21

1.9K 209 8
                                    


Hari ini hari libur. Sekitar pukul 9 pagi, Azizi baru pulang bermain bersama temannya yang sudah sejak pagi. Izinnya ke Mommy-nya lari pagi biar sehat padahal mah setengahnya modus abis godain janda kembang yang rumahnya di ujung gang sana. Kata Azizi jangan diceritain, jadi kalian cukup tau sebatas ini saja.

Azizi berjalan memasuki halaman rumahnya, hingga langkahnya memelan melihat mobil lain yang terparkir di sana. "Ini sepelti mobil om Anton?" pikir Azizi. Om Anton adalah adik dari Mommy-nya. Untuk memastikan, Azizi berlari memasuki rumah yang pintunya sudah terbuka lebar.

Saat di dalam ternyata om Anton sedanh berkunjung bersama istri dan juga anaknya. Azizi menatap malas kepada anaknya yang artinya adalah sepupunya. Sedari dulu Azizi tidak menyukai sepupunya itu karena menyebalkan dan hobi sekali mengambil perhatian keluarganya hingga melupakan Azizi.

"Hei, Azizi sini nak," panggil Om Anton. Inilah yang sedari tadi ia cari, kehadiran Azizi. Azizi yang dipanggil mau tak mau berjalan mendekat. "Habis main dari mana nak?" tanya Om Anton.

"Jalan-jalan aja om sama temen," jawab Azizi.

"Udah gedhe yang sekarang. Kelas berapa kamu?" tanya Tante Mita, istri Om Anton.

"Masih TK tante," jawab Azizi lagi. Diam-diam sepupunya menahan tawa mendengar Azizi masih TK. Tentunya meskipun sepupu laki-lakinya itu menahan tawa, tapi tetap mengeluarkan suara yang kecil, dan Azizi mendengarnya. Jika saja tak ada orang di rumah sudah Azizi hajar dia.

Azizi beralih ke pangkuan Mommy-nya, duduk anteng di sana. "Ci Gle mana Mom?" tanya Azizi.

"Lagi mandi."

"Daddy?"

"Daddy ada, sebentar lagi turun." Tak lama Jifnan turun membawa sebuah amplop coklat yang sepertinya berisi berkas(?) tapi entahlah.

"Nih." Jifnan menyerahkan amplop itu kepada Anton.

"Makasih Mas. Aku pinjem dulu ya."

"Iya."

Gracia kini juga turun dengan suasana segar, karena baru saja selesai mandi. Dia langsung menyalami om dan tantenya. "Ini Gracia? Alah-alah udah gedhe, cantik lagi," puji Tante Mita.

"Makasih tante," jawab Gracia. Dia ikut duduk di samping Mommy-nya.

"Udah punya pacar? Kapan nikah?" Pertanyaan horor yang dilontarkan Mita membuat Gracia menelan ludah. Mengapa dari banyaknya pertanyaan harus ini yang di tanyakan?

"Belum pengen nikah tan, mau nyelesaiin kuliah dulu," jawab Gracia.

"Jangan lama-lama Gre, nanti jadi perawan tua."

"Biarin aja dulu Mit, masih mudah juga. Biarin dia menikmati masa mudahnya," sela Jifnan. Lagian mau nikah atau tidak itu urusan Gracia mau kapan, jadi ga usahlah orang lain ikut campur. Jika anaknya sudah siap juga pasti nikah.

"Kayaknya kita ga bisa lama-lama lagi. Kami harus pergi, kita titip Febrio ya," kata Om Anton.

"Loh Bio mau ditinggal sini?" tanya Azizi.

"Iya sayang, buat beberapa hari. Kamu seneng kan jadi ada temen?" tanya Tante Mita. Azizi hanya diam, ingin sekali dia menjawab tidak, tapi tak ingin melukai hati tantenya.

"Pasti seneng dong," jawab Mommy-nya mewakili. Padahal jika diperhatikan dari raut wajah Azizi sudah terlihat bahwa dirinya tidak suka.

"Kamu jangan nakal ya di sini. Main sama Azizi yang baik jangan berantem. Papa ga mau denger laporan kalau kamu nakal. Kalau nakal Papa ga jadi beliin kamu mainan," kata Anton. Febrio yang kini kelas 1 SD mengangguk mengiyakan perkataan Papanya.

Keluarga Anton dengan mobilnya pergi dari rumah Azizi meninggalkan Anton di sini. "Ayo masuk," ajak Anin. Mereka semua masuk ke rumah. Azizi berjalan malas beriringan dengan Febrio.

"Dasar pendek," cicit Febrio mengejek Azizi. Azizi langsung berhenti menatap tajam Febrio yang kini hanya terkikik senang. Baru juga beberapa menit di sini sudah menyebalkan.

"Tinggi kita ndak beda jauh. Kamu jangan sombong!" balas Azizi.

"Tetap saja aku yang paling tinggi, kamu kan pendekk." Bahkan kini Febrio membuat raut wajah mengejek.

"Liat aja kalau aku udah besal aku akan lebih tinggi dali kamu," kata Azizi.

"Aku yang akan tetap lebih tinggi jika sudah besal." Dia kembali mengejek Azizi karna tak bisa mengucapkan 'R' dengan benar.

"Awas aja kamu. Aku ndak bakal bialin kamu betah di sini!" Ancam Azizi.

"Oh ya? Aku atau kamu yang ga bakal betah di sini," balas Febrio.

"Ini rumahku!"

"Lalu apa peduliku?" Febrio berlalu pergi meninggalkan Azizi bermuka merah menahan amarah.

"Awas aja kamu Bio," gumam Azizi dengan tangan yang terkepal kuat.




















Semoga ga ada perang ke 3 di sini.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bocil Kematian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang