11

241 20 3
                                    

"Maaf non, sepertinya tuan Zayn sakit. Ibu dan Ayah nona tidak pulang hari ini, bisa kah nona pulang sekarang?"

"Baiklah, aku segera pulang"

Aku meletakan kembali ponselku di tempat semula dan menatap Louis. "Sorry?"

"Baiklah" aku tersenyum ke arahnya, selanjutnya aku mengambil pakaianku dan mengenakannya.

Selama diperjalanan aku lebih memilih diam karena suasana tiba - tiba saja berubah menjadi sangat canggung. Louis menarik tubuhku ke arahnya, meletakan kepala ku di atas bahunya. "Tidurlah Zoe, kau lelah"

Aku mencium aroma parfumnya dalam - dalam dan seketika hal tersebut berhasil membuat ku memejamkan mataku.

Aku dapat mendengar suara Louis membangunkanku. Aku membuka mataku perlahan. Louis berada tepat di hadapanku dengan jarak yang sangat dekat, membuat jantungku seketika berdetak dengan sangat cepat.

Ingatanku mengenai Zayn yang sedang sakit di dalam membuatku segera melupakan senyuman Louis tersebut.
"Terimakasih Lou, aku harus segera masuk. Good night"

Aku berlari masuk ke dalam kamar Zayn. Aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku melihat Zayn tertidur dengan pulas di atas tempat tidurnya, sementara makan malamnya masih berada di atas meja tanpa sentuhan sedikit pun.

Ia belum makan.

Aku berjalan kearahnya dan memegang dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya.

Panas.

"Zayn kau harus makan dan minum obat" tidak ada jawaban.

Lebih baik aku mengganti pakaian ku dulu.

Aku segera bergerak menuju kamar ku.  Mengganti pakaianku sebelum akhirnya kembali menemui Zayn. Aku mengenakan kembali piyama kelici yang sebelumnya ku kenakan. Seketika ingatanku mengenai tawa dah ejekan Louis saat melihatku memakai piyama ini terputar.

Manis sekali.

Aku kembali memasuki kamar Zayn dengan tanganku yang sibuk memeriksa poselku. Aku membuka kontak masuk dan mendapati sebuah pesan masuk dari Louis yang mengucapkan selamat malam.

Aku menghiraukannya dan melempar ponselku dengan asal. Aku kembali menghampiri Zayn. Wajahnya saat tertidur benar - benar damai.

"Zayn kau harus makan, bangun" aku berbisik sambil menepuk kecil pipinya.

Aku teringat akan satu hal yang tidak pernah berubah sejak ia kecil, Zayn sangat tidak suka tidurnya di ganggu. Ah sial, mungkin lebih baik aku biarkan saja dia beristirahat dan kembali saja ke kamarku sebelum ia mengamuk.

Aku membalikan tubuhku dan tiba - tiba saja sebuah tangan menahanku, menariku ke dalam tempat tidur. Ralat, ke dalam pelukannya.

"Zayn?"

"Biarkan seperti ini sebentar"

Aku berada di dalam pelukan Zayn.

Jujur saja aku sama sekali tidak mempermasalahkannya. Hanya saja aku takut Zayn akan mendengar suara detak jantungku yang super kencang ini.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang