi menjadi anak aktif seperti biasanya. Hal itu membuat teman-temannya menjadi bertanya-tanya. Tak terkecuali dengan gurunya yang merasakan perbedaan itu. Azizi kembali menunggu jemputan di pos satpam sendiri, hanya diam. Jika biasanya dia akan mengoceh menganggu satpam, tapi kini tidak.

"Azizi kenapa? Kok diem aja," tanya Pak Satpam.

"Azizi ndak papa Pak. Cuma pengen diem aja," jawab Azizi pelan.

"Azizi ada masalah? Cerita sama bapak, atau ada yang jailin kamu? Mana bapak marahin nanti," tanya Pak Satpam lagi. Jelas dia tau jika Azizi sedang merasakan hal yang tak enak. Sangat ketara sekali perbedaan ini.

"Azizi hanya sedih Pak. Daddy ndak sayang Azizi. Daddy lebih sayang Bio," ungkap Azizi sedih, bibirnya tercabik ke bawah menahan tangis. Namun, dia tak ingin menangis di sini. Malu, jika diliat para temannya.

"Bio siapa?"

"Bio saudala Azizi, Pak. Dia jahat! Selali lebut kebahagiaan Azizi. Dia lebut kelualga Azizi, jadi ndak sayang Azizi lagi. Azizi ndak suka Bio. Halusnya dia ndak boleh nginep di lumah Azizi," jelas Azizi.

"Hem, mungkin keluarga Azizi kayak gitu karena mau menghargai dan menjaga Bio. Karena Bio di sana tamu. Tidak mungkin orang tau Azizi memperlakukan tamu dengan buruk. Pasti mereka berperilakuan baik dong, iya kan?"

"Tapi Bio nyebelin Pak. Azizi ndak suka!" Azizi bersedekap dada dengan bibir yang mengerucut, dia ngambek. Ternyata Pak satpam sama saja pikirnya dengan keluarganya.

"Azizi," panggil seseorang yaitu, Chika.

"Kak Chika!" sahut Azizi senang. Dia turun dari duduknya dan menghampiri Chika. "Kak Chika apa kabal?" tanya Azizi senang.

"Kak Chika baik. Kamu?"

"Azizi baik. Tapi sekalang Azizi lagi kesal sama kelualga Azizi," ungkap Azizi.

"Kesal kenapa?"

"Celitanya panjang kak. Azizi malas. Kak Chika mau jemput Chlisty ya?" tanya Azizi.

"Kak Chikaaa!" Panggil Christy kecil, berlari menghampiri Kakaknya, Chika. Mereka saling berpelukan di depan Azizi yang membuatnya iri. Andaikan ada Ci Gle. Aku juga pengen dipeluk. Batin Azizi.

"Kamu masih lama dijemputnya?" tanya Chika pada Azizi.

"Azizi ndak tau kak. Sebenelnya Azizi malas pulang ke lumah. Azizi pengen main aja," ungkap Azizi.

"Gimana kalau kamu main ke rumah aku, Zi?" Tawar Christy.

"Memangnya aku boleh maun ke lumah kamu?"

"Boleh dong! Aku seneng malahan kalau ada temen. Kak Chika, ajak Azizi main ke rumah ya kak?" Pinta Christy penuh harap.

"Tapi keluarga Azizi belum tau kalau Azizi main. Nanti kalau dia dicariin gimana?" kata Chika.

"Titip pesan ke pak satpam kak. Pasti pak satpam paham kok. Nanti pak supil aku juga akan paham. Aku mau main sama kak Chi- eh sama Chlisty," kata Azizi. Tak mungkin dia bilang ingin bermain dengan Chika. Azizi menatap Chika penuh harap dan menampilkan raut yang menggemaskan sehingga Chika tak bisa menolaknha. "Huft, yaudah kakak bicara dulu sama pak satpam ya."

Azizi dan Christy bersorak senang kemudian bertos ria. "Nanti kita main ya Zi di rumah aku," kata Christy.

"Oke!" jawab Azizi semangat.

Chika menitipkan nomor dan alamat rumahnya pada pak satpam untuk diberikan pada sopir Azizi jika sudah sampai. Karena Azizi mau langsung Chika ajak ke rumahnya bermain bersama Christy, adiknya. "Sudah, ayo kita pulang," ajak Chika.

~~~

Di rumah Azizi, kini Febrio sudah pulang. Dia menguasai permainana Azizi, karena sang pemilik tak ada di rumah dan belum pulang. Dia sudah seperti pemilik rumah saja.
Namun, Karena hari sudah hampir sore Anin merasa khawatir karena Azizi belum juga pulang. Kemudian ia meminta Gracia anaknya untuk menjemput Azizi. "Ci, jemput adik kamu tolong. Dia betah banget main, belum juga pulang."

"Azizi main dimana Mom?"

"Di rumah Christy. Ini alamatnya." Gracia menerima kertas bertuliskan alamat rumah. "Gracia berangkat jemput Azizi sekarang Mom," kata Gracia.

"Ci, aku mau ikut," celetuk Febrio.

"Kamu mau ikut?"

"Iya Ci! Aku mau ikut, boleh ga?"

"Boleh. Ayo kita jemput Azizi." Akhirnya Gracia dan Febrio bersama Sopir pergu ke rumah Christy untuk menjemput Azizi.

Di rumah Christy, Azizi asik mewarnai dengan Christy dan juga Chika. Terlihat sekali raut wajah senang dari Azizi. "Kak Chika, bagus ndak aku walanainya?" tanya Azizi sambil menunjukkan hasil mewarnainya.

"Bagus kok. Azizi keren," puji Chika, meskipun Azizi mewarnainya masih belepotan. Tapi tak apa namanya juga anak-anak.

"Punya aku juga bagus kan kak?" tanya Christy.

"Bagus. Kalian berdua hebat. Belajar lagi ya biar tambah bagus lagi."

"Ah aku suka main di sini," ungkap Azizi.

"Benarkah? Kalau gitu besok main lagi ke sini dong Zi. Kita main sepedaan? Aku ada dua sepeda," ajak Christy.

"Wah kelen. Aku mau main lagi ke sini. Boleh kan kak?" tanya Azizi pada Chika.

"Boleh dong. Kakak jadi seneng liat Christy ada temen bermain," jawab Chika. Kemudian bel berbunyi. Chika berdiri untuk membuka pintu. Ternyata itu adalah Gracia yang Bio yang akan menjemput Azizi.

"Cari siapa?" tanya Chika, karena di belum mengenal Gracia.

"Saya kakaknya Azizi. Azizi-nya ada?"

"Oh Azizi? Ada kok, dia lagi main sama adik saya. Mari masuk." Gracia dan Bio mengikuti Chika untuk bertemu dengan Azizi.

"Ci Gle?" Azizi tak percaya Cicinya itu datang ke sini. Namun, suasana hatinya menjadi buruk melihat tangan Cicinya yang menggandeng Febrio.

"Azizi ayo pulang. Mommy nungguin di rumah," ajak Gracia.

"Azizi masih mau main di sini Ci," kata Azizi.

"Kamu bisa main lagi besok. Sekarang pulang dulu ya."

"Tapi Ci-"

"Ayo pulang Azizi! Kamu jangan ngerepotin Ci Gre dong," sahut Febrio. Azizi menatap tajam pada Febrio yang menyebalkan. "Diam kamu, dasal pengacau!" bentak Azizi.

"Azizi! Jangan gitu!" Bentak Gracia tanpa sadar. Hal itu membuat Azizi terdiam dan merasa sakit hati. Padahal Cicinya tak pernah membentaknya, tapi kini Gracia berani membentak Azizi karena Febrio.

Azizi memalingkan wajahnya kecewa. Gracia yang sadarpun merutuki sikapnya. "Kak Chika, Chlisty, aku pulang ya. Besok aku main lagi," pamit Azizi pelan.

"Iya besok kamu bisa main lagi," jawab Chika sambil mengusap pelan kepala Azizi.
Setelah berpamitan Azizi masuk ke dalam mobil. Selama di perjalanan dia hanya diam memandang jendela. Menghiraukan suara Cicinya yang asik berbincang dengan Febrio.

















Azizi biar main sama gw dulu ya.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang