Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yaelah Reivan, masih kamu pikirin ya mobil itu?" Tono menepuk bahu Reivan, anak laki-laki itu sudah satu jam mengamati mobil yang sudah terparkir di sana.
"Dia pengen di adopsi kali" Tejo menyahut, ia memakan snack yang di bawanya. "Dia kan selalu sendirian, pasti pengen juga punya orang tua."
"Aku masih punya orang tua"
"Oh ya? Terus kenapa dia tinggalin kamu di panti?" Kini Tejo tampak membalikkan bungkus snack itu, sedikit mengguncangnya, snacknya habis.
Telapak tangan Reivan mengepal, namun segera ia tenangkan dirinya. Ucapan Tejo yang selalu ngelantur tidak perlu di anggap serius.
Kini kembali ke fokusnya, mobil hitam dengan plat G31241D, cukup unik. Ia mengangguk saat otaknya sudah merekam plat nomor mobil itu.
"Tapi enak ya kalo di pikir-pikir" Tono memilih untuk berdiri di dekat Reivan, ia ikut memperhatikan mobil itu. "Punya rumah, keluarga dan tempat untuk pulang, lah aku. Orang tua aku buang aku ke sini."
"Aku ada kok tempat pulang, kalo aku pergi selalu balik ke panti ini" Tono menghela nafasnya kasar, ia hendak menimpali Tejo namun anak laki-laki berambut ikal itu sudah berbalik dan pergi lebih dulu, sepertinya mau mengambil Snack.
Reivan melirik ke Tono, ia menepuk pundak temannya itu "bukan di buang, tuhan cuma tunjukin kamu tempat pulang yang baru."
"Aku jadi keinget Lily, aku mau jenguk dia tapi ini bukan jadwalnya keluar panti"
Reivan tersenyum "tenang, di sana ada yang jagain Lily kok" ucapnya, untuk anak seumuran Reivan, perilakunya sangat aneh, tutur bahasa dan segalanya. Ia lebih tertarik dengan buku, memilih diam saat berdebat dan jarang sekali bersosialisasi.
"Oh ya? Siapa?"
"Entahlah, pasti ada."
***
"Gak boleh"
"Tapi-
"Lily... Tolong. Kamu ga boleh balik ke sana dulu, katanya kamu suka jadi perawat. Yaudah diem dulu di sini."
Lily menghela nafasnya "tapi saya tidak apa-apa dokter, bahkan dokter suruh saya daki gunung himalaya pun sanggup"
Pria itu menggeleng tegas "Lily, tolong..." Ia memegang tangan Lily, memohon "kamu masih sakit, matamu lebam dan bibir kamu berdarah, di tambah penya-
"Lily?"
"Bintang?" Mata Lily melebar, ia segera mendekat ke Bintang yang sedang menggunakan kursi roda. Bintang adalah tipe oramg yang paling benci berdiam diri di kamar, jadi meski dengan kursi roda setidaknya ia bisa berkeliling.