15

89 3 1
                                    

Aku mendekatkan tubuhku ke arah Zayn. Sangat dekat sampai aku tidak lagi bisa merasakan jarak diantara kami. Bibirku menyentuh bibir Zayn. Aku menciumnya.

Siapa sangka kalau ternyata Zayn akan membalas ciumanku. Tangan kanannya bergerak meraih tengkukku dan membawaku lebih dekat untuk memperdalam ciuman ini. Aku sedikit terkejut dengan respon yang diberikan Zayn namun aku sangat menikmatinya. Jatungku berpacu dengan sangat cepat saat merasakan tangan Zayn mulai bergerak masuk kedalam pakaian yang aku kenakan.

Seketika wajah Mandy muncul di pikiranku, tersenyum ramah layaknya bidadari dari surga. Astaga aku benar - benar tidak bisa menyakiti perempuan sebaik dirinya. Dengan sedikit rasa menyesal aku mendorong tubuh Zayn menjauh dariku, menghentikan segala kegiatan yang sedang kami lakukan sebelumnya.

"Ini salah" Aku bergumam pelan. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, membenamnya dalam - dalam disana. Tidak sanggup bila harus melihat Zayn yang ada di hadapanku.

Zayn tidak bersuara jadi aku memutuskan untuk membalikkan tubuhku ke arah yang berlawanan dengannya. Aku pejamkan mataku berusaha untuk tidur. Namun apa daya, semesta menguji diriku. Seakan - akan aku harus menebus dosa yang baru saja aku lakukan sebelumnya, semesta nampaknya tidak mengizinkan aku keluar dari keadaan canggung ini dengan mudah. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh, Zayn sudah memejamkan matanya.

How can?

Aku terus bertanya - tanya di dalam hati. Bagaimana bisa ia tertidur dengan mudahnya sementara saat ini detak jantungku masih berdetak dengan kecepatan tidak normal. Bahkan untuk sekedar bernafas saja sangat sulit bagiku.

Aku mengangkat selimut yang menutupi tubuhku, menyibaknya ke sebelah kiri dan bangkit dari tidurku. Masih dengan gaun yang kukenakan sebelumnya, aku merasa tidak nyaman bila harus tidur dengan pakaian seperti ini. Aku berjalan menuju lemari dan mencari pakaian yang setidaknya bisa lebih pantas di gunakan untuk tidur. Mataku menangkap pakaian yang sangat tidak asing bagiku. Kaos lengan pendek yang bergambar spongebob square pants. Aku tersenyum simpul, mengingat berbagai kenangan yang ada bersamanya.

Hari itu adalah salah satu hari yang paling membahagiakan di dalam hidupku. Liburan musim panas telah tiba. Saat itu aku masih berada di sekolah menengah pertama. Setelah bertahun - tahun tidak bertemu dengan keluargaku, kami akhirnya kembali menghabiskan liburan bersama, di Paris.

Jika kalian bertanya - tanya dan merasa bingung saat ini aku sedang berada dimana, maka aku akan menjawabnya dengan senang hati. Aku sedang berada di kamarku. Setelah insiden pingsan di acara makan malam tadi, ayahku membawaku kembali ke rumah. Saat aku menyebutkan rumah, ini adalah rumah sungguhan. Bukan sebuah hotel ataupun apartemen. Melainkan sebuah rumah, bukan rumah kami yang di London tentunya. Rumah ibuku.

Sedikit berbicara mengenai keluargaku, Ibuku adalah orang Perancis. Jadi jangan heran kalau ia hampir menghabiskan seluruh waktunya di kota ini.

Waktu itu aku dan nenekku sedang menunggu anggota keluargaku yang lain menjemput. Kami duduk di ruang tunggu Bandara dengan senyum yang terus merekah di bibirku. Membayangkan akan bertemu kedua kakak laki - lakiku, Zayn dan Will membuatku sangat senang. Sebuah tangan kecil menepuk bahuku membuatku mau tidak mau menoleh.

Aku terdiam sejenak, mengamati anak laki - laki yang ada di hadapanku dari atas sampai bawah. "Ada apa ya?" tanyaku bingung.

Anak laki - laki yang ku kira sepertinya seumuran denganku itu menatapku dengan tatapan terkejut. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Heart Wants What it Wants // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang