09. Perkara Areksa

6 0 0
                                    

"lebih baik menyerah dari pada tersakiti"
-Vanya Xellyncia




vanya berjalan santai melewati koridor yang tak begitu ramai, vanya memang datang kesekolah lebih awal. tujuannya kali ini bukanlah ke kelas terlebih dahulu melainkan gadis itu akan menuju ke perpustakaan.

"loh masih ketutup? pak anton belum datang kali ya?" ucap vanya setelah ia sudah berada didepan pintu perpustakaan itu, ia sedikit mengintip dipintu kaca itu namun hanya ada kegelapan yang ia lihat

"yaelah, padahal gue lagi niat buat baca buku!" gerutunya lagi kemudian melenggang pergi, mungkin pedagang kantin udah pada datang.

disaat vanya berjalan dipinggir lapangan bola, ia merasa seseorang mengikutinya dari belakang. gadis itu menoleh dan mendapati sosok gadis memakai cardingan berwarna nude dan tidak lupa satu ciri khasnya, pita berwarna Lilac dirambutnya itu. siapa lagi jika bukan Sindy

sindy berdecak kesal, niat gadis itu sengaja berjalan tanpa suara untuk mengagetkan vanya dari belakang. tapi rencana jahilnya gagal karena vanya lebih dulu mengetahui keberadaannya

"mau ngagetin gue kan lu?" sindy hanya menampilkan senyum lebarnya kemudian langsung merangkul pundak vanya

"tumben lu datangnya cepet" ujar sindy saat vanya menuntun jalannya kearah kantin

"lagi niat aja, harusnya gue nanya itu ke lu, secara lu kan hobby banget buat terlambat" balas vanya masih tetap fokus pada layar ponselnya, sindy mengetahui kalau vanya pasti sedang membalas pesan dari seseorang

"lagi niat juga"

keduanya pun memasuki kawasan kantin yang hanya terdapat para pedagang mie ayam dan risol mayo itu. sindy lebih dulu menuju ke arah penjual risol mayo dan mengambil dua risol kemudian membayarnya.

vanya mendongak kala sindy menyodorkan satu risol kehadapannya

"widihh makasih" vanya menerima risol itu kemudian membuka plastik yang membungkusnya "ga ada mau kan lu?" tanya vanya menatap sindy yang sedang melakukan live streaming disebuah aplikasi sekilas

"ada ada, nanti ajarin gue nge gambar tugas dari bu lia itu"

"gambar apaan anjir! guru seni kita beda, kalau lu lupa" sungut vanya

"oh entar, gue kasi liatin gambarnya dulu" sindy pun mematikan siaran langsungnya itu sementara kemudian mencari gambar yang dia maksud itu

"nih" vanya menatap gambar yang sindy perlihatkan itu

"mudah nih! sat set doang beres itu mah"

"yeyy" sindy bertepuk tangan tidak jelas kemudian melanjutkan acara live nya itu

dua puluh menit mereka berdua habiskan berduduk santai dikantin, para murid-murid pun sudah berdatangan ramai memasuki sekolah dan aja juga beberapa dari mereka langsung memasuki kantin

"eh itu si vanya sama sindy kan?" tanya nazwa kepada fanny disaat mereka berdua kebetulan melewati kawasan kantin, keduanya bertemu didepan gerbang sekolah tadi

"iyaa, ke mereka dulu yuk! kita masuknya pas bunyi bell aja" keduanya pun mulai melangkah memasuki kawasan kantin dan menghampiri meja yang ditempati vanya dan sindy itu

"kalian udah berapa lama disini?" tanya fanny saat sudah mendaratkan bokongnya dikursi kantin dan berhadapan dengan sindy

"dari dua puluh tiga menit yang lalu" jawab sindy sambil mengoleskan bedak tabur diwajahnya tipis-tipis

Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang