06. Pesta

14 1 1
                                    

Ditanggal merah ini vanya memutuskan untuk bersantai disebuah taman yang asri dan sejuk

ia kini memejamkan matanya menikmati hembusan angin menerpa wajahnya halus, vanya akan menjadikan taman ini menjadi tempat terfavoritnya. selain nyaman dan sejuk disini juga ramai pengunjung dengan aneka stand makanan yang tak jauh dari keberadaanya, tak sia-sia dia nyasar disini.

vanya mengerucutkan keningnya kala mendengar suara orang yang sepertinya sedang berdebat, ia membuka matanya dan mengedarkan pandangannya mendapati seorang gadis yang tersungkur akibat dorongan dari seorang pemuda, bisa diliat raut keduanya sangat marah

"berhenti ngejar gue bitch! ga punya harga diri banget lo! dasar cewe murahan!" cemoh pemuda dengan rambut coklat ikal itu

gadis itu tampak mengepalkan tangannya menahan tangisan yang akan keluar dari mulutnya, ia menoleh dan melihat sebuah uluran tangan kepadanya

"bangkit lah, lu ga malu diliatin orang?" ucap vanya, gadis itupun membalas uluran tangan vanya

"kodratnya perempuan itu dikejar bukan mengejar kisah lu juga dulu hampir sama dengan gue, masih banyak cowok diluaran sana yang bisa ngasih lu kebahagiaan bukan penderitaan" tutur vanya yang membuat gadis itu diam sambil mengusap air matanya

"dan lo, ingat. lo itu lahir dari rahim seorang perempuan dan lo ga mikir apa? satu tetesan air mata, lo bakalan dapet ribuan dosa" ucap vanya memandang gadis disampingnya lalu menatap dingin pemuda itu lagi yang sedari tadi bungkam "penyesalan selalu datang diakhir, gue harap lo ga bakal ngerasain dihantui penyesalan itu" lanjut vanya mulai menarik gadis disampingnya itu untuk melangkah pergi meninggalkan pemuda itu yang menatapnya benci

"gue ga bakalan nyesel!" teriak pemuda itu dengan nada menantang

"penyesalan selalu datang tanpa lo sadari dan lo bakalan ngerasain sosok kehilangan tanpa kesadaran lo sendiri!" balas vanya tanpa menoleh

vanya membawa gadis yang ia tarik ini sedikit jauh dan mendekati danau, vanya melepaskan cekalannya lalu menduduki rumput yang terdapat dedaunan kering itu

gadis yang masih berdiri itupun mulai ikut duduk disebelah vanya

"gue Olivia" ucap gadis yang mengaku olivia itu memperkenalkan diri "thanks ya lu tadi nolongin gue" lanjutnya, vanya hanya membalasnya dengan dehem-an yang membuat gadis itu menggigit pipi dalamnya canggung

"setelah dengar kata-kata lu tadi, gue jadi sedikit sadar dan nganggap ucapan lu tuh memang benar adanya" gumam olivia memeluk kedua lututnya dan menaruh lipatan lengannya diatas kedua lutut memandang lurus ke arah danau yang airnya tampak tenang itu

"yang mana?" tanya vanya

"kodratnya perempuan"

"itu kata sahabat gue yang bikin gue sadar dan hampir jadi cegil buat ngejer-ngejer cowok yang bahkan nganggap gue layaknya sampah"

olivia memandang vanya kemudian tersenyum tipis "yang dikatakan sahabat lu bener"

"jadilah perempuan yang tahu harga diri itu mahal yang jika tidak dipilih ya mundur aja, karena gak semua effort bisa dapet feedback. menyerah adalah jalan yang terbaik dari pada menjadi bulol ke seseorang" kilah vanya kemudian bangkit sambil menepuk-nepuk celananya yang terdapat daun kering, lalu melangkah pergi meninggalkan olivia yang termenung

"t-tungu! nama lu? nama lu siapa?" tanya olivia dengan sedikit kencang karena vanya sudah lumayan jauh

"vanya!" jawab vanya dengan suara yang mengecil karena sudah semakin menjauh

"sehat-sehat orang baik!" vanya yang masih mendengar teriakan olivia hanya terkekeh



Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang