19

1.9K 254 21
                                    

"Mommy! Mommy!" Azizi berlarian dengan membawa bola dan mengenakan kaos tanpa lengan dengan celana pendek.

"Apa sih sayang? Heboh banget," tanya Anin yang kini sedang berkebun di samping rumah.

"Azizi mau izin main bola sama temen-temen di tempat belmain," ungkap Azizi.

"Temen-temen Azizi siapa aja?"

"Ada Flolanja(Floranza), Lomeo(Romeo), Loy(Roy). Meleka udah nungguin di depan Mom," kata Azizi.

"Yaudah sana main. Hati-hati ya. Kalau laper langsung pulang," kata Anin mengizinkan.

"Siap Mom!" Jawab Azizi. Dia meninggalkan kecupan di wajah Mommynya kemudian berlari keluar rumah menemui para temannya yang sudah menunggu di depan gerbang.

"Ayo, Mommy aku udah ngizinin," kata Azizi.

"Ayo!" Sorak para temannya.

Mereka pergi dengan berjalan kaki. Jarak ke tempat yang akan mereka tuju tak terlalu jauh, juga tak terlalu dekat. Namun, namanya anak kecil kebanyakan kalau jalan pada cepet, jadilah tak butuh waktu lama untuk sampai.

Di lokasi sudah ada beberapa anak yang bermain. Masa Anak kecil tak memikirkan gender saat bermain. Mereka enjoy saja selagi tak ada pertengkaran yang terjadi. Jadi anak laki-laki dan perempuan berbaur dengan mudahnya dan saling bermain bersama.

Azizi dan ketiga temannya menghampiri beberapa anak laki-laki yang duduk di pinggir lapangan. Sepertinya mereka sudah menunggu Azizi dan temannya untuk bermain. "Akhirnya kalian datang. Kita udah nunggu kalian lama."

Azizi yang membawa bola kini meletakkanya di tanah. "Kapan kita bisa belmain?" tanya Azizi.

"Sekarang aja ayo."

Mereka membagi diri menjadi 2 tim untuk bisa bermain sepak bola. Setelah terbagi siapa saja yang menjadi satu tim, mereka mulai bermain bola. Para anak-anak bermain dengan serunya. Tak peduli peluh dan tanah yang menempal di tubuh mereka. Kini yang mereka rasakan hanya kesenangan saat bermain di siang ini.

"Opel ke aku cepet!" Pinta Azizi. Roy yang menguasai bola sontak menendang bola itu ke arah Azizi yang langsung di ambil alih Azizi menuju ke gawang lawan yang berukuran kecil. Maklum yang main juga anak-anak.

"Lasakan ini!" Azizi dengan sangar menendang bola itu. Adegan seakan terslowmo saat bola mulai melayang ke arah gawang. Anak-anak yang lain menatap penuh harap bola itu agar bisa mendapat point. Namun, hal tak seperti ekspetasi. Justru bola itu melenceng keluar dari lapangan hingga mengenai seorang perempuan dewasa yang sedang berjalan.

"Aw!" Pekiknya.

"Aduh! Mampus kena olang!" takut Azizi.

"Hayolo Azizi! Hayo bola kamu kena orang tuh."

"Hayo, kalau dia patah tulang gimana?"

Para temannya bersuara menakutkan Azizi, yang membuat Azizi merasa bersalah dan segera menghampirinya. "Maaf, Azizi ndak sengaja," ucap Azizi setelah berada di sisi perempuan yang menjadi korban.

"Iya ga papa."

"Loh Ci Shani?" Kaget Azizi. Dunia seakan sempit sekali. Dia kembali dipertemukan dengan perempuan yang bertemu dengannya di pantai.

"Azizi kan?" Tanya Shani ragu, karna dirinya lupa-lupa ingat.

"Iya Ci! Aku Azizi. Maaf ya tadi bolanya aku yang tendang sampe kena Cici," ungkap Azizi merasa menyesal.

"Iya ga papa," jawab Shani. Dia juga tak merasa sakit hanya terkejut mendapat serangan tiba-tiba.

"Ada yang luka?" tanya Azizi sambil mengitari tubuh Shani mencari tau.

"Ga Azizi. Cici ga papa kok sayang," jawab Shani dengan lembut.

Azizi yang mendengarnya mematung dan memegang dada kirinya. "Ah ini bahaya!" Ucap Azizi.

"Kamu kenapa Azizi?" Panik Shani karna melihat Azizi yang memegang dada kirinya.

"Jantung Azizi, ci."

"Kenapa?"

"Sini tangan cici." Shani menyerahkan tangannya dan Azizi langsung mengarahkannya pada dada kirinya. "Jantung Azizi deg-degan dibilang sayang sama Cici," kata Azizi dengan wajah polosnya.

Shani tak bisa menahan senyum atas tindakan Azizi. Dia melepaskan tangannya dari dada Azizi beralih menarik pelan pipi bocah itu. "Bisa aja kamu," ucapnya.

Azizi hanya terkikik geli mendapat perlakuan Shani. "Cizi kenapa bisa di sini?" tanya Azizi.

"Cici mau ke rumah temen Cici, tapi karna Cici haus jadi Cici mau beli minum di sana." Shani menunjuk pada salah satu kedai. Azizi membulatkan mulutnya dan mengangguk paham.

"Azizi ambil bolanya dan ayo main lagi!" Teriak teman Azizi yang masih di lapangan.

"Azizi mau lanjut main ya Ci?"

"Iya, hati-hati mainnya."

"Siap cici cantik." Azizi mengambil bolanya lalu berlari kembali menghampiri para temannya untuk melanjutkan mainnya. Shani hanya memandang dengan senyum Azizi yang bermain dengan temannya.

"Andai kamu lahir segenerasiku Zi," gumam Shani.

~~~

Permainan anak-anak tertunda karna bola yang mereka mainkan tersangkut di pohon. Semua berdiri di bawah pohon memikirkan cara agar bola itu bisa kembali ke bawah.

"Ada yang punya ide ga?" tanya Romeo.

"Azizi pikirin dong, katanya kamu pinter," kata Roy.

"Diem dulu Loy! Ini aku juga lagi mikil!" Kata Azizi. Dia menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk, berpikir keras. Azizi mengambil satu batu dan menatap ke atas pohon. "Kalian menjauh dali pohon, aku mau coba lempalin batu ini ke atas," intruksi Azizi.

Mereka menurut. Azizi mulai melemparkan satu demi satu batu ke atas, dan ada satu batu yang berhasil mengenai bola, tapi tidak membuat bola itu terjatuh. Melihat sepertinya akan membuahkan hasil, para temannya ikut membantu melemparkan batu ke atas pohon. Hingga sesuatu jatuh dari atas pohon, tapi hal itu bukan membuat mereka senang melainkan panik. Bagaimana tidak? Bukan bola yang jatuh melainkan sarang lebah. Terlihat kini para lebah mulai mengelilingi sarang. Dibayangan mereka lebah itu membentu seperti wajah jahat yang membuat mereka semakin takut.

"Kaburrr!" Teriak Floranza. Mereka sontak kabur menjauhi tempat, tapi para lebah itu ikut bergerak mengejar anak-anak.

"Mommy tolong!" Teriak Azizi ketakutan.

Mereka terus berlari menghindari lebah yang terus saja mengejar mereka. "Kita harus sembunyi!"

"Dimana?"

"Ail?!" Azizi ingat dengan kartun yang dia tonton. Jika dikejar lebah, cara untuk menghindarinya adalah dengan bersembunyi di dalam air.

Karena di dekat mereka hanya ada air mancur saja, mereka memutuskan untuk mendekat. Untung air mancur di taman sana cukup besar. Namun, saat anak-anak menceburkan diri, tak membuat tubuh mereka terendam sempurna. Hingga akhirnya mereka harus membuat posisu tengkurap di dalam air agar bisa terendam dengan utuh. Beberapa saat kemudian tak ada lagi suara lebah. Lebih itu sudah pergi. Satu persatu dari mereka mengeluarkan kepala mengambil pasokan udara sebanyak mungkin.

"Hah hah hah hah~ bagaimana dengan bolamu Zi?" tanya Romeo dengan nafas yang tersenggal.

"Bodoamat. Bisa di ambil besok atau tidak juga tak apa. Aku bisa beli lagi. Aku ndak mau dikejal sama lebah lagi. Lebih baik kita pulang saja," kata Azizi. Teman-temannya menyetujui. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing dengan keadaan basah kuyup.




















Hari ini gua ga masuk skolah. Baru pertama kali ini di masa smk, gua ga masuk sekolah. Bsk mau lanjut, skalian hari kejepit pun.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang