14

2.2K 227 8
                                    

Azizi berlarian keluar rumah karena mendengar suara hujan yang turun dengan derasnya. Biasa anak keci jika mendengar hujan, satu hal yang terlintas diotaknya adalah, bermain hujan. Ya jadi yang ingin dilakukan bocah satu ini adalah bermain dibawah guyuran air hujan.

"Azizi mau kemana kamu?! Di luar hujan!" kata Anin yang melihat anaknya berlarian dari kamar menuju pintu keluar.

"Mau main ujan Mom!" Jawab Azizi lalu membuka pintu yang tak tertutup rapat. Mata Azizi berbinar melihat hujan di depannya.

"Nanti kamu sakit Azizi!" kata Anin yang tak mengizinkan anaknya bermain hujan.

"Udahlah Mom, biarin aja dia main hujan. Jarang-jarangkan, biarin dia melakukan hal yang disenangi," kata Jifnan menengahi.

"Kamu ini selalu aja manjain dia," kesal Anin.

"Lah siapa yang manjain?" Bingung Jifnan.

"Dahlah, kamu urus sana anak kamu," kata Anin sambil fokus pada tv di depannya. Hari ini hari libur, makanya suami dan anaknya semua berada di rumah.

"Aku susulin Azizi dulu, aku akan pantau, biar ga lama-lama mainnya," kata Jifnan lalu bangkit beranjak keluar melihat apa yang anaknya itu lakukan.

Di luar sana Azizi sudah basah kuyup di bawah derasnya air hujan. Wajahnya mengadah menerima air yang berjatuhan mengenainya. "Ahahaha...asik banett!" Ucap Azizi, kemudian kembali berlari ke sana kemari.

Jifnan menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang melihat anaknya yang bermain dengan senangnya itu. "Azizi! Jangan lama-lama main hujannya, nanti kamu sakit dimarahin Mommy," peringat Jifnan.

"Ini asik tau Dad! Ayo ikut main!" kata Azizi dengan senang.

"Nggak, kamu aja yang main," jawab Jifnan.

Azizi yang tak menerima penolakan itu menghampiri Daddynya dan menarik tangan Daddynya itu untuk ikut bermain hujan. "Ayolah Dadd, main sama Azizi. Daddy udah ndak pelnah main sama Azizi tau!" kata Azizi seraya terus menarik tangan Jifnan.

Jika dipikir-pikir memang betul Jifnan jarang sekali bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya. Kesibukannya di dunia kerja membuat dirinya terus saja sibuk. Jika hari libur seperti ini terkadang masih saja ada pekerjaan yang harus dia selesaikan, membuat waktu untuk bersama keluarga terus saja berkurang.

Kemudian Jifnan pasrah mengikuti keinginan sang anak. Tak ada salahnya menemani anaknya bermain hujan sekali-kali. Meskipun mungkin saja nanti akan mendapat omelan dari sang istri.

Di dalam rumah, Gracia baru saja keluar dari kamar setelah melakukan ritual maskeran wajah. Dia hanya melihat sang Mommy yang menonton tv sendiri, tapi tak melihat keberadaan adik dan daddynya. "Mom, Daddy sama Azizi dimana?" tanya Gracia, sambil duduk di sebelah Anin.

"Di luar. Azizi lagi main hujan kayaknya, daritadi belum masuk juga," jawab Anin. Gracia hanya membulatkan mulutnya dan mengangguk paham. Dia kini ikut menemani Mommynya menonton tv.

Lama-kelamaan Anin merasa khawatir Anak bungsunya itu tak kunjung masuk ke dalam rumah. Kalau nanti benar-benar sakit, dirinya yang akan repot mengurus anaknya itu yang akan menjadi manja seratus kali lipat jika sudah jatuh sakit. "Ck, anak itu betah banget kalau udah main hujan, ga bisa dibiarin nih." Anin bangkit dan beranjak menyusul Azizi. Gracia hanya melirik kepergian Mommynya.

"Astaga Tuhan! Kalian ini!" Sentak Anin. Bagaimana tidak? Pantas saja betah bermainnya, ternyata Jifnan ikutan main hujan. Katanya tadi hanya mau mantau, tapi ternyata malah ikutan main. Memang Jifnan jika sudah bermain dengan Azizi, menjadi mirip seprti kembali ke masa kecil lagi, seperti anak kecil. Anin menatap nyalang ke anak dan suaminya. Jifnan tersenyum kikuk, siap menerima omelan dari sang istri.

Tak ingin ikut mendapat omelan, Azizi berlari lebih dulu ke dalam rumah meninggalkan Daddynya. "Azizi!" Panggil Jifnan, karna merasa dikhianati. Harusnya jika Anin mengomel, mereka berdua yang kena, tapi ini Azizi malah kabur. Jifnan menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum kikuk ke arah Anin yang sudah kerkacak pinggang siap menerkam mangsa.

"Ci Gleee, tolongin Azizi!" Azizi berlari menghampiri Gracia yang sedang bersantai di tempat yang sama.

"Ya ampun Azizi. Kamu basah kuyup kayak gini, jangan deket-deket Cici!" Tolak Gracia saat Azizi ingin memeluknya.

"Aaaa~ Ci Gleee," rengek Azizi sedih karna merasa tertolak.

"No no no, jangan deket-deket, kamu ganti baju dulu," kata Gracia, saat Azizi kembali akan mendekatinya.

"Azizi! Cepet mandi! Atau Mommy kunci kamu di kamar!" Kata Anin dengan galak. Gracia meringis melihat keadaan Daddynya yang kini telinganya dijewer oleh Mommynya.

"Cepet dek, kamu mau dijewer kayak Daddy kalau ga cepet mandi?" Bisik Gracia.

"Ndak mauu," jawab Azizi takut.

"Makanya sana mandi."

"Azizi!"

"Iya, Mommy, Azizi mandi sekalang!" Azizi berlari memasuki kamar untuk membersihkan diri. Melihat anaknya yang sudah tak terlihat, Anin menyeret suaminya ke kamar menyuruhnya untuk bersih-bersih.

"Serem banget," gumam Gracia. Untung dia tak ikut campur dengan apa yang adik dan daddynya lakukan kali ini.



























Kasihan bet Jifnan wkwk.

Bsk dah senin aja bjir.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang