10

414 28 3
                                    

Zayn Point Of View

Aku segera memarkirkan mobilku dengan cepat karena sedari tadi Mandy tidak berhenti menghubungiku. Lebih tepatnya Mrs. Helen, ibu Mandy yang menghubungiku. Tanpa menunggu sambutan dari pemilik rumah aku segera berlari ke atas menuju kamar milik Mandy.

Sesampainya ku disana Mandy terlihat sedang berbaring di tempat tidurnya dengan keadaan kamar yang sangat berantakan. Mrs Helen yang melihatku datang, segera menghampiriku. 

"Terimakasih Zayn, kau sudah mau datang" ucapnya. "Setidaknya sekarang dia sudah jauh lebih baik" aku menangguk.

"Aku tinggal tidak apa - apa kan?" ibu Mandy kembali bersuara.

"Tidak apa - apa" aku tersenyum ke arahnya yang terlihat sangat lelah.

Aku menghampiri Mandy yang sedang menatap ke arah langit - langit kamarnya. Tatapannya kosong dan rambutnya berantakan. Ini sudah ke sekian kalinya Mandy kambuh seperti ini.

"Hai Man" sapa ku, aku menempatkan diriku di sebelahnya.

"Aku melihatnya" Mandy bersuara. "Aku melihatnya Zayn" kali ini ia menatap ku dengan matanya yang berkaca - kaca.

"Zayn tolong aku, aku takut" ia menggengam tanganku.

"Semuanya akan baik - baik saja Mandy" Aku memeluknya berusaha untuk menenangkan. "Aku akan melindungi mu"

"Kau juga harus lindungi adikmu Zayn, dia dalam bahaya" ucap Mandy yang membuat dadaku bergetar, seketika aku teringat kalau aku baru saja meninggalkannya sendirian. Bodoh, seharusnya tadi ku ajak saja dia kesini.

"Mandy kau harus istirahat" aku melepas pelukanku. "Aku akan menjagamu, kau aman" aku tersenyum ke arahnya. 

"Thank you Zayn, tetapi sebaiknya kau pulang saja ini sudah mau malam"

"Itu urusan gampang" ucapku sambil menarik selimut untuk Mandy. "Sekarang kau tidur" Mandy tersenyum ke arahku.

Mandy memiliki sedikit gangguan pada kejiwaannya. Tidak, dia tidak gila. Hanya saja Mandy memiliki trauma yang membuatnya sewaktu - waktu akan mengalami serangan panik seperti yang terjadi saat ini. Mandy mempunyai masa lalu yang buruk yang mungkin saja menjadi menyebabkan penyebab utama mengapa ia mengalami gangguan seperti saat ini.

Hal itu lah yang sangat ku khawatirkan akan terjadi juga kepada Zoella. Sejauh pantauan ku, kehidupan Zoella saat ini seperti seolah - olah mengulangi kisah Mandy di masa lalu. Aku bergidik ngeri membayangkannya.

Aku mencari kontak Zoella di ponsel ku dan memenekan tombol berwarna hijau.

"Zoe kau dimana?"

"Aku sudah di rumah" aku menghela nafas ku lega.

"Kau pulang dengan siapa?" tanya ku.

"Louis" sialan, si brengsek itu lagi.

"Ok" aku mematikan telfonku.

Zoella Point Of View

Aku melempar ponsel ku dengan kesal setelah menerima telepon darinya.

Memang apa pedulinya dia?

Beruntung tadi aku bertemu dengan Louis ketika aku ingin memberhentikan taksi. Bugatti Veyron miliknya berhenti tepat di depanku dan berhasil membuatku tersenyum kecil. Louis selalu saja memperlakukan ku dengan sangat spesial, membuatku terkadang berpikir mungkin aku ini spesial di hatinya.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang