6

592 36 27
                                    

Aku menempatkan diriku di ujung tempat tidur dan penutup wajah ku dengan bantal. Louis benar - benar mendaftarkan nama ku untuk perlombaan nanti malam dan aku tidak tahu apa yang akan ada di pikiran Will dan Zayn ketika melihat adiknya di arena balapan bersama dengan mobilnya. Ponsel ku terus berdering dengan nama Louis di tertera di layarnya. Kenyataan mengenai Marco juga mengikuti perlombaan itu membuat ku mual dan aku rela menukar apapun agar tetap berada di rumah.

Aku meringis ngeri ketika jam sudah menunjukan pukul lima sore. Aku hanya mempunyai waktu tiga jam untuk berfikir dan bersiap - siap. Tidak ada salahnya mencoba dan kurasa seharusnya aku menghadapi Marco, bukan menghindarinya. Aku tahu apa yang harus ku lakukan nanti. Aku berlari meninggalkan kamar ku menuju garasi. Melihat mobil ku terparikir dengan baik di garasi membuat ku tersenyum puas.

"Maia" aku berteriak. Tidak lama setelah itu Maia datang menghampiri ku.

"Aku ingin seseorang untuk mengurus mobil ku, bisa tolong kau carikan?" Maia terlihat berfikir, namun setelah itu ia mengangguk.

"Katakan padanya untuk segera datang" ia mengangguk kembali.

Setelah berpakaian rapih, aku meninggalkan kamar ku dan kembali menuju garasi. Seseorang berambut pirang sedang memeriksa mobil ku dan Maia juga berada disana.

"Maia" panggil ku. "Kau yakin kan kalau ia bisa?"

"Iya nona. Dia juga yang mengurus mobil tuan Zayn" aku tersenyum sebagai jawaban. Aku berjalan mendekat dan mengamati apa saja yang ia lakukan pada mobil ku.

"Uh maaf" ia menabrak ku. "Tidak apa - apa" aku tersenyum.

"Jadi kau pemilik mobil ini?" aku mengangguk. "Astaga, aku tidak menyangka pemiliknya adalah seorang wanita" aku tersenyum canggung.

"Jangan bilang, kau akan mengikuti balapan nanti malam?" aku kembali tersenyum canggung.

"Ya, kau mengetahuinya?" ia mengangguk.

"Tentu saja, aku ini murid Wesminister" aku menatapnya kaget.

"Kau serius? aku juga" ia terlihat sama terkejutnya dengan ku.

"Oh ya? bagaimana bisa aku tidak tahu? by the way, i'm Luke Hemmings" ia tersenyum manis ke arah ku dan mengulurkan tangannya.

"Zoella, Zoella Malik" aku menjabat tangannya.

"Astaga, jadi kau yang selama ini selalu diceritakan oleh Zayn?" ia terlihat sangat terkejut. "pantas saja ia sampai seperti itu"

"Ia bercerita apa?" tanya ku.

"Uhm... bukan apa - apa" ia terlihat salah tingkah. "Serahkan saja mobil mu pada ku, akan segera ku urus. Beri aku lima menit" ia mengedipkan matanya.

Waktu ku hanya tinggal setengah jam lagi sebelum pertandingan di mulai. Sambil menunggu Luke yang masih berurusan dengan mobil ku di garasi, aku kembali masuk ke ruang keluarga. Aku mengganti saluran televisi, seharusnya ada sesuatu yang layak untuk di tonton.

"Kalian baru selesai berenang?" Will dan Zayn baru saja masuk dari pintu belakang dengan tubuh mereka yang masih basah dan pakaian yang sangat minim. Sialan, aku tidak tahu harus merasa senang atau sedih mempunyai kakak laki - laki seperti mereka berdua.

"Kau bisa lihat sendiri Zoe" jawab Will.

"Kau mau kemana?" tanya Zayn.

"Acara sekolah, kalian tidak datang?" tanyaku, aku berharap dengan sangat kalau mereka berdua tidak akan datang.

"Kami akan bersiap - siap" aku mengutuki mereka di dalam hati.

Sebelum mereka selesai bersiap - siap aku segera merapihkan barang bawaan ku dan pergi. Tidak akan baik jika aku menunggu mereka, Will pasti akan memaksa ku untuk berada di dalam satu mobil dengannya dan tidak akan membolehkan ku membawa mobil ku sendiri. Will sangat lah protektif terhadap ku. Luke terlihat sedang asik dengan ponselnya ketika aku sampai di garasi.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang