24

1.9K 247 19
                                    


Azizi masuk ke dalam rumah dengan langkah lunglai. Diikuti Gracia dan Febrio di belakang. Baru sampai di rumah dia langsung mencari keberadaan sang Mommya. "MOMMYYY, Mommy dimana?!" teriak Azizi.

"Berisik! Kamu kira ini di hutan teriak-teriak," sahut Febrio. Azizi hanya melirik sinis lalu kembali memanggil Mommyanya.

"MOMMYY!"

"Mommy di dapur!" Sahut Anin. Azizi buru-buru ke dapur untuk bertemu sang Mommy.

"Biarin aja Bio, Azizi memang gitu," kata Gracia. Febrio mengangguk, dia duduk di ruang santai menonton tv, sedangkan Gracia menyusul Azizi ke dapur.

"Euhh anak Mommy akhirnya pulang. Udah puas mainnya?" Anin jongkok menyamakan tinggi dengan anaknya. "Belum Mom, tapi udah di minta pulang. Padahal Azizi masih pengen main sama Kak Chika sama Chlisty juga," jawab Azizi.

"Besok main lagi. Sekarang kamu mandi terus kembali ke sini, makan. Oke?"

"Oke Mommy," jawab Azizi patuh. Azizi beranjak menuju kamarnya. Dia tau kalau Febrio sedang menonton tv, jadi dia berusaha menghiraukan saja, malas kalau terjadi keributan.

"Hey bocah ga bisa ngomong R," panggil Febrio. Azizi tetap berjalan menghiraukan panggilan Febrio. Namun, kemudian Azizi terhenti karena ditimpuk dengan suatu benda. Azizi menunduk melihat benda itu dan matanya membulat. Dia marah!

"FEBLIO! INI MAINANKU KAMU APAIN?! KAMU KENAPA LUSAKIN MAINANKU!" Meledak sudah kemarahan Azizi, melihat mainan lego miliknya sudah rusak, tak lagi terbentuk seperti semula. Padahal butuh effort untuk menyusun mainan lego ini.

"Ga usah lebay! Itu hanya mainan!"

"TAPI INI MAINANKU. KAMU NDAK BOLEH MAININ KALAU BELUM IJIN KE AKU. KAMU NYEBELIN! AKU KESAL, AKU MARAH!"

Mendengar keributan, Anin dan Gracia segera pergi ke sumber suara, sebelum keadaan bertambah kacau. "Ada apa, kenapa?" tanya Anin. Di sana Azizi sudah memukul-mukuli Febrio. Mereka bertengkar. Anin dan Gracia segera memisahkan dua bocah itu.

"MOMMY, BIO LUSAKIN MAINAN AZIZI!" Adu Azizi.

"Bio ga sengaja tante," timpal Febrio.

"KAMU MAINAN MAINAN AKU AJA UDAH SALAH BIO! KENAPA KAMU MENYEBALKAN!?"

"AZIZI! SUDAH JANGAN MARAH SEPERTI ITU!" Tegur Anin, tapi dengan nada tinggi. Azizi terdiam, kemudian isakan mulai terdengar. Azizi tak kuasa menahan tangis. Tadi Gracia, sekarang Mommynya.

"Tapi ini mainan punya Azizi Mom. Mainan ini dali ci Gle. Dulu aku nyusunnya lama, tapi sekalang dihanculin sama Bio. Azizi kesal, hiks~ hiks~" Memang benar mainan lego itu adalah hadiah yang diberikan Gracia sebagai hadiah ulang tahun. Dan untuk menyusunnya butuh waktu lama dibantu oleh Gracia. Namun, sekarang dengan entengnya Febrio malah merusakan itu.

"Nanti bisa disusun lagi Zi. Nanti Cici bantuin lagi ya?" Gracia menenangkan adiknya yang masih menangis sesenggukan. Sedangkan Febrio hanya terdiam, seperti tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Lagian itu hanya mainan biasa tak seharunya Azizi tak selebay itu, pikirnya Febrio.

"Tapi jangan sampai marah ke Febrio sampai mukul gitu Azizi. Ga baik," kata Mommynya.

"Belain aja telus si Bio. Memang Azizi ndak disayang di sini. Azizi kesal sama Mommy! Azizi kesal sama Cici!" Azizi membanting potongan lego yang dia bawa, lalu berlari masuk ke dalam kamar. Kini hening, tak ada yang bersuara lagi.

"Febrio salah ya tante?" tanya Febrio. Anin tersenyum menanggapi. "Bio, dengerin tante. Seharunya kamu jangan mengambil barang tanpa izin. Lagian kamu taukan Azizi seperti apa anaknya? Jadi kamu harus hati-hati dalam bertindak. Dan juga kalau kamu udah minjem, jaga barang itu dengan baik, jangan sampai rusak. Karena itu termasuk tanggung jawab kamu dalam menjaga. Jika kamu gagal dan ngerusakin barang itu kamu harus tanggung jawab betulin seperti semula. Jangan lupa juga meminta maaf. Jadi Febrio tau apa kesalahannya sekarang?" jelas Anin dengan lembut, agar tak melukai hati anak kecil itu.

"Febrio rusakin mainan Azizi dan itu salah," jawab Febrio.

"Dan apa yang harus kamu lakukan sekarang?"

"Benerin mainan Azizi dan minta maaf ke Azizi."

"Anak pinter. Sekarang kamu benerin mainan Azizi ya, biar dia ga marah lagi."

"Iya tante," jawab Febrio. Dia mulai memungti lego yang kececer dimana-mana. Dalam hati sebenarnya dia kesal, karena Azizi, dia harus mendapatkan sebuah teguran dari Anin, meskipun itu secara halus. Menyebalkan Azizi! Batin Febrio kesal.

Setelah kejadian itu Azizi masih mengurung diri di kamar. Dia sama sekali tak mau keluar dari kamar. Sudah dipanggil beberapa kalipun masih tak mau keluar kamar. Dia memilih duduk di meja belajar, menggambar di bukunya. "Ini Mommy, ini Cici, ini Azizi, dan ini Daddy," monolog Azizi sambil menuliskan nama di atas gambar orang lidi yang dipakaikan baju. "Dan Azizi sayang meleka," lanjut Azizi sambil menggambarkan love yang menjadi bingkai gambar keluarganya.

"Tapi kenapa kalian menyebalkan sekalang? Azizi kesal!" Azizi meletakkan kepalanya di atas meja. Jujur sekarang dia lapar, tapi dia terlalu malas untuk keluar dan bertemu dengan mereka, terutama Febrio itu.

Ketukan pintu membuyarkan keheningan di kamar Azizi. "Azizi, ini cici. Ayo makan, kamu belum makan daritadi."

"Azizi ndak lapel!" sahut Azizi. Namun, kemudian perutnya berbunyi. "Ish, diamlah, kamu halus mau bekelja sama denganku," monlog Azizi sambil menepuk pelan perutnya.

"Kalau Azizi ga mau keluar, Cici ga jadi deh minta kak Zeefri ke sini."

Mendengar nama Zeefri, Azizi mengangkat kepalanya. "Om jefli mau ke sini? Aku halus aduin semuanya ke om Jefli. Pasti Om Jefli dukung aku," monolog Azizi. Barulah Azizi mau keluar kamar. "Mana om Jefli, Ci?"

"Kamu makan dulu, baru Kak Zeefri mau ke sini."

"Ayo makan!" Azizi berlari lebih dulu ke ruang makan. Dia senang karena Zerfri akhirnya mau kembali datang, tapi di sisi lain alesannya senang juga karena lapar dan dia bisa makan.

Di meja makan hanya ada suara alat makan yang beradu. Febrio sesekali melirik Azizi. Dia ingin meminta maaf seperti apa yang diprrintahkan Anin. Meskipun dalam hati dia tak mau meminta maaf. Namun, demi menjaga imagenya yang penurut, Febrio harus melakukannya. "Azizi, aku minta maaf. Maaf udah rusakin mainan kamu," ungkap Febrio.

Azizi hanya melihat sekilas kemudian melanjutkan makannya, tanpa menjawab permintaan maaf Febrio. "Azizi, Bio lagi ngomong sama kamu direspon dong," kata Anin.

"Hem," sahut Azizi sebagai jawaban untuk Febrio.

"Azizi yang bener."

"Iya Mommy. Iya Bio, jangan diulangi lagi," kata Azizi malas.

"Iya. Aku juga baru benerin mainan kamu, tapi belum jadi," kata Febrio. Azizi hanya mengangguk saja, dia malas menanggapi.

Setelah makan Azizi di temani Gracia sebagai penengan antara Febrio dan Azizi agar tak terjadi keributan lagi. Azizi terus mengecek ke arah jendela depan, menunggu kedatangan Zeefri. "Daddy lembur Zi, jangan ditungguin," kata Garcia. Karena kiranya adiknya itu menunggu kedatangan Jifnan padahal tidak.

"Azizi nungguin Om Jefli, bukan Daddy," ungkap Azizi.

"Om Jefli siapa Ci?" tanya Febrio.

"Kamu ndak boleh tau!" Sahut Azizi. Dia tak mau Zeefri juga direbut oleh Febrio.

"Dasar pelit!" Azizi hanya menjulurkah lidah, meledek, sebagai tanggapan.

























Sarapan ngab.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang