9

468 30 5
                                    

Aku menggerutu kesal, sejak tadi sore aku mencoba menghubungi Louis namun hasilnya nihil. Demi tuhan aku sangat merindukannya. Bila dihitung - hitung mungkin aku sudah lima hari tidak bertemu dengannya, ia bahkan tidak memberi ku kabar sedikit pun.

Memangnya kau siapanya Louis?

Sialan.

Aku merebahkan badan ku mencoba mengalihkan pikiran ku dari Louis. Aku memejamkan mataku dan tiba - tiba saja terlintas Zayn di kepala ku. Dia lagi.

Kau tidak bisa mengelak lagi Zoe, kau menyukai Zayn.

Selama ini kau cemburu.

Dan selama itu juga kau membohongi perasaan mu Zoe.

Aku mengacak - acak rambut ku kesal. "Itu suara siapa sih?"

.
Di pagi harinya aku sudah berada di dalam mobil milik Niall dan sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Niall sangat menyenangkan. Ia begitu menakjubkan karena ia sangat hebat dalam hal membuat orang tertawa.

"Hahaha Niall hentikan!" sudah kesekian kalinya aku meminta ia untuk berhenti membuat ku tertawa. Sialan karena ia berhasil membuat perutku sangat geli.

"Aku suka melihat mu tertawa" tawa ku terhenti dan aku mengalihkan pandangan ku canggung.

"Ah kau ini" aku meninju lengannya pelan untuk mengurangi kecanggungan ini.

Sesampainya disekolah kami berjalan bersama menuju kelas. Dari koridor sini aku dapat melihat Harry, Hailey, dan Liam sedang berjalan ke arah kami.

"Aku ingin mengambil sesuatu di loker ku" ucap Niall dan aku mengangguk.

"Aku tunggu disini"

Tidak lama setelah Niall pergi aku
merasakan seseorang menepuk pundak ku.

"Louis!" aku berseru dan segera memeluknya. Aku sangat merindukan Louis melebihi apapun. Sahabat baik ku yang satu itu berhasil membuat ku menjadi ketergantungan akan dirinya. Aku tidak bisa berada jauh darinya. "Kau darimana saja? kau sangat sulit dihubungi"

"Aku lupa mengabari mu, aku pergi ke Doncaster mengambil barang - barang ku yang tertinggal" aku hanya mengangguk.

"Oh lupa" aku hanya tertawa sumbang. Entah mengapa hati ku terasa sakit mendengarnya.

"Maafkan aku" Louis memasang wajah bersalahnya.

"Ya, ya. Emang susah sih kalau yang selama ini jadi prioritas-" astaga, hampir saja aku mengeluarkan isi pikiran ku.

"Kau bilang apa Zoe?" tanya Louis.

"Lupakan"

Tepat saat itu Hailey, Harry dan Liam datang menghampiri kami. Setelah itu kami berjalan beriringan menuju kelas kami masing - masing.

Astaga aku melupakan Niall.

.
Aku tidak bisa fokus selama berada di dalam kelas karena Zayn yang duduk tepat di sebelah ku. Sialan karena tidak ada lagi tempat kosong yang bisa ku tempati. Berbicara soal Zayn, aku teringat sesuatu.

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang