8

533 35 20
                                    


Aku mengerjapkan mata ku berkali - kali, mencoba menyesuaikan mata ku dengan cahaya yang ada diruangan saat ini. Kepala ku terasa sangat sakit ketika aku berusaha untuk bergerak, aku pun kembali menutup mataku. Dunia ini terasa berputar apabila aku membukanya.

Suara pintu yang terbuka sentak mengagetkan ku, membuat ku dengan refleks membuka mataku. Zayn masuk dengan baju seragamnya yang berantakan.

"pemabuk bodoh" Zayn berjalan mendekati ku dan ia meletakan dua buah aspirin di telapak tangan ku. "cepat minum" ucapnya.

Aku berusaha menjangkau gelas yang berada di samping tempat tidur ku dengan susah payah. Zayn yang melihatnya pun segera bangkit dari duduknya dan memberikan gelas tersebut kepada ku.

Tubuhku berangsur membaik, rasa sakit dikepala ku perlahan mulai menghilang. Mata ku kembali beralih kepada Zayn yang sedang duduk di sofa. Apa yang terjadi semalam? bagaimana bisa aku berada dikamar Zayn saat ini?

Aku hanya mengingat bahwa semalam aku berada di club bersama Hailey dan Harry. Aku ingat aku meminum beberapa gelas sebelumnya dan aku tidak dapat mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Hati kecil ku sempat berfikir, mungkin saja Zayn menjemput ku semalam karena dia merasa sangat khawatir dengan ku. Demi tuhan aku benar - benar berharap hal itu adalah kenyataan yang sebenarnya.

"Zayn?" ia masih sibuk dengan ponselnya dan tidak menghiraukan panggilan ku.

"Zayn" panggil ku sekali lagi dengan suara yang lebih keras. Ia menoleh tanpa ekspresi.

"Apa yang terjadi semalam? bagaimana bisa aku berada di kamar mu?" Zayn terdiam.

"Kau mabuk" jawabnya singkat dan benar - benar tidak membantu.

Baru saja aku ingin membuka mulut ku untuk bertanya lagi Zayn sudah mengeluarkan suaranya. "Hailey dan Harry mengantar mu pulang semalam dan aku tidak tahu dimana kunci kamarmu berada, itulah sebabnya mengapa kau berada di kamar ku sekarang" hati ku mencelos, perkiraan ku salah.

"Oh begitu" aku terdiam, sementara ia kembali bermain dengan ponselnya.

"Kau asik sekali" ucapanku terlontar begitu saja tanpa ku sadari.

"Mandy baru saja mengirim ku snapchat" ia tersenyum lebar sambil menunjukan ponselnya ke arah ku, membuat aku tidak tahu harus berbuat apa. Sakit sekali.

Aku bangkit dari tempat tidur, aku merasa seharusnya aku tidak berada disini apabila aku ingin lebih baik. Semakin berada di dekat Zayn, semakin sakit diriku. Aku berjalan gontai meninggalkan kamar Zayn, masih dengan pakaianku semalam dan rambut yang sangat berantaka. Aku benar - benar terlihat tidak jauh berbeda dengan orang gila saat ini.

"Mandy?" Zayn bersuara dan aku tidak menghiraukannya.

"Astaga maksudku Zoe!" aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. "Zoe!"

Bahkan ia sampai salah saat ingin memanggil nama ku, apakah Mandy sudah benar - benar menguasai seluruh isi fikirannya?

"Hei Zoe! Kau mau kemana?"

Zayn Point Of View

Ia tidak menghiraukan ku, Zoe pergi begitu saja dari kamar ku tanpa berkata apa - apa. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, ia terlihat seperti sedang memiliki masalah saat ini. Ia tidak terlihat seperti biasanya, aku sering kali melihatnya berdiam diri.

Aku berbohong kepadanya dan ia percaya begitu saja. Lagi pula makhluk sejenis Harry Styles tidak akan pernah peduli dengan orang lain. Tidak mungkin baginya mengantar Zoe pulang, telebih lagi semalam ada Hailey disana sudah pasti pasangan itu hanya akan memikirkan waktu mereka berdua saja. Zoe benar - benar bodoh. Ia bahkan tidak mengenali sifat temannya sendiri.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang