5

657 36 35
                                    

Sudah tiga belas kali aku mengetuk pintu kamar Zayn tetapi ia tidak kunjung membuka pintunya. Kalau begini terus aku bisa terlambat berangkat ke sekolah. Ayah melarang keras aku untuk membawa mobil sendiri kesekolah, karena menurutnya murid baru yang membawa mobil bisa saja akan dikerjai dengan seniornya. Tidak kah ia berfikir kalau aku mempunyai Zayn and Will yang akan melindungi ku disekolah? aku tidak pernah mengerti dengan jalan pikirannya.

Aku mengangkat tangan ku untuk mengetuknya sekali lagi, tetapi pintu tersebut terbuka. Zayn pun menahan tangan ku yang masih menggantung dan menarik ku masuk ke dalam kamarnya.

"kau ini lama sekali sih, aku bisa telat tau" ucap ku, Zayn hanya memutar bola matanya malas.

"kalau mau cepat sebaiknya kau membantu ku" ucap Zayn datar sambil merapihkan sergamnya.

"membantu apa?" tanya ku bingung. Zayn pun berjalan mendekat kearah ku, membuat jarak kami sangat dekat. Aku dapat mencium wangi parfumnya dari jarak sedekat ini. Tiba - tiba saja tangan Zayn mengambil tangan ku dan meletakan tangan ku di dadanya.

"pakaikan aku dasi" aku masih menatapnya bingung, aku yakin sekali wajah ku sangat bodoh barusan. Zayn sialan, benar - benar tidak bisa di tebak.

"ah iya, pakaikan dasi" ucap ku salah tingkah.

Pelajaran matematika menjadi pembuka di hari senin yang menyedihkan ini. Papan tulis yang penuh coretan spidol pun sama sekali tidak menarik perhatian ku. Terlalu membosankan, aku sudah pernah mempelajari ini sebelumnya. Aku melirik Zayn yang berada di samping ku, si bodoh itu dengan asiknya sedang mendengarkan lagu dari ponselnya.

Terdengar sangat membingungkan, Zayn dan aku berada di dalam kelas yang sama. Bukankah seharusnya ia adalah kakak kelas ku? awalnya aku juga merasa bahwa ini sangat aneh, tetapi ayah ku berkata kalau aku mengikuti program akselerasi ketika aku berada di sekolah dasar. Itu lah alasan mengapa aku dan Zayn satu kelas sekarang.

Mataku mulai terasa mengantuk, aku pun memutuskan untuk mengambil ponsel ku yang berada di tas. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang diajarkan oleh Mrs. Fray. Aku membuka beberapa sosial media yang aku punya dan melihat berita apa saja yang sedang hangat di Hollywood saat ini.

"Zoella Malik! bawa ponsel mu kesini!" aku tersentak kaget, Mrs Fray menatapku seakan - akan matanya akan segera keluar.

"uhm, sorry Mrs" aku berjalan kearahnya. "tolong jangan sita ponsel ku Mrs" aku memasang puppy face andalan ku, berharap semoga saja ia akan berubah pikiran.

"kalau kau bisa mengerjakan soal yang ada di papan tulis dengan benar, aku akan mengembalikan ponsel mu" aku menatapnya tidak percaya, seisi kelas pun mulai memperhatikan ku.

"baiklah" aku pun mengambil spidol yang berada di atas mejanya dan berjalan mendekati papan tulis. Aku dapat melihat hampir seisi kelas menatap ku tidak yakin.

Aku pun mengerjakan soal tersebut dengan lancar, walaupun aku sedikit kesulitan menenghitung angka - angka desimal yang menyebalkan. Setelah yakin dengan jawabanku yang menghabiskan hampir satu papan tulis, aku meletakan spidol di tempatnya semula. Aku pun berjalan menuju tempat duduk ku dan membiarkan Mrs. Fray memeriksa jawaban ku. Aku melihat beberapa orang menatap ku tidak percaya.

"bagaimana kau bisa melakukannya? Bukan kah kau tidak memperhatikannya?" Zayn berbisik.

"jadi kau memperhatikan ku sedari tadi?" Aku terkekeh melihat ekspresinya yang berubah drastis. Aku kembali memperhatikan Mrs. Fray yang sedang memeriksa jawaban ku. Tidak lama setelah itu, ia menoleh dan tersenyum kearah ku. Dengan senang hati aku menerima ponselku kembali.

Bel tanda istirahat pun berbunyi, aku segera merapihkan buku - buku yang berserakan di meja mengingat aku sangat lapar saat ini. Aku mengurungkan niat ku untuk meninggalkan kelas ketika melihat seseorang menghampiri Zayn. Dari caranya berpakaian saja aku sudah dapat menilai dengan jelas, perempuan seperti dia mungkin adalah seorang jalang. Aku mengernyit jijik ketika mendengar suaranya yang dibuat - buat saat menyebut nama Zayn. Kali ini aku yakin ia adalah seorang jalang.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang