07. Cegil Cogil-an

7 0 0
                                    

"ikhlas itu ga langsung, ada fase terpaksa, tersiksa, lalu terbiasa"
-Vanya Xellyncia



"eh itu cewek yang kemarin bikin onar dipesta ultah fanny kan?"

"heh itumah vanya, lu baru kenal?"

"efek kelamaan diskor ini mah gue"

"menurut gue pribadi dia keren sih"

"gue setuju ama ucapan lu"

"kira-kira korbannya hari ini siapa ya?"

"dempul banget dah"

"sok cantik"

"emang cantik"

"tumben ga kek tante-tante"

vanya memutar bola matanya malas saat suara demi suara murid smaga memasuki indra pendengarannya, ia terus melangkah dengan tegas menemui para sahabatnya yang berada dikantin.

jam istirahat memang sudah hampir habis, ia telat untuk ke kantin dikarenakan baru menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh sang guru bk karena vanya tadi sempat ketahuan untuk membolos.

flashback on

vanya mengetikan sesuatu pada seseorang melalui chat WhatsApp dibenda perseginya itu, sesekali ia melirik Bu fatma selaku guru fisika yang tengah menjelaskan materi

areksa

[gue tunggu lu disebelah tembok dekat lapangan voly]

[sip] ✔️✔️

vanya pun mulai mematikan ponselnya dan menaruhnya pada saku seragam kemudian berdiri untuk menghampiri bu fatma yang sedang meminum air itu

"bu saya mau izin ke uks ya, kepala saya lapar" ucap vanya sembari berpura-pura untuk memijat pelipisnya

"koreksi dulu atuh" balas bu fatma sambil bersedekap dada menatap vanya garang

"mau gue ajarin bohong ga nya??!" sahut fanny dari arah belakang kemudian tertawa

"yeuh si vanya ada-ada aja" timpal siswa berbadan gempal

vanya menutup mulutnya malu akibat salah ucap "maaf bu, ralat. maksud saya sakit kepalanya, eh kepalanya sakit. kepala saya" vanya merutuki mulutnya yang meresahkan ini

"sakit kuping ibu dengar ucapan tidak jelas kamu, yasudah sana keluar" titah bu fatma menggaruk kepalanya yang terlapis hijab berwarna abu-abu

"thanks bu, eh maksudnya makasihh" gadis itu menampar mulutnya pelan kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia sungguh malu saat ini kepada teman-temannya yang melihat ke bego-an nya

"ni mulut belum dikasih asupan suhh" gumam vanya memanyunkan bibirnya kemudian mengelus perutnya yang berbunyi

areksa mengajaknya untuk bolos bersama, bahkan pemuda itu rela untuk datang ke smaga menghampiri vanya

"gimana caranya gue manjat yak, gue bisa manjat pohonnya pak syam tapi kalau tembok mah gue ragu" monolog gadis itu setelah sampai didekat tembok yang dimaksud oleh areksa, pasti pemuda itu sudah berdiri dibalik tembok ini

Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang