5. Bingung

5 1 0
                                    

Setelah membawa Keisya ke kamar yang ada di dalam rumah Endah-nenek Keisya- kini Gio tengah duduk di sofa ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membawa Keisya ke kamar yang ada di dalam rumah Endah-nenek Keisya- kini Gio tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Makasih, ngga perlu repot-repot Bu eh! Emm maksud Gio nenek Keisya" Gio menggaruk telekuk kepala yang tak gatal, bingung harus memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan apa. Jika dibilang umur nya sudah tua ya sudah, tapi wanita paruh baya ini sepertinya awet muda terlihat dari wajahnya.

"Gapapa" Endah tersenyum ramah. Setelah meletakkan minuman untuk Gio ia mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Oh iya panggil nenek aja, biar sama kaya Keisya" tambah Endah.

"Oh, iya nek."

"Oh iya, Gio makasih ya udah mau nganterin Keisya ke sini."

"Iya sama-sama nek" Gio tersenyum tipis.

Gio menatap Endah dengan ekspresi serius "Gio boleh tanya sesuatu?"

"Boleh, emang nya kamu mau nanya apa?"

"Gio mau tanya tentang Keisya nek. Keisya itu punya alergi sama makanan ataupun apa gitu atau dia punya penyakit gitu, ada ngga nek?"

"Gio cuma mau tau tentang Keisya kok nek. Gio takut Keisya punya penyakit bawaan dan penyakit itu serius" tambah Gio. Melihat Endah yang hanya diam membuat Gio untuk menjelaskan agar Endah tidak berfikir kemana-mana.

Endah menatap Gio kemudian tersenyum manis "Keisya itu punya alergi. Tapi kalau maag atau penyakit lainnya setahu nenek dia nggak punya."

"Kalau Gio boleh tau Keisya itu punya alergi apa ya nek?" Raut wajah Gio sangat serius, ralat benar-benar serius.

"Dia itu alergi sama yang namanya seafood, kecuali udang."

"Sekarang boleh gantian nenek yang nanya?" Tanya Endah sambil menatap Gio dengan tatapan serius.

Gio tersenyum ramah "boleh."

"Kamu itu lagi deket sama Keisya?"

Gio tersenyum tipis "bisa di bilang gitu."

"Kamu suka sama Keisya?" Tanya nya lagi.

"Bukan cuma suka nek, tapi Gio juga cinta sama Keisya" ujar Gio penuh keyakinan.

"Buktiin ke nenek kalau kamu serius sama dia. Dan nenek minta mau jangan pernah mainin perasaan cucu nenek."

Gio mengangguk "Gio bakal buktiin kalau Gio serius sama Keisya. Kalau gitu Gio pamit berangkat ke sekolah lagi ya nek" Gio berdiri dan meraih tangan Endah, kemudian mencium punggung tangan wanita itu.

"Yaudah hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut" Endah tersenyum manis.

"Iya, assalamualaikum" Gio langsung berjalan keluar.

"Waalaikumussalam."


                                  ✯✯✯ 


"Yo Lo nggak pesen makanan? Emang nggak laper?"

Ya sekarang Gio, Adrian dan Denis tengah berada di kantin sekolah.

Gio menoleh menatap Adrian "nggak laper."

"Lo mikirin apaan sih?" Tanya Adrian heran. Cowok itu kembali menyantap baksonya.

"Gue bingung" cicit Gio pelan.

Denis mengangkat satu alisnya "why?"

"Gue mau nembak Keisya, tapi gue ragu."

Denis dan Adrian menatap Gio bingung.

"Gue ragu kalau gue nembak dia, dia bakal nerima gue atau nggak" tambah Gio.

"Yo, apapun jawaban Keisya nantinya Lo harus ngungkapin perasaan Lo ke dia. Emang Lo nggak capek nyimpen semuanya selama hampir 3 tahun?"

Denis mengangguk setuju "bener kata Adrian Yo, Lo mau Keisya sama cowok lain? Dari pada Lo pendem semuanya lebih baik Lo ngomong. Lo harus inget yang suka sama Keisya itu bukan cuma Lo, tapi banyak."

Tatapan Adrian yang tadinya menatap Denis kini beralih ke arah Gio "Bener banget tuh Yo, kalau Lo kelamaan mikir keburu di embat sama orang lain."

Apa gue emang harus ngomong ke Keisya sekarang? Tapi gue takut kalau Keisya nantinya ilfeel. batin Gio.

✯✯✯

Endah tersenyum melihat Keisya yang tengah duduk di tempat tidur sembari melihat tv, ia berjalan masuk ke kamar dengan membawa nampan yang berisi makanan, minuman serta obat yang ada di tangannya "Ca, gimana? Udah enakan?"

Keisya menoleh menatap Endah kemudian mengangguk "lumayan, nenek udah bilang ke Mamah atau Papah kalau Keisya di sini?"

Endah menaruh nampan itu di atas narkas. Ia menarik satu kursi kemudian ia duduk di kursi samping tempat tidur "udah, nenek juga bilang di jemput nya nanti aja kalau udah sembuh. Nenek tau kamu kalau belum sembuh nggak akan mau pulang" kekeh Endah, tangannya terulur untuk membelai rambut Keisya.

Ya tadi saat Keisya tengah tertidur di kamar, Endah menelpon Andini. Ia memberitahu bahwa Keisya tengah sakit dan sekarang berada di rumahnya. Saat Andini hendak menjemput Keisya, Endah langsung menyuruh Andini untuk tidak menjemput Keisya. Ia tau jika cucunya sedang sakit seperti sekarang, gadis itu tidak ingin di rawat siapapun selain dirinya.

"Eca kan kangen bobok bareng nenek" mata Keisya menatap Endah teduh.

Endah tersenyum manis dan matanya menatap gadis di depan nya dengan tatapan teduh "udah sekarang makan ya. Kamu tadi siang kan belum makan."

"Aaaa...suapinnn" rengek Keisya manja.

Endah mengambil piring yang ada di narkas dan langsung menyuapi Keisya "udah gede jangan manja sama nenek."

"Ih terus Keisya manja nya sama siapa kalau ngga sama nenek?"

"Sama pacar kamu."

Keisya mencebikkan bibir bawahnya "ngga mau, Eca cuma mau manja sama nenek doang udah titik."

Endah geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya. Ia kini menatap keisya lekat "Ca kamu sama Gio gimana?"

"Nggwak gwimawna-gwimwana."

"Kunyah, telen baru ngomong" tegur Endah.

Keisya menelan makanannya. Ia mengernyit bingung "kenapa emang nya nek?"

"Nenek cuma nanya, nenek baru tau kamu sekarang deket sama dia."

"Udah cerita nya nanti aja, sekarang makan dulu terus minum obat." Keisya mengangguk.         

✯✯✯


#maaf ya baru up...

#jangan lupa vote dan komen ya..

#semoga kalian nggak bosen sama alurnya..

#see you part selanjutnya...

PHILOCALIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang