14. Mafia

0 0 0
                                    



setelah keributan yang terjadi di pemakaman, semuanya memilih untuk pulang ke kediaman masing-masing kecuali fanny, nazwa dan aerin. mereka memutuskan untuk menginap dirumah vanya guna menemani gadis itu yang pasti masih dalam berduka, sebenarnya mereka khawatir kalau vanya melakukan hal yang tak diduga

persahabatan mereka memang sudah hampir menginjak 2 tahun tapi, mereka sudah saling mengerti dan mengetahui sifat masing-masing. apalagi vanya, gadis itu memang jika sedang stres ataupun frustasi pasti akan melakukan hal yang diluar dugaan

"fan, kok tadi gue ga liat areksa ya di pemakaman? apa dia ga datang?" tanya vanya yang sedang mengompres matanya yang begitu bengkak, tapi tak mengurangi sedikitpun kecantikannya

"datang kok, cuma dia pulang lebih awal soalnya ada urusan" ucap fanny sambil menyingkirkan kaki nazwa yang dinaikkan dipahanya

"humm, g-gue mau minta tolong boleh?" sebenarnya vanya ragu ingin menanyakan  ini kepada ke tiga sahabatnya

"ya ampun nyaa, kalau butuh apa-apa ama kita tuh bilang ajaa. pasti kami bakalan bantuin" celetuk aerin yang datang dari arah dapur membawa jus apel, nazwa menatap jus itu penuh binar dan langsung mengambil salah satunya diatas nampan yang dibawa aerin dan meminumnya

"kerabat kalian punya usaha atau apa gitu kek yang lagi buka lowongan kerja paruh waktu?"

"uhuk uhuk" nazwa yang mendengar itu seketika tersedak jus apel yang ia minum

"mampus lu" ejek aerin yang dibalas delikan sinis oleh nazwa

"paman gue punya restauran tapi dia ga bisa nerima orang yang mau kerja paruh waktu, harus kerja tetap gitu. dan untuk hotel milik bokap gue juga buka lowongan, tapii... emang lu mau jadi ob?" jelas fanny menatap vanya ragu

"boleh aja kok" vanya menjawab dengan semangat

"e-eh ga usah deh nya, gue ga enak ama lu anjir" sergah fanny menggaruk tengkuknya tak gatal

"loh ga enak kenapa coba? sekarang gue tuh lagi butuh banget yang namanya pekerjaan, kalau gue ga kerja paruh waktu gue ga punya uang buat kebutuhan gue sendiri, lu semua tau kan kalau papa gue udah ga bisa biayain gue lagi" lirih vanya lesuh

"eh vanya, gimana lu kerja dicafe nyokap gue aja?" ucap nazwa menawarkan

"nah bagus tuh, dari pada lu jadi ob di hotel bokap gue" fanny tersenyum senang

vanya tersenyum haru kepada nazwa "mau banget naz!"

"dan untuk gaji lu tenang ajaa, gue bakalan minta nyokap gue ngasih lu gaji yang lebih" mendengar itu membuat vanya semakin menganggukkan kepalanya senang

"kok gue baru tau ya tante Cintia punya cafe" sahut aerin yang sedari tadi menyimak

"yeuhh lu nya aja yang nolep, cafe emak gue tuh letaknya tak jauh dari sekolah" dumel nazwa berkacak pinggang

"nama cafe nya apa emang?" tamya fanny

"cafe sencintia"

"oalahh, gue kalau pulang sekolah lewat depan cafe itu anjir, baru tau kalau itu cafe milik emak lu" aerin hanya cengengesan hingga memperlihatkan gigi kelincinya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vanya XellynciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang