Zayn berdiri tepat di hadapan ku dan kurasa aku baru saja menciumnya. Semua mata menatap kami, setengah mati aku berusaha untuk menelan ludah ku. Wajah ku memerah entah karena apa. Ini sangat memalukan.
Aku menatap sekeliling ku dan benar saja Louis berdiri tidak jauh dari sana menatap ku tanpa ekspresi.
"Pemenangnya adalah Louis dan Briana! Congratulation!"
Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku melangkahkan kaki ku keluar dari kerumunan. Tidak peduli jika tubuhku harus terbentur beberapa kali dengan tubuh orang - orang. Aku yakin setelah ini namaku dan Zayn akan menjadi topik terhangat.
Malik bersaudara berciuman.
Aku berhenti, nafas ku terengah - engah.
Sekarang bagaimana caranya aku pulang?
Tanpa sadar aku sudah berjalan sejauh ini. Aku mendudukan diriku di kursi halte, aku bisa pulang menggunakan bis. Aku membuka ponsel ku, mataku terbelalak. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, menandakan sudah tidak akan ada bis yang lewat.
Sialan.
Suara klakson mobil berhasil membuatku tersentak. Zayn membuka jendela mobilnya dan tersenyum hangat.
"Ayo pulang" ucapnya santai.
"Pulang duluan aja" aku mengalihkan pandangan ku, tidak mau mentapnya lebih lama.
"Zoella" Zayn menekankan suaranya membuat nyaliku sedikit goyah.
"Tidak mau!" aku membuang wajah ku darinya, berharap hal tersebut akan berhasil dan membuatnya pergi dari hadapanku. Aku dapat merasakan pipiku bersemu merah.
"Jangan seperti anak kecil, Zoe"
Zayn membuka pintu mobilnya. Perlahan ia berjalan mendekat ke arah ku. Ia berhenti tepat di hadapan ku dan kemudian melipat kedua tangannya di dada.
"Masih tidak mau pulang juga?" aku tetap diam tanpa menatapnya. Aku lebih memilih untuk menunduk dan menatap sepasang sepatu yang ku kenakan. Saat ini sepatu tersebut menjadi lebih menarik dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Termasuk Zayn.
Zayn dengan gerakannya yang tiba - tiba mengangkat tubuh ku dengan kedua tangannya.
"Zayn! Gila! Turunin aku Zayn!" ia tidak menjawabnya tetapi aku dapat mendengarnya terkekeh.
Zayn membuka pintu mobil dengan tangan kirinya dan mendudukan ku di kursi penumpang. Selanjutnya, Zayn berjalan memutar untuk sampai di kursi pengemudi. Aku diam saat Zayn menyalakan mesin mobilnya.
"Tidak usah dipikirkan Zoe" Aku menoleh ke arah Zayn, tidak mengerti maksud perkataannya yang tiba - tiba.
"Hm?"
"Yang tadi, it's just a game" seketika aku mengerti kemana arah pembicaraan ini. Aku mengangguk dan tersenyum seolah - olah hal tersebut tidak membebani pikiran ku sama sekali.
"What a silly game" aku bergumam sembari memutar kedua bola mataku dan Zayn terkekeh.
"Kudengar Harry meninju Luke karena ia mencium Hailey" Zayn berbicara lalu mengendikkan bahunya. Sepertinya ia tidak yakin dengan apa yang ia katakan.
"Poor Luke" aku terkekeh. "Seharusnya dia mencium ku"
"Dan aku yang akan meninjunya" Zayn menjawab dengan volume suara yang sangat pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Wants What it Wants // z.m
Fanfiction"Cause good girls are bad girls that haven't been caught" Zoella, gadis yang terbiasa tinggal terpisah dari keluarganya dan sudah terbiasa hidup membohongi ayahnya dengan topeng perempuan baik - baik pun akhirnya harus pindah dan tinggal kembali ber...